Hubungan Dasar Filsafat dan Sastra

9.4K 312 25
                                    

Setiap detik, manusia selalu dihadapkan pada proses berpikir. Berpikir itu inti dari perjalanan filsafat. Sastra dan berpikir hampir selalu berdampingan. Sastra merangsang hidup manusia yang harus senantiasa berpikir. Ketika orang membaca sastra, pikiran akan semakin terusik. Pikiran-pikiran manusia yang estetis itulah yang mendorong manusia hidup dalam rentang keindahan.

Secara estimologi, filsafat berasal dari bahasa yunani philos dan sophia. Philos berarti cinta dan sophia artinya kebijaksanaan. Filsafat merupakan ilmu yang menghendaki kearifan dalam menanggapi hidup ini. Adapun sastra berasal darikata sas (ajaran) dan tra (alat). Sastra adalah alat (wahana) untuk mengajarkan kearifan hidup (endraswara 2011: 2). Sastra adalah fenomena yang menggunakan bahasa khas, untuk menyampaikan sebuah kebenaran.

Dalam bukunya berjudul Outline of Literature, (jones 1968:1) sempat mempertanyakan secara kritis "what is literature ?" dia menjawab lewat esainya, sastra adalah jalan untuk menemukan dunia sekeliling kita secara imajinatif. Definisi ini mengajak kita agar membuka mata, bahwa sastra itu terkait dengan pikiran. Jalur pikiran inilah yang dekat dengan filsafat. Dengan pikiran, orang dapat memahami sesuatu secara cerdas.

Pada bagian lain, Danziger dan Johnson (Budianta, 2002: 7) menyatakan sastra sebuah "seni bahasa". Bahasa adalah simbol, yang penuh dengan muatan filsafati. Sastra, simbol, dan bahasa adalah tiga hal yang sulit dilepaskan. Ketiganya menyatu ke dalam pemikiran filsafati. Bahkan Aristoteles dengan tegas mengungkapkan, sastra itu karya " yang menyampaikan suatu jenis pengetahuan yang tidak bisa disampaikan dengan cara yang lain." Gagasan ini, menandai bahwa sastra itu sebuah media ekspresi
yang khas. Sastra dan filsafat selalu dekat lewat pikiran ekspresi yang semakin tertata. Ketika hal lain sungkan menyampaikan, takut bereskpresi, sastra justru menjadi pionir menyuarakan orisinalitas.

Sumbangan sastra memang tidak perlu diragukan dalam bidang filsafat. Karya karya besar seperti Pramudya Ananta Toer, Ws Rendra, Mintardja, Sapardi Djoko D, Umbu Landu Paranggi, Sindunata, MH Ainun Nadjib, Eka kurniawan dan lain -lain tentu memiliki sumbangan berharga bagi pengembangan filsafat. Sumbangan yang paling berharga dari sastra adalah membangun konteks berpikir yang logis dan bertanggung jawab.

Sumbangan pola pikir itulah sebuah cerminan filsafati dalam sastra. Sastra menjadi dokumen moralitas bangsa yang amat berharga. Dengan moral, manusia semakin mampu bersikap bijak terhadap hidup dan menjaga harga sebuah kebenaran.

###
Daftar Rujukan:
Budianto, Melani, dkk. 2002. Membaca Sastra. Magelang: Tera.
Endraswara, Suwardi. 2011. Filsafat Ilmu. Diktat kuliah. Yogyakarta: Pascasarjana UNY.
Jones, Edward, H. 1968. Outline of Literature. New York: The Macmillan Company.

Hubungan Dasar Filsafat dan SastraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang