AUTHOR's Point Of View
Gadis bertubuh kecil itu berlari dengan senangnya menuju jearah seorang pria yg tengah berdiri berhadapan dengan kekasihnya..
Gadis itu dengan senang dan perasaan bahagianya berlari dengan membawa dua buah tiket film yg akan mereka tonton malam ini.."Hai kak.." sapa nina dengan nafas yg tersenggal senggal..
Baik Ariel maupun Amelia, tidak sedikitpun bibir mereka bergerak untuk menjawab sapaan gadis itu..
"Kalian kenapa? Kalian ada masalah? Oh ya kak.. lihat aku sudah beli lagi tiketnya..
Kita jadi nonton kan?" Tanya nina dengan riangnya tanpa tahu bahwa perasaan ariel kini sedang di puncak ubun ubun..Ariel merebut tiket di tangan nina dan merobeknya begitu saja dan melemparnya ke tubuh nina dengan kasar membuat nina bingung dan ketakutan..
"Dengar.. tidak ada lagi waktu yg aku siasiakan hanya untuk pergi denganmu.. sudah cukup kau menghancurkan kebahagiaanku nina.." ucap ariel dingin dan sedikit membentak nina membuat nina tersentak dan memegangi dadanya..
"Kenapa kak.. kakak kan sudah janji kemarin? Soal tiketnya nanti aku beli lagi atau kakak mau nonton film yg lain..?" Tawar nina..
"Cukup.. sudah ku katakan aku tidak mau bertemu lagi denganmu.. aku nggak nyangka kau serendah ini nina.."ucap ariel tanpa melihat wajah tegang nina..
"Apa maksud kakak?" Tanya nina.. apa kakak sudah tahu semuanya? Batin nina bertanya..
"Jangan kau kira aku tidak tahu, kau sengaja datang semalam dan pura pura kesleo hanya untuk membatalkan acaraku dengan keluarga amel kan?"
"Tidak kak.. aku benar benar kesleo, kakiku benar benar masih sakit.. kenapa kakak tega menuduhku seperti itu?"
"Alah.. ingat satu hal nina.. aku tidak suka kau berbuat serendah ini.. bahkan merusak milik orang lain itu adalah hal yg paling menjijikkan..." ucap ariel menarik lengan amelia dan berjalan melewati nina yg kini sudah mulai meneteskan air matanya dalam diam..
"Kenapa kakak membenciku sekarang.. apa kakak tidak memiliki perasaan yg sama sepertiku?" Gumam nina dalam tangisannya.. tidak ada siapapun yg berada disana untuk memeluknya sampai metta datang dan memeluk sahabatnya itu..
"Nin.. lo harus kuat.. ini ujian buat lo.. gue yakin kakak lo nggak beneran marah sama lo" ucap metta..
"Kaki gue beneran sakit met, memarnya pun masih ada.. tapi kakak menuduhku berbohong.. hiks.." isak nina di pelukan metta.
"Sudahlah nin.. mending lo lupain aja perasaanmu, mungkin ariel memang tidak bisa dipisahkan dari amel.. jauhi mereka nin" kata metta yg kini merasa semua usaha nina tidak akan membuahkan hasil..
"Gue tidak bisa menjauhi kak ariel, dia dalam bahaya.." ujar nina tanpa sadar..membuat metta melepas pelukannya dan memegang kedua pundak nina.
"Bahaya apa nin?" Tanya metta.. nina kini mengelap air matanya kasar dengan kedua telapak tangannya.
"Ada yg ingin mencelakai kak ariel beberapa hari ini.. mereka terus mengincar keselamatan kak ariel, tapi gue selalu berhasil mengalihkan mereka.. kalau gue ngenjauhin kak ariel, bagaimana gue bisa menyelamatkan kakak gue?" Tanya nina..
"Menyelamatkan,? Lo bisa lapor polisi nin.. lo juga bisa dalam bahaya kalau seperti ini"
"Kita nggak punya bukti met.. kita nggak bisa lapor tanpa memiliki bukti.." ucap nina..
"Ya.. tapi ini berbahaya juga buat lo"
"Gue tidak peduli met.. asal kakak baik baik saja, gur rela ngelakuin apa aja demi dia.. tapi gue nggak bisa buat ngejauhin dia," ucap nina..
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Cinta Terlarang "Tersedia EBOOK"
RomanceSequel "my Angel my wife" (Cerita lengkap hanya tersedia di versi Cetak dan Ebook.) "aku mencintai kak Ariel..." "tidak nina... ini salah.. aku kakakmu" "maafin aku kak... tapi memang seperti inilah yang ku rasakan" ...