Chapter 2 - Starting City

448 31 3
                                    

Terus berjalan selama sejam lebih bukanlah sebuah perkara mudah. Apalagi saat dirimu sedang memakai flat shoes dengan hak sekitar tiga senti. Sementara bagi yang memiliki fisik yang kuat dan memakai sepatu boot yang nyaman dipakai jalan, itu adalah perkara mudah.

Berulang kali gadis yang mengenalkan dirinya sebagai 'Hanna' pada laki-laki bernama Boboiboy itu menyeka kerigatnya. Panas terik matahari masih terasa walaupun bila dikira sekarang sudah jam empat sore.

"Hanna, kamu tidak apa-apa?" Sering pula laki-laki bernama Boboiboy itu menoleh ke belakang, memastikan keadaan teman seperjalanannya itu.

"Ti-Tidak apa-apa. Aku memang sudah lama tidak olahraga." ucapnya sambil memaksa tersenyum.

"Kamu hanya harus bertahan sebentar lagi kok. Dari puncak sini sudah terlihat sebuah kota yang luas."

"Benar?!" Mata karamel gadis yang tadinya lesu itu langsung berbinar-binar. Ia berlari kecil dan berhenti di samping Boboiboy. "Wah! Benar! Besar sekali!"

Pemandangan yang seperti dalam dongeng. Meskipun tidak terlalu berbeda dengan tempat asal mereka, namun tetap saja kesannya berbeda.

"Ayo! Kita bergegas sebelum matahari terbenam!" seru Boboiboy yang membuyarkan lamuman Hanna yang masih sibuk mengagumi pemandangan kota itu.

"Ah iya! Tunggu!" Buru-buru Hanna menyusul Boboiboy yang gesit itu.

***

"Hei, kamu benar-benar tahu letak kotanya tidak, gamer pemula?"

"Kasar banget! Aku ini pro tahu?!"

"Kalau memang pro, jelaskan kenapa kita belum juga sampai?!" tanya Fang yang sudah habis kesabarannya karena dibawa mutar-mutar dengan orang aneh yang baru ditemuinya kurang dari setengah hari.

"Sebentar dulu. Harusnya setelah melalui gunung ini kita sampai." Gopal menolak untuk menjelaskan dan mulai mendaki gunung yang tidak terlalu tinggi dan terjal di depan mereka.

"Uhh ..."

Fang menoleh, melihat seorang gadis di sampingnya yang sedari mereka berjalan tadi terus-menerus mengaduh pelan.

"Kakimu sakit lagi kan?" tebak Fang.

"Ma-Mana ada! Kakiku tidak lecet atau sejenisnya sampai menimbulkan rasa perih dan sakit atau semacamnya kok!" balas Ying blak-blakan.

Fang menghela napas panjang. Lalu tanpa disuruh, laki-laki itu mengangkat dan menaruh tubuh mungil Ying di atas punggungnya.

"Ap-!" Wajah Ying memerah. "Turun! Turunkan aku!"

"Sudah diam. Kuturunkan pun kamu kesulitan berjalan kan?" sentak Fang yang membuat gadis itu langsung terdiam.

"Hei, kalian masih sempat mesra-mesraan dalam situasi seperti ini?" timpal Gopal saat melihat (calon) pasangan tsundere itu.

"SIAPA YANG MESRA?!" teriak Fang dan Ying berbarengan.

"Ciee~ sampai jawabnya kompak gitu." Gopal malah semakin semangat menggoda. "Tenang aja, tidak usah pedulikan aku. Anggap saja aku semacam obat nyamuk."

"Aku tidak pernah menganggapmu obat nyamuk." ucap Fang.

"Oh, aku senang mendengar itu darimu. Jadi kamu menganggapku sebagai apa? Teman seperjuangan?"

"Aku hanya menganggapmu sebagai penunjuk arah. Jangan terlalu berharap yang muluk-muluk." Fang membalas sengit.

Gopal merasa biasa-biasa saja dan kembali meneruskan langkahnya sampai mereka tiba di puncak gunung dan terlihatlah pemandangan kota yang luas lagi ramai.

Door of MidnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang