"Orang yang tidak dapat mengambil pelajaran dari masa tiga ribu tahun, hidup tanpa memanfaatkan akalnya."
-GOETHE
Agar tidak terlalu jauh menarik diri ke masa lalu, lebih baik diambil contoh kasus degradasi manusia paling mutakhir yang dipimpin oleh Eropa. Dulu, sebelum Sir Isaac Newton--Fisikawan yang mengeluarkan pernyataan bahwa dunia ini bergerak berdasarkan cara kerja mekanis, manusia masih memiliki peluang untuk berpikir dan bekerja menurut peradaban koneksitas.
Pada masa Majapahit hingga Wali Songo di Jawa yang bisa mengubah buah aren tampak seperti "bongkahan emas", manusia Eropa masih berpikir bahwa bumi adalah pusat alam semesta, dunia dikendalikan oleh dewa dan jika petir datang, itu pertanda bahwa Dewa sedang marah kepada mereka.
Saat itu, Eropa juga dikuasai oleh gereja. Semua sisi kehidupan manusia tidak lepas dari kendali gereja. Warga Eropa juga tidak diberi akses membaca kitab suci secara pribadi. Grejalah satu-satunya otoritas pemegang kebenaran dan kitab suci. Bahkan, gereja memiliki otoritas menerbitkan surat pengampunan Tuhan atas dosa-dosa yang telah diperbuat manusia. Saat Nusantara sudah berabad-abad mencapai peradaban koneksitas, orang-orang kaya Eropa membeli surat pengampunan dosa.
Kemudian, teknologi percetakan ditemukan. Alkitab bisa dicetak dalam jumlah massal. Salah satu akibatnya, muncul protes Martin Luther yang pada akhirnya menjadi awal gerakan protes terhadap gereja. Lahirlah kaum protestan. Pada saat yang sama risalah-risalah tentang sains juga mulai dipublikasikan. Teori Galileo dan Copernicus berhadap-hadapan dengan kemauan gereja.
Lalu, lahir pula Newton yang memperkenalkan cara kerja dunia seperti cara kerja mesin. Juga Descartes, sang juara pemuja logika serta ilmuwan-ilmuwan lain yang mulai melakukan penelitian untuk menemukan rahasia-rahasia dunia yang belum terkuak. Zaman itu dikenal sebagai zaman renaisans Eropa yang kemudian melahirkan modernitas.
Sementara, pada saat yang hampir sama, di Nusantara, lambat laun kejayaan kerajaan-kerajaan besar mulai pudar dan akhirnya runtuh. Manusia-manusia Nusantara yang sebelumnya akrab dengan teknologi internal (peradaban koneksitas) juga mulai luntur. Apalagi, sejak orang-orang Eropa mulai datang ke Nusantara, peradaban Nusantara mengalami kemerosotan tajam.
Puncaknya saat Belanda memperkenalkan sistem pendidikan modern yang membawa serta cara pandang pemikiran modern atas dunia ini. Itulah titik balik peradaban koneksitas di Nusantara. Sebab, dunia modern yang di antaranya didasari oleh pemikiran Newton dan Descartes menganggap peradaban koneksitas adalah mitos, magic, tidak masuk akal, dan "sesat".
Namun pandangan Newtonian yang beranggapan bahwa dunia ini sepenuhnya berada dalam kapastian mendadak musnah begitu para fisikawan abad ke 20 berhasil merumuskan mekanika kuantum. Diawali oleh Planck dan diteruskan oleh Heisenberg, mekanika kuantum merusak bangunan mekanika klasik Newton. Inti ajaran dasar mekanika kuantum adalah dunia ini tidak melulu mekanis dan matematik seperti apa yang dipikirkan Newton dan Descartes. Dunia ini, seperti teori Heisenberg yang dipublikasikan pada tahun 1927: berdasarkan ketidakpastian. Semua hak menjadi mungkin terjadi. Sehingga memberi peluang kepada hal-hal di luar sains memperoleh pengakuan.
Mekanika kuantum menghajar teori Newton dan Descartes dengan telak. Rumusan para fisikawan mekanika kuantum mengubah cara pandang manusia terhadap kehidupannya, dunia, alam semesta, dan orientasi peradaban. Mekanika kuantum memberi jalan bagi manusia untuk kembali mempercayai kosmologi sebelum zaman modern dengan semangat baru: semangat sains.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hubungan Dasar Filsafat dan Sastra
AléatoireBanyak orang bertanya-tanya apa itu filsafat? Bagaimana penyampaian pemikiran tersebut? Apakah ada ketersangkutan filsafati dengan karya sastra sebagai bahan penyampaian? Semoga tulisan ini-minimal, membantu membuka pintu kecintaan pemahaman tentang...