04. Kelas Jendral

9 1 0
                                    

Tawa gadis kecil itu seirama dengan tebasan pedangnya, tubuh mahluk besar yang menjadi lawannya selalu terkena serangan yang dilontarkan Eris. Cairan kental hitam mengotori kulit putih gadis kecil itu, namun dia sama sekali tidak peduli.

Api biru yang mengelilingi mereka menjadi satu-satu penerangan di ruangan gelap tak terbatas itu.

"Mati! Mati! Mati! Mati! Mati! Matilah!!...."

Tangan kiri Eris lalu berubah: membesar, dilindungi oleh sisik hitam, dan bercakar sangat tajam. Eris memusatkan sebagian kekuatannya di sana, mengepalkan tangan kuat-kuat, dan memukulkannya tepat di dada lawannya yang penuh akan luka sayatan.

"Dan jadilah makananku!!! Khahahahaha!!"

Tubuh besar malin itu jatuh menghantam lantai batu sangat keras, dapat terdengar suara benturannya hingga 500 meter lebih.

Eris menderat ke lantai, tangan kiri kembali normal lagi. Cairan hitam disekujur tubuhnya menghilang-masuk ke dalam tubuh melalu puri-puri kulitnya. Sambil tersenyum riang, Eris menatap remeh pada mahluk yang besar 10 kali dari dirinya, berdiri kembali.

Malin itu merentangan 3 pasang sayap burung hitam di punggungnya lebar-lebar, berteriak keras. Marah dirinya, tak terima kalau dia terus dihina oleh anak kecil itu seperti ini, apalagi dirinya adalah salah satu Malin tipe Iblis, yang mana kekuatannya hampir menyamai kekuatan dari 70 demon solomon, Andrealphos. Kelas Mayor.

Andