"Kenapa kau selalu mengaturku?"
"Itu adalah hakku, aku punya hak atas kamu!"
"Aku hanya ingin berjemur!"
"Tapi kau tidak perlu menanggalkan pakaianmu"
"Kenapa?"
"Karena... Karena kau tidak boleh!"
"Kenapa aku tidak boleh?"
"Bisakah kau menurut kepada suamimu?" Sehun geram.
"Tidak"
Sehun menggertakan giginya. Kepalan tangannya dia tahan sekuat tenaga agar tidak melayang kearah istri tercintanya. Matanya menatap tajam kearah Seulgi.
"Baiklah. Lakukan sesukamu"
"Oke" Seulgi tersenyum dan melenggang pergi menjauhi Sehun. Sehun segera menarik tangan Seulgi dan menggendongnya ala bridal style. Digendongan Sehun, Seulgi meraung - raung. Tapi, Sehun tidak kehabisan tenaga, dia terus membawa dua nyawa itu ke tujuannya. Seulgi tidak bisa dibiarkan bebas, dia merasa harus mengikatnya.
Bukan dengan sebuah tali atau semacamnya, ikatan yang dimaksud adalah pengawasan ketat, tangan, mata, dan mulut Sehun benar - benar harus bekerja sama untuk mengalahkan mood Seulgi. Dan bukan saatnya untuk mengalah, dia benar - benar harus bisa mengendalikannya.
Di meja itu, makanan terus berdatangan, Sehun terus memakan makanannya dengan lahap dan Seulgi hanya terus menatap piring yang ada didepannya, entah disengaja atau tidak, Sehun tampak memisahkan piring Seulgi dengan yang lainnya.
"Seh--" Seulgi mencoba membuka pembicaraan tapi Sehun memotongnya.
"Makanlah kau pasti sangat lapar kan sayang?" Seulgi menelan ludahnya. Sehun sudah menghabiskan tujuh piring.
Seulgi ingin marah rasanya dan tangannya sudah sangat gatal ingin mencabik - cabik suaminya itu, tetapi dia tidak bisa, caci maki yang Seulgi siap keluarkan tertahan ditenggorokannya, pengunjung restoran itu tampak sedang memotret kebersamaan keduanya, Sehun yang sesekali bergaya dan menampilkan senyumnya itu membuat kekesalan Seulgi bertambah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mood
Fanfiction"Kenapa kau cemberut?" "Kenapa kau diam saja?" "Kau harus senyum" "Lihat semua orang melihat kita" "Kenapa kau ini? ini adalah hari pernikahanmu" "Diamlah aku sedang tidak mood"