"Nona, bisa tolong tanda tangani lembar ini?" tanya seorang wanita berumur 40 tahunan yang sedang berdiri dihadapan Summer saat ini. Ia lalu menyodorkan beberapa lembar kertas berukuran A4 kepada Summer dengan hati-hati.
"Ah ya, baiklah." Summer menjawab sambil menandatangani lembaran formulir yang dimaksud wanita itu. Ia kemudian menyerahkan kembali pena dan formulir kepada wanita itu.
"Terimakasih. Biar kubacakan kembali, ya? Donasi sebesar 5 juta won untuk yayasan anak penderita kanker atas nama 'Oh Sehun'. Ada yang salah?" tanya wanita itu sambil tersenyum.
Summer menggeleng pelan sebagai jawaban.
"Kami akan menghubungimu lagi begitu donasi ini diterima oleh yayasan tersebut." ujar wanita itu lagi.
Wanita itu lalu merapihkan lembaran demi lembaran kertas dan menyusunnya menjadi satu. Ia lalu menatap Summer sambil tersenyum hangat.
"Terimakasih sudah menjadi donatur tetap yayasan kami. Para anak-anak sangat terbantu berkat donasi yang anda berikan." wanita itu berterimakasih sambil membungkukkan badannya.
"Tidak usah sungkan, lagipula bukan hanya aku donatur di sini. Aku hanya salah satu dari mereka. " jawab Summer sambil tersenyum ke arahnya.
"Ah- jawabanmu barusan mengingatkanku pada Tuan Lee. Beliau juga dulu menjadi donatur tetap di sini. Anda persis seperti ayahmu, nona."
Summer mengangguk pelan dan tertawa kecil.
Ayahnya memang seseorang yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan sosial. Selama masa hidupnya dulu, ia bahkan menyisihkan seperempat dari keuntungan sahamnya untuk didonasikan ke berbagai yayasan sosial. Dan jika diperhitungkan, mungkin ia lebih sering mengunjungi acara-acara amal dan bertemu dengan para anak yatim piatu daripada bertemu dengan Summer yang jelas-jelas merupakan anaknya sendiri.
Summer bahkan sedikit meragukan apakah ia memang benar merupakan putri kandung ayahnya sendiri atau bukan. Tapi setidaknya berbeda dengan ibunya, ayah Summer bersikap lebih lembut terhadapnya. Sesekali ia memberikan Summer hadiah dan hal-hal yang diinginkan oleh anak-anak perempuan seumurannya pada waktu itu. Ayah Summer juga setidaknya selalu menatap dan tersenyum kepadanya setiap kali ia mencoba untuk bicara. Walau mereka hanya bertemu sesekali, Summer setidaknya tahu bahwa ayahnya mempedulikannya.
Seluruh bentuk perhatian kecil ayahnya yang diberikan padanya dulu adalah alasan utama mengapa Summer masih mempercayai bahwa ia dulu memiliki sebuah keluarga dan ada di dalamnya.
Sedangkan berbicara tentang ibunya, Lee Hyori, yang mampu Summer ingat hanyalah sosok wanita berambut panjang yang pendiam. Ibunya jarang bicara dan lebih sering mengurung diri di kamar. Kenangan apapun yang berkaitan dengan ibunya hanya membuat Summer merasa takut dan trauma. Pertama dan terakhir kalinya ia berdua saja dengan ibunya adalah pada suatu malam di bulan April. Para pelayan tidak mencarinya malam itu dan ayahnya tidak di rumah seperti biasanya. Di dalam kamar bercat putih yang dingin dan hampa itu, kejadian yang tidak akan dilupakannya seumur hidup terjadi di sana. Ibunya mengamuk tanpa alasan dan mungkin itu juga pertama kali baginya mendengar ibunya bersuara begitu keras. Summer mendapat 4 jahitan di dahinya satu hari setelah malam itu berlalu.
Ibunya marah karena Summer terlahir di dunia ini, cerita Summer kepada ayahnya yang saat itu bertanya.
Karena Summer, karena eksistensinya, ibunya kehilangan segala yang pernah diimpikannya.
