Part 2

32 3 2
                                    

Air matanya mengalir begitu saja ketika ia menyaksikan hal yang tidak pernah ia bayangkan sama sekali. Adit mengkhianatinya. Ia tidak pernah berfikir bahwa ia akan dikhianati. Sakit. Hanya itu yang terlintas dipikirannya sekarang.

Sekerumunan itu tiba-tiba hening dalam sekejap. Ketika melihat orang yang tidak diduga telah menyaksikan apa yang baru saja terjadi.

Ia bergegas untuk pergi dari situ sebelum seseorang yang sekarang ia benci menyadarinya. Namun, orang itu telah menyadari sebelum ia pergi dari situ.

"Alisa!!! Tunggu". Teriak Adit sembari meninggalkan kerumunan itu. Ia mencekal tangan itu.
"Alisa, dengerin penjelasan aku dulu". Adit memohon.
"Alisa plisss, dengerin aku dulu". Adit bingung bagaimana mengahadapi gadis itu, gadis itu diam dalam tangisnya membuat ia semakin dibuat panik.
"Penjelasan apalagi? Aku udah liat semuanya, kamu ngga perlu ngejelasin lagi, udah jelas semuanya!" Teriak Alisa tanpa memperdulikan teman-teman Adit yang sedang memperhatikan mereka berdua.
"Alisa, semua itu ngga kaya yang kamu pikirin, itu semua cuma permainan"
"Permainan? Permainan kamu bilang. Iya, permainan yang kamu mau kan?"
"Bukan gitu." Omongan Adit terhenti ketika tiba-tiba Alisa menyela.
"Stop! Jangan jelasin apa-apa lagi, semakin kamu jelasin ke aku, semakin aku ngrasa sakit."
"Dan satu hal lagi, JANGAN KEJAR AKU." Ucapnya penuh dengan penekanan.

Ia berlari menuju gerbang sekolah tanpa memperdulikan hujan deras yang mengguyurnya. Pikirannya kalut. Ia bingung, ia sakit, ia membutuhkan seseorang yang bisa mengalihkan pikirannya yang kalut itu. Dan sekarang ia memutuskan untuk berjalan dibawah derasnya hujan tanpa memikirkan kondisi kesehatannya nanti.

*Flashback off

Mendengar cerita adiknya, kakaknya pun memeluk adik yang disayanginya itu untuk menenangkannya. Ia tidak habis pikir, adiknya telah dikhianati oleh orang yang ia percaya bisa membawa kebahagiaan untuk adiknya.

"Udah, kamu jangan nangis lagi, kalo kamu udah siap ngadepin dia, kamu harus dengerim penjelasannya, tapi kalo kamu belum bisa lebih baik kamu ngehindar dulu." Kakaknya mencoba memberi saran.
"Makasih kak, aku masuk dulu."
"Iya, jangan lupa senyumnya, nanti adik kakak jadi jelek deh."
"Ih gombal." Ia pun keluar dari mobil dan bergegas menuju kelasnya, karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.

                         ******

"Al, lo ngga papa kan?" Tanya Tania, sahabat kecilnya. Ia lupa untuk memberitahukan sahabatnya itu. Ia tidak sanggup untuk menceritakan kembali.
"Gue nggapapa kok Tan, sorry aku belum cerita sama kamu, eh malah udah tau dulu, sorry ya." Ucap Alisa menyesal.
"Iya nggapapa. Btw, gimana Adit?"
"..... ke kantin yuk." Ucap Alisa tanpa menjawab pertanyaan dari Tania.
"Kalo kamu ngga mau mbahas masalah itu, kamu bisa bilang kalo kamu ngga pengen mbahas itu."
"Hmm, aku ngga mau ngebahas masalah itu sekarang, aku pengen ngeistirahatin pikiran aku dulu. Aku udah laper, kantin yuk."
"Ya udah ayo."

                        ******

"Aku pesen dulu ya, kamu mau pesen apa?" Tawar Tania kepada Alisa.
"Aku pesen baso sama jus jeruknya satu ya mba." Ucap Alisa.
"Lo pikir gue pelayan apa?" Ucap Tania tak suka.
"Hehe, lagian gaya lo udah kaya pelayan aja."
"Ishh.."

"Kira-kira nanti Bu Nana masuk ngga ya?" Tanya Tania membuka pembicaraan.
"Pengennya si tuh guru ngga masuk. Bosen gue ama omelannya."
"Setuju, gue juga bosen, tiap masuk kerjanya ngomelin siswanya mulu, makannya cepet tua."
"Hahah, bener lo." Tawa mereka pun pecah. Namun, ketika mereka sedang asyik ngobrol, tiba-tiba orang yang tidak diharapkan hadir tiba-tiba datang dan merusak suasana.
"Al, kita harus bicara." Ucap Adit menyela pembicaraan mereka berdua.
"Tan, ke kelas yuk, gerah gue disini." Ucap Alisa tanpa memperdulikan keberadaan Adit.
"Mmm, ayuk." Ucap Tania kebingungan harus gimana.
"ALISA!!" Ucapan Adit berhasil membuat kantin menjadi sunyi, membuat Alisa menjadi malu karena diperhatikan oleh banyak orang.
"Okeh, kita bicara tapi bukan disini." Ucap Alisa penuh penuntutan.

                         ******

Kini Alisa sudah berada di taman belakang sekolah dan Tania telah kembali ke kelas.
"Kamu mau ngomong apa?" Ucap Alisa memulai pembicaraan yang menegangkan.
"Aku minta maaf Al, tapi aku bisa jelasin semua itu." Ucap Adit penuh penyesalan.
"Ngga perlu dijelasin lagi."
"Tapi itu ngga kaya yang dipikirin kamu."
"Stop buat ngejelasin semua, aku udah liat semuanya, dan itu udah cukup buat aku."
"Pliss Al dengerin dulu."
"Kalo kamu mau ngejelasin hal itu lebih baik aku pergi." Alisa pun memutuskan untuk pergi dari tepat itu. Meninggalkan Adit yang terdiam.

Alisa berjalan dikoridor sekolah dengan tergesa-gesa, karena bel masuk telah berbunyi 5 menit yang lalu dan Alisa harus berhadapan dengan Bu Nana yang super killer. Ia tidak mau dikeluarkan oleh Bu Nana karena terlambat di jam pelajaran. Btw, Bu Nana itu ngajar fisika. Karena kelasnya yang cukup jauh, yaitu kelas XI IPA 2, ia harus berlari di sepinya koridor sekolah. Ketika ia sedang berlari menuju kelasnya, tiba-tiba....

"Bruukkkk..." ia menabrak seseorang, dan itu semakin memperpanjang waktunya untuk sampai dikelas.

Hai,
Balik lagi ama author,jangan bosen-bosen ya buat baca cerita aku, mungkin typo masih bertebaran dimana-mana. Aku ingetin kalian para readers, karena ini cerita pertama aku jadi aku harap kalian bisa support aku buat ngelanjutin cerita ini dan jangan jadi silent readers okeh 👍👍

Keep vomment 😂😂
Ditunggu kritik, saran 😂😂

The Other SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang