Summer sudah terlalu lelah untuk menyalahkan siapapun atas kejadian yang terjadi pada dua minggu yang lalu. Dia telah kehilangan kepercayaan kerabatnya, kehilangan banyak uang dalam semalam, dan mendapat kabar angin yang membuatnya merasa malu dan ingin mengubur dirinya sendiri.
Putri keluarga Kim memaksa anak dibawah umur mengkonsumsi ganja.
Dua hari setelah kejadian tersebut, ia kembali dibuat kesal dengan pesan singkat dari Yumi yang memohon agar Summer tidak menceritakan hal buruk apapun yang menyangkut tentang Yumi kepada ayahnya. Gadis 17 tahun itu secara tidak langsung meminta Summer untuk tutup mulut dan menelan mentah-mentah rumor jelek soal dirinya yang kini beredar dikalangan kerabat dan koleganya.
Sorenya, Summer kembali dibuat repot dengan kabar bahwa transaksi atas puluhan tiket konser yang dipesannya bersama Yumi secara gegabah tidak dapat dibatalkan.
Transaksi itu telah terjadi dan tidak dapat diganggu gugat.
Merasa sayang jika harus melewatkan konser yang telah menghabiskan jutaan won dari rekeningnya tersebut, maka di sinilah Summer saat ini, berdiri di tengah-tengah ribuan orang dalam sebuah venue yang luas.
Suasana yang ramai dan orang-orang yang terus-menerus berdesakan membuat kepalanya terasa pusing. Konser tidak kunjung dimulai dan dia baru menyadari bahwa ia telah melewatkan makan siangnya hari ini. Orang-orang di sekitarnya yang mengobrol dengan suara kelewat keras membuatnya ingin menangis dan menenggelamkan wajahnya di atas kasur semalam suntuk.
Summer tidak menyukai keramaian.
Sekitar satu jam kemudian bersamaan langit yang mulai berubah gelap, konser dimulai.
Orang-orang dari atas panggung melakukan tugasnya, bernyanyi, kadang berbicara sebentar, tertawa, juga bermain sejumlah instrumen.
Summer tidak banyak memperhatikan detail dalam konser, tetapi atensinya betul-betul teralihkan ketika seisi venue berubah gelap.
Perlahan, cahaya-cahaya kecil muncul, semakin banyak, semakin terang, hingga akhirnya membentuk lautan cahaya perak yang memanjakan mata.
Summer tertegun.
Suara orang-orang mulai terdengar hidup dan kerasnya musik terasa menggetarkan. Semuanya tertawa dan gelombang emosi perasaan dari ribuan orang di tempat itu entah mengapa sampai kepadanya. Suasana konser membawa Summer terlelap dalam euforia yang mendebarkan.
Dari atas panggung, sembilan orang melambaikan tangannya lalu membungkuk secara bersamaan. Cahaya dari lampu sorot menerpa punggung mereka, membuat mereka tampak seperti siluet yang indah.
Gadis disebelahnya menyentuh punggungnya, mengajaknya ikut bernyanyi. Kumpulan orang-orang asing dalam perasaan yang sama membuatnya takjub. Summer tidak pernah merasa seperti ini, tidak sekali pun dalam hidupnya.
Malam itu, Summer pulang sambil mengemudikan mobilnya sendiri. Radio memutarkan lagu yang kini tidak asing lagi di telinganya. Ini lagu yang didengarnya tepat beberapa saat lalu. Summer menikmati lirik tersebut dan terus mengenang atmosfer konser yang menyenangkan dan membuat jantungnya berdegup kencang.
Summer sampai di rumahnya dan masuk ke dalam kamarnya. Ia memandangi langit-langit ruangan.
Ia kemudian meraih ponselnya, mencari tahu tentang orang-orang di atas panggung. Tidak butuh waktu lama untuk membuat Summer merasa kagum. Hari-hari berikutnya, Summer masih sibuk mengamati orang-orang tersebut, mencari tahu tentang mereka lebih dalam lagi.
Hari berganti menjadi bulan dan bulan berganti menjadi tahun. Satu tahun telah berlalu sejak hari itu. Summer semakin merasa tertarik dan perasaan tersebut kini bertransformasi menjadi suatu keinginan besar yang sulit dideskripsikan. Rasa keinginan kuat untuk memiliki sesuatu yang tidak pernah mampu dijangkau.
Summer merasa seperti sedang berusaha menjangkau bulan di langit.
Teramat jauh, sedekat apapun ia berusaha menjangkaunya.
Ia didesak oleh perasaan ingin memiliki yang semakin kuat. Summer membayangkan bagaimana cara mencapai orang-orang tersebut ketika kenyataannya, orang-orang tersebut terus terbangun di tempat yang berbeda setiap harinya sedangkan Summer hanya berdiam secara stagnan ditempatnya bermimpi.
Summer tidak ingin mereka semakin menjauh. Ia ingin melihat mereka dalam sudut pandang lain yang tidak diketahui banyak orang.
Summer ingin melihat mereka sebagai manusia biasa sebagaimana dirinya saat ini.
Hingga pada suatu masa, Summer memutuskan untuk melewati garis batas yang tidak seharusnya ia lalui.
Dia merasa bersalah, namun puas dan bahagia disaat yang bersamaan.
Pada tahun 2016, Summer punya banyak kehidupan yang ia amati dalam hidupnya sendiri. Kehidupan dari orang-orang yang dia pikir tidak akan pernah ia jangkau kini berada dalam genggamannya, berada dalam pengawasannya.
EXO menjadi tempatnya berpulang.
Summer bahagia.
Hanya itu yang ia ketahui.
***
TBC
P.s Aku bakal seneng banget kalo kalian mau vote dan ninggalin komentar di sini, jadi terimakasih! :)
With love, Polaroid.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASAENG
FanfictionMereka Peterpan dan kita ditakdirkan sebagai Tink. Suatu hari, takdir akan mempertemukan Peterpan dengan Wendy-nya dan yang dapat Tink lakukan saat masa itu tiba hanyalah melepaskan Peter, membiarkan Wendy membawanya sejauh mungkin, hingga sampai p...