Semua itu menjawab kabar menghilangnya model Lee Hyori, yang oleh media dikabarkan menghilang karena melarikan diri ke negara lain. Lee Hyori dikabarkan kabur bersama kekasihnya yang kaya raya, tinggal di rumah bagai istana, dan menghabiskan masa tuanya mengurusi kebun mawar yang lebih luas dari blue house.
Kabar itu tidak sepenuhnya salah, juga tidak sepenuhnya benar.
Lee Hyori benar-benar kabur dengan kekasihnya karena jatuh cinta. Lee Hyori masih muda, cantik, berani, dan berpikiran pendek. Dia hamil dalam pelariannya.
Agensinya menolak Lee Hyori kembali dan sejak saat itu, segala dalam hidupnya berubah menjadi aib dan rahasia.
Rahasia itu dibawanya mati dan hanya Summer yang tersisa darinya, seorang anak gadis yang tidak pernah diketahui dunia. Seorang anak gadis yang mewarisi mata dan bentuk wajahnya sepenuhnya.
Dan kini hidup gadis bernama Summer itu tidak lebih dari sebuah kehidupan bunga liar, dimana tidak ada seorangpun tertarik untuk menyiraminya ataupun melihat keindahannya walau hanya sekilas.
Summer merasa dirinya hanya sebatas itu.
Siapa yang menyangka bahwa semesta bisa sejahat ini?
Seseorang kemudian menabrak punggungnya sehingga Summer tersadar dari lamunannya.
Summer lalu pergi dan mengambil ponsel dari dalam tasnya. Ia lalu memasangkan earphone. Perasaannya tidak cukup baik hari ini.
"No mother's arms to hold me or soothe me when I cry.
Sometimes it gets so lonely I wish that I could die.
I'd walk the streets of heaven where all the blind can see.
And just like all the other kids there'd be a home for me.I'm nobody's child
I'm nobody's child
Just like a flower Im just growing wild.
No mommy's kisses and no daddy's smilenobody wants me,
I'm nobody's child "
.
.
.
.
.
Summer merasa dadanya kini terasa begitu sesak dan tenggorokannya seperti menyempit. Tanpa sadar Summer menangis. Ia pun berjalan dengan sedikit terburu-buru menuju mobil. Summer baru hendak masuk ke dalam mobil ketika seseorang menepuk pundaknya. Ia menepuk pundak Summer dengan cukup keras. Summer melepaskan earphone-nya lalu menoleh ke arah orang tersebut dengan ekspresi tidak senang.
Summer benci berurusan dengan siapapun saat ini.
Tapi, ekspresinya berubah seketika begitu melihat siapa yang berdiri di belakangnya. Orang di belakangnya ini berdiri dengan sedikit kikuk.
"Ah itu, aku sudah mencoba untuk memanggilmu berkali-kali tapi sepertinya kau tidak dapat mendengar suaraku." ujarnya sambil menunjuk ke arah earphone dengan kabel kusut yang berada ditangan Summer.
Summer hanya diam dan menatap lurus orang tersebut. Sialnya, air mata Summer terlanjur mengalir. Pria itu melihatnya menangis. Pria itu lalu menunduk dengan spontan seakan-akan ia ingin membiarkan Summer untuk menyeka air matanya terlebih dahulu.
"Kau baik-baik saja?" tanya pria itu. Summer hanya diam.
Beberapa menit setelahnya, setelah Summer berhenti menangis, Summer kembali menatapnya. Pria itu tersenyum dan mendekat ke arahnya.
Apa yang semesta rencanakan saat ini? Skenario macam apa yang ia ciptakan?
"Maaf jika aku mengejutkanmu, tapi terimakasih sudah mendonasikan sejumlah dana atas namaku. Aku sangat berterimakasih." ujarnya lagi sambil membungkuk.
Tbc
*******
Maaf ini lama bgt updatenya :')
KAMU SEDANG MEMBACA
SASAENG
Hayran KurguMereka Peterpan dan kita ditakdirkan sebagai Tink. Suatu hari, takdir akan mempertemukan Peterpan dengan Wendy-nya dan yang dapat Tink lakukan saat masa itu tiba hanyalah melepaskan Peter, membiarkan Wendy membawanya sejauh mungkin, hingga sampai p...