7. The (half) Truth

7.8K 1K 223
                                    

Mata sebening mata air itu terbuka, mengerjap sejenak tak kuasa menerima rangsangan cahaya mentari yang menerobos jendela ruangan itu. Jungkook mendesis kecil ketika dirasa perih pada bagian bawahnya, menggeliat tak nyaman mengetahui tangan seseorang tengan memeluk pinggangnya yang tak berbalut apapun erat.

Ia mendongak, mendapati entitas pemuda berkulit tan dan berahang tegas itu masih menutup matanya damai. Tersenyum malu ketika mengingat hal yang mereka lakukan malam—tidak, dini hari tadi. Jemarinya menelusuri rahang tan itu, mengigit ujung bibirnya ragu. Jungkook teringat akan pemikirannya semalam, sesuatu yang membuatnya ragu akan Taehyung.

Taehyung membunuh, dan Jungkook yakin itu bukan yang pertama atau keduakalinya. Melihat bagaimana santai dan kasualnya Taehyung memegang senjata, Jungkook yakin Taehyung sudah sering melakukannya. Tapi mengapa?

Mengapa Taehyung harus membunuh?

Dan yang paling penting, siapa Taehyung sebenarnya?

.

.

.

.

.

Jungkook memasuki rumahnya dengan langkah sedikit tertatih, sesuatu yang berusaha ditutupinya namun gagal total hingga ibunya yang saat itu sedang duduk di ruang tengah menatap Jungkook bingung.

"Oh kau sudah pulang, ada apa dengan kakimu?" tanya Luhan sembari meletakkan cangkir di tangannya.

"Aku terkilir, Bu," dusta Jungkook.

Luhan meringis khawatir, "Apa perlu ibu panggilkan tukang pijat atau apapun?"

Jungkook menggeleng, "Tidak usah bu, aku sudah mengobatinya di rumah teman kemarin."

Ibu dari Jungkook itu mengangguk mengerti kemudian kembali menyesap tehnya. Jungkook sudah berniat akan melangkah lagi menuju kamarnya untuk kemudian diinterupsi kembali oleh pertanyaan ibunya,

"Kemarin kenapa tidak pulang saja? Bukannya acara kampusmu sudah selesai?"

Tubuh Jungkook menegang, sejak dalam perjalanan tadi ia sudah menduga bahwa ibunya tidak mungkin akan melepaskannya begitu saja. Ibunya pasti akan bertanya ini itu sebelum membiarkan Jungkook berlalu. Dan Jungkook bahkan sudah mempersiapkan apa saja yang harus dijawabnya ketika sang Ibu bertanya, ia merasa hina. Jungkook jarang sekali berbohong.

"Aku harus membereskan areanya dulu, dan itu baru selesai pukul 3 pagi. Aku tidak enak pada orang-orang rumah yang pasti sudah tidur jadi aku memutuskan menginap sebentar di rumah teman," ucap Jungkook lancar, setidaknya ia tidak bohong.

Ia hanya melewatkan beberapa bagian saja, belum bisa dihitung bohong juga 'kan?

"Baiklah, lebih baik kau istirahat dulu."

Jungkook mengangguk lalu melangkah terburu-buru menuju kamarnya sebelum Luhan kembali menanyainya ini itu. Tak peduli cara jalannya terlihat seperti kepiting sekarang.

Ia merebahkan dirinya di atas ranjang, menatap langit-langit kamarnya menerawang. Entah kenapa melamun menjadi salah satu kegiatan favoritnya sekarang, Jungkook hanya merasa senang melakukan kegiatan membuang waktu itu.

Teringat akan sesuatu, Jungkook meraih ponselnya yang sudah terletak di atas ranjangnya. Membuka aplikasi chatting dan mencari kontak seseorang disana.


Hyung, aku sudah sampai di rumah.


The Mask [TaeKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang