Part 1

80 5 11
                                    

Gemiricik air hujan turun membasahi seluruh tubuhnya, dari ujung kepala hingga ujung kaki tak luput dari guyuran hujan yang membasahinya.

Ia berjalan di bawah guyuran hujan. Ia tidak peduli dengan komentar-komentar yang setiap orang berikan ketika melihat gadis itu. Ia tetap bergeming. Berjalan entah mana tujuannya.

Hatinya hancur. Sangat teramat hancur. Hingga rasanya ia ingin saja mengakhiri hidupnya. Namun, keinginan itu ditepisnya jauh-jauh.

Gadis itu menangis dalam diam. Ia menangis dalam derasnya hujan. Maka tidak ada yang mengira bahwa ia sedang menangis. Ia menyukainya. Menangis di bawah derasnya hujan.

Ia memutuskan untuk pulang. Berjalan pelan menuju rumah. Ia tidak peduli dengan semuanya. Ia sakit. Sangat.

Ia memutar pelan kenop pintu itu. Masuk tanpa mempedulikan lantai yang basah. Ia terus berjalan, memasuki kamarnya. Ia diam. Rasanya lidahnya kelu untuk mengeluarkan suara sekecil apapun.

"Kau baru pulang?" Seorang wanita paruh baya keluar dari sebuah ruangan. Shintya. Ibu dari perempuan yang telah memasuki kamarnya."....." ia terus diam. Tidak menghiraukan apa yang ibunya katakan.

Ia menutup pintu dengan asal. Dan menguncinya. Ia duduk di tepi ranjang berwarna putih itu. Tidak peduli ranjangnya akan basah akibat ia duduki. Ia sibuk dengan pikirannya.

"Huhh.." ia menghela napas berat. Ingin rasanya ia membuang semua pikirannya. Namun, nihil. Semua itu hanya mustahil.

Ia memandangi dirinya di depan cermin. Ia sangat berantakan. Dengan baju basah serta rambut yang acak-acakkan, membuat ia terlihat seperti zombie. Apalagi ditambah matanya yang bengkak akibat terlalu lama menangis.

*****

Ia telah tertidur setelah ibunya memberikan obat. Iya, ia sakit. Entah karena hujan-hujanan atau karena terlalu memikirkan dia, mungkin dua-duanya.

  *****


"Bangun." Shintya mencoba membangunkan.
"Ini sudah pagi." Shintya mencoba membuka gorden yang menutup kamar gadis itu."Alisa bangun, apa kamu mau bolos?" Anaknya itu memang sangat sulit untuk bangun pagi.
"Aku masih sakit ibu." ucapnya bohong.
"Coba ibu cek..... demammu sudah turun, ayo cepat bangun, nanti kamu terlambat".
"Tidak Ibu, aku masih sakit. *sakit hati yang teramat sakit* " ucapnya dalam hati.
"Jangan banyak alasan, cepat bangun." Shintya mencoba membujukAnaknya.

                    *****

Alisa Cordelia Bertin, gadis cantik berumur 16 tahun yang pintar, namun amat terkenal karena kecuekannya. Ia bersekolah di SMA Nusa Jaya. Di sana ia pertama kali merasakan apa itu jatuh cinta. Namun, perasaan itu berubah menjadi penyesalan, ketika seorang laki-laki yang ia sayangi, yang telah membukakan pintu hati gadis itu membuat ia berpikir dua kali untuk merasakan kembali apa yang namanya jatuh cinta.

                      ******

"Pagi." Semua telah berada di meja makan, hanya Alysa yang baru bergabung bersama.
"Pagi, ko lama banget de, ngga kaya biasanya, udah gitu ngga bantuin ibu lagi." Rendi. Kakak yang sangat melindungi adik satu-satunya itu.
"Dia lagi sakit, kemaren pulangnya ujan-ujanan." Shintya datang membawakan segelas susu untuk anak perempuan satu-satunya Emang kamu ngga bawa payung de, kenapa ngga telfon kakak aja". Kakaknya memang seperti ibu-ibu rempong. Namun, Alisa sangat bersyukur memiliki kakak yang perhatian, dan juga keluarga yang harmonis.
"Hmm... aku berangkat." Alysa pergi sembari menyalami satu persatu anggota keluarga yang berada di meja makan."Kamu ngga berangkat bareng Ayah atau Kak Re?"
"Engga, aku berangkat naik angkutan umum aja."
"Katanya sakit, kamu harus berangkat sama kakak, kakak juga mau ngomong sama kamu, tungguin kakak."
Suara Rendi menginterupsi.
"Aku tunggu di depan kak, GPL!" Alisa memutuskan untuk berangkat bersama kakaknya ketika ia mendengar kakaknya berbicara seperti itu, perasaannya mulai tidak enak.

                         ******

"De." Rendi memecah keheningan.
"Mmm."
"Hubungan kamu sama Adit gimana?"
"......" Alysa diam, tebakannya benar, kakaknya sudah tahu. Ya, Alisa memang terbuka dengan kakaknya tentang masalah apapun, namun ia belum berani untuk bercerita masalah ini kepada kakaknya. Kejadian itu masih terngiang-ngiang terus di kepalanya.

*Flashback on

Ia berjalan sendiri, ketika sebuah pesan menginterupsi.

Adit : Al kayanya aku ngga bisa nganterin kamu pulang deh, aku ada kerja kelompok bareng temen, dan ini penting banget, maaf ya Al. Aku ganti besok ya ^_^

"Huffftt". Ia menghela nafas. Senyum yang sedari tadi mengembang di wajahnya kini hilang  setelah ia membaca pesan itu. Ia sudah sering mendapat pesan seperti itu. Namun, tetap saja perasaannya tidak bisa dibiasakan seperti halnya dirinya.

Alisa : Iya ngga papa, semangat kerja kelompoknya dit ^_^
Adit : Makasih ya Al. Aku janji besok pasti aku jemput kamu.

Ia pun kembali berjalan di koridor sekolah yang sepi, karena hari sudah sore dan banyak anak-anak yang sudah pulang ke rumah masing-masing.

Ketika ia melewati kantin, masih ada anak yang berada di kantin. Seketika langkahnya terhenti dan rasanya lidahnya tercekat. Ia tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, hanya air mata yang sekarang ini bisa ia keluarkan.

Hai.
Aku sangat pemula sekali jadi kalo ada typo, ngga sesuai EYD aku minta maaf ataupun jalan ceritanya mirip sama cerita lain aku harap maklum okeh, walaupun ini 100% hasil pemikiran aku *authornya lebay dikit boleh lah. Dan minta maaf kalo ceritanya garing *kaya kerupuk

Salam kenal, keep vomment 😂😂 cerita pertama author, minta supportnya dari kalian para readers yang baik hati 😂😂

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang