02 - Warna

36 3 8
                                    

•••••

"saya belum pernah pacaran" Zefran langsung melirik Jessie yang tersenyum tipis sambil menatap lurus ke depan dan Zefran menatapnya tak percaya.

-----

"serius? " Zefran bertanya untuk memastikannya dan Jessie hanya mengangguk

Melihat Jessie yang mengangguk membuat Zefran mengepalkan tangannya dan bersorak tertahan. Ekspresi bahagia terpancar dari wajahnya.

"bisa kita jalan sekarang? " Tanya Jessue lalu membuka map yang berisi kertas kertas gambar.

Zefran melirik Jessie yang terfokus pada gambar itu dan tersenyum tipis.

"baiklah mrs. Designer"

Zefran lalu menginjak gas dan mobil ini melaju membelah jalanan kota sore ini.

Gue yang pertama di hatinya

•••••

"inikan... Taman belakang sekolah? "

Zefran hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Jessie. Lalu berjalan kearah sebuah kursi panjang yang terletak di pinggir kolam.

"bukankah anda bilang orang tua kita menunggu? "

Zefran kembali mengangguk dan menepuk bagian kosong disebelahnya. Seakan paham akan isyarat yang diberikan Zefran, Jessie langsung duduk disana.

"kenapa kita tidak langsung menemui mereka? Kenapa anda membawa saya kesini? Saya masih bisa bermain dengan Tarekh dan berkumpul dengan sahabat-sahabat saya. Akh! Anda membuat saya kesal"

Jessue lalu menghidupkan ipadnya dan membuka email dari pelanggan pelanggannya ataupun klien kerja nya. Sambil tetap mendumel.

Melihatnya membuat Zefran tersenyum tipis dan menatap lama wajah serius bercampur kesal Jessie. Wanita disampingnya ini adalah tipe pekerja keras. Menurutnya

Sekarang weekend. Dimana semua orang akan bersantai meskipun kerjaan meraka segunung. Tetapi, wanita disampingnya ini tetap serius bekerja. Wajahnya yang serius. Mulutnya yang bergumam kesal. Tangannya yang lincah membuka dan membalas pesan pesan kliennya. Bulu mata yang tebal dan indah saat bergerak ketika matanya berkedip. Matanya yang bulat, besar dan indah yang menatap tajam layar ipadnya. Pipi yang bergerah naik turun setiap dia bicara. Anak anak rambut yang kembali berjatuhan menutupi sebagian matanya.

Secara tak sadar tangan Zefran bergerak merapikan helaian anak rambut Jessie yang berjatuhan. Dan saat tangan Zefran menyentuh pipi Jessie. Tubuh Jessie menegang. Pikiran dan pandangannya kosong. Tangannya berhenti bergerak. Mulutnya berhenti bicara. Jantungnya memberikan reaksi yang berbeda. Ingatannya merembes pada kejadian yang sama di tempat ini. Saat Zefrab tidak mengenalnya dan membersihkan rambutnya dari daun yang bertumpuk di atas kepalanya. Meskipun Jessie tau bahwa ada maksud lain dari sikapnya itu.

"Kamu cantik"

'Lo cantik'

Ingatan Jessie kembali ke kejadian itu. Sesaat setelah Zefran membersihkan rambutnya. Saat itu Zefran juga mengucapkan hal yang sama. Tangan Jessie mulai terkepal dan bergetar. Hatinya selalu sakit mengingat hal itu. Dan dia takut mendengar kelanjutannya. Kelanjutan yang membuatnya sadar bahwa saat itu hanya rekayasa

'sayangnya ini semua tantangan dari temen temen gue. Dan lo ga masuk dalam kriteria cantik gue. Jadi lo ga usah ngarep gue bisa suka sama lo ataupun muji lo'

Kalimat yang sakit. Sangat sakit. Seperti telah dibawa terbang dan dilepaskan begitu saja tanpa perlindungan sama sekali.

"sayangnya semua ini aku sia siakan saat itu. Maaf"

Old LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang