•••••
Aura intimidasi keluar dari tubuh Zefran. Dia menatap wanita yang duduk di depannya. Wanita yang menggunakan kemeja kerja yang melekat sangat pas di tubuhnya, rok selutut yang memiliki warna senada dengan kemeja yang digunakannya.
Mata tajam wanita itu tertuju pada layar ipad miliknya. Saking fokusnya, helaian anak rambutnya yang panjang jatuh menutupi matanya yang tampak lelah. Diangkatnya kepalanya dan merapikan kembali rambutnya. Dimatikannya ipadnya dan berbalik menatap Zefran. Tanpa emosi dan ekspresi.
"hentikan tatapan mengintimidasimu itu tuan" ucapnya
"sulit bagi saya untuk konsentrasi jika anda masih menatap saya dengan intens. "
Zefran mengedipkan matanya sesaat setelah mendengar ucapan wanita tanpa emosi dihadapannya. Zefran memperbaiki posisi duduknya dan menyesap kopinya.
"perjo--"
Zefran melongo saat melihat wanita dihadapannya ini malah kembali sibuk dengan ipadnya. Zefran berdehem keras membuat wanita dihadapannya itu tersentak dan mengangkat tangannya sebentar. Mengisyaratkan agar menunggu beberapa saat lagi.
Zefran yang geram langsung berdiri dan mengambil ipad milik Jessie. Wanita itu malah menatap Zefran santai dan meminum peach cold brew kesukaannya.
Zefran menghela nafas saat melihat layar ipad itu. Ternyata dari tadi gadis dihadapannya serius memainkan permainan otak susun menyusun Zefran mendengus kesal lalu menghempaskan ipad milik Jessie dan menatap tajam wanita itu.
"sekarang mari kita bicara serius mengenai perjodohan ini --"
Ucapan Zefran kembali terpotong dengan Jessie yang kini mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk berhenti bicara
"saya menyetujuinya. "
"YES! Ehm... Makudku, kenapa kau menyetujuinya? Bahkan kau tidak mengenaliku." Tanya Zefran dengan sedikit tatapan tajam.
"agar orangtua saya bahagia. Saya memang belum mengenal anda. Tapi apakah anda mengenal saya? " Jessie membalas ucapan Zefran masih dengan nada datar.
Mendengar jawaban Jessie, Zefran tersenyum tipis lalu mengeluarkan ponselnya. Sesaat kemudian Zefran melempar ponselnya kehadapan Jessie. Jessie mengambil ponsel itu dan menatap sebuah foto yang terpampang jelas dilayarnya.
Foto seorang remaja laki-laki dan remaja perempuan yang mengenakan pakaian formal. Dengan latar bertuliskan "HAPPY GRADUATION CALON MABA".
"itu. 2 orang di foto itu adalah aku Zefran Cardio dan kau Jessie Farinka. Pria itu adalah orang yang kau sukai 12 tahun lalu, Jessie. Ini aku Zefran"
Detik itu juga dunia seakan berhenti. Jessie mengangkat kepalanya. Menatap wajah Zefran. Dimulai dari hidung, bibir, mata, tulang pipi, rambut, dan berakhir
Di bekas luka bakar di tangannya.
Zefran?!•••••
"sumpah, Jes? Zefran yang itu? Yang lo suka dulu itu? Yang bikin lo galau tiap hari karna gak pernah ngomong sama lo?! Yang bikin lo --" melihat mata Jessie yang menatapnya malas.
Sonia terkekeh lalu meletakkan contoh undangan pernikahan -berwarna silver yang terkesan elegan bahkan sangat elegan- itu dengan hati hati di atas meja, "mimpi lo kesampean Jes. Nikah sama orang yang lo suka"
Jessie memutar bolanya malas. Dia kembali menggambar di tumpukan kertas yang ada dihadapannya. Berbagai gambar ada disana. Mulai dari gaun pengantin, kebaya, baju anak anak, interior, design rumah, dan masih banyak lagi.
"gue salut"
Jessie dan Sonia sama sama mendongak melihat siapa yang baru datang. Shanaya datang dengan seorang bayi di gendongannya. Bayi laki-laki itu langsung mengangkat tangan saat melihat Jessie. Meminta Jessie untuk menggendongnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Old Love
RomanceBagaimana jika orang yang dulu mencintaimu berbalik membencimu? Bagaimana jika orang yang dulu menganggapmu bukan siapa-siapa berbalik mencintaimu dengan sangat? Dan bagaimana jika kamu dijodohkan dengan orang yang sekarang membencimu? Dan bagaimana...