Part 5

22 0 0
                                    

"Aku...... aku minta waktu buat mikirin ini semua, aku ngga mau bertindak gegabah, aku mohon sama kamu, kasih aku waktu buat mikirin ini semua." Alisa memohon.

Ucapan Alisa membuat Adit kembali berfikir sejenak.
"Baiklah, aku kasih kamu waktu, tapi kalo kamu udah tau jawaban dari pertanyaan aku, kamu secepatnya ngomong sama aku, okeh?" Akhirnya Adit pun memutuskan untuk memberi waktu kepada Alisa. Semua itu butuh waktu, kita tidak boleh gegabah, satu kata yang kita ucapkan bisa merubah suatu keadaan. Entah itu keadaan yang semakin membaik atau semakin memburuk, disitulah sebenarnya fungsi dari waktu.

"Makasih Dit." Alisa tersenyum walaupun sebenarnya senyum itu hanya untuk menutupi kecanggungannya.
"Kamu ngga papa kan pulang telat?" Pertanyaan Adit membuat Alisa cemas. Kecemasan raut wajah Alisa sangat jelas terlihat membuat Adit dapat menebak apa yang ada dipikiran Alisa sekarang.
"Ayo kita pulang, aku akan anter kamu." Adit memutuskan untuk mengantar pulang Alisa.
"Maaf, aku lupa izin sama ibu."
"Udah ngga papa, salah aku juga ngajak ketemuan sama kamu, udah ayo nanti malah jadi tambah telat." Alisa kembali lagi hanya menurut, ia tak tahu harus bagaimana menghadapi sikap Adit yang sangat baik.

********

"Makasih ya Dit udah nganter aku pulang, sorry jadi ngrepotin."
"Udah ngga papa, sana gih masuk nanti dicariin ibu kamu, kamu kan belum bilang." Adit kembali menyunggingkan senyumnya. Alisa pun masuk kedalam rumah dengan perasaan harap-harap cemas.

"Aku pulang~" Alisa masuk kedalam rumah dan mendapati rumahnya yang sepi.
"Loh kok sepi, pada kemana si?" Alisa heran, ngga biasanya rumahnya sepi seperti ini. Ia pun memutuskan untuk mengirim sebuah pesan kepada ibunya.

Alisa : Ibu lagi dimana?

Setelah beberapa menit, akhirnya ia mendapat balasan dari ibunya.

Ibu : Ibu lagi ada arisan di rumah temen, di meja ada makanan, nanti kamu makan itu aja ya

Alisa : Okeh bu

Alisa bernafas lega, ia fikir ia akan diomeli karena pulang terlambat, tapi ternyata keberuntungan tengah berpihak kepadanya.

Ketika Alisa tengah asyik membaca novel, kakaknya pulang dari kegiatan kuliahnya.

"Kakak pulang~ rumah kok sepi de, ibu lagi dimana?" Rendi pun juga terheran karena rumahnya sepi.
"Ibu lagi arisan. Oh ya kak." Alisa teringat dengan percakapannya tadi siang dengan Adit.
"Apaan?"
"Sini duduk dulu kak." Alisa menepuk-nepuk sofa di sebelahnya.
"Mau ngomong apa si?" Rendi kemudian duduk di sebelah Alisa.
"Gini ya kak, tadi..." belum selesai ia ngomong kakaknya sudah menyerobot omongannya.
"Kamu tadi kenapa? Diculik trus dibalikin lagi? Dicopet? Keserempet motor?" Kakaknya memang lebay.
"Ya elah, belum selese ngomong udah main serobot aja."
"Ya udah lanjutin." Alisa pun menceritakan kejadian tadi siang ditaman.
"Trus, menurut kaka, aku harus gimana ka?" Alisa meminta saran kepada kakaknya.
"Sebenernya gini ya de, kemaren itu Adit dateng ke kampus kakak." Kakaknya mengatakan yang sejujurnya kepada adiknya.
"Hah?! Beneran kak?" Alisa terkejut dengan apa yang barusan kakaknya ucapkan.
"Iya, dengerin dulu nih ya, kemaren itu Adit dateng ke kampus kakak, trus dia nyariin kakak, tanya ke temen-temen kakak, udah gitu dia itu bilang sama kakak njelasin semua kejadian itu, trus bilang sama kakak kalo kamu ngga mau ketemu sama Adit, Adit minta tolong supaya kakak yang njelasin."
"Beneran kak? Itu Adit beneran?" Alisa masih tidak percaya dengan perkataan kakaknya tadi.
"Beneran, ngga percaya banget sama kakak, kakak juga tau kali Adit orangnya kaya apa, dia kan pernah main kerumah." Alisa kembali terkejut dengan fakta-fakta yang baru ia ketahui. Kalo Adit pernah kerumah berarti dia pernah ketemu Ayah sama Ibu.
"Tapi ngga ketemu Ayah sama Ibu, pas itu udah malem trus dia nganterin buku kamu yang kebawa dia, kata kamu besoknya ulangan jadinya dia belain dateng kerumah malem-malem cuman buat nganter buku kamu dan kamunya udah tidur, tinggal kakak yang lagi begadang nonton bola." Alisa tidak percaya dengan tindakan yang selama ini Adit lakukan. Pantas saja waktu itu mendapati bukunya ada di meja, ia berfikir lupa menaruhnya.
"Jadi, kamu masih ragu sama Adit." Rendi mencoba meyakinkan.
"Aku bingung kak."
"Bingung apalagi sih, kamu ngga liat gimana perjuangan Adit buat kamu, jangan mentingin ego kamu, coba liat apa yang telah ia perjuangkan buat kamu, itu tandanya kamu itu adalah hal yang penting yang ada di hidupnya."
"Aku kekamar dulu kak." Ia berlari menuju kamarnya meninggalkan kakaknya sendirian di ruang keluarga.

Didalam kamar, Alisa berjalan mondar-mandir memikirkan apa yang harus ia putuskan. Ia memutuskan untuk menelepon Tania.

"Halo."
"Iya halo Tan, ini gue Alisa."
"Iya gue juga tahu kali, kan ada nama lo muncul."
"Hehe, sorry gue lagi bingung nih."
"Bingung kenapa? Udah ngmng kan sama Adit?"
"Udah sih, tapi gue jadi tambah bingung, bantuin gue Tan!"
"Emang kenapa lagi Al?" Ia pun menceritakan kejadian tadi siang dan juga fakta-fakta baru yang baru diketahui olehnya kepada Tania, sahabatnya.
"Bagus dong kalo gitu, jadi mau apalagi? Buruan balikan sama Adit."
"Emmmm,,, okeh, gue ngasih satu kesempatan lagi buat Adit, tapi besok aja gue ngomongnya, gue mau mikir-mikir dulu lagi."
"Yee jangan kelamaan mikirnya nanti Adit keburu dicolong sama Alexa gimana?"
"Nggak akan! Udah ah bete." Alisa kemudian memutuskan secara sepihak telfonnya.
"Eh malah dia baper, niat gue kan bercanda."

Ia memutuskan untuk tidur dan bersiap untuk jawabannya kepada Adit.

Hai,
Jeng jeng jeng balik lagi ama author yang masih amatir, karena amatirannya itu typo masih bertebaran dimana-mana. Satu pesen dari aku~~~~

Keep Voment 👍★★

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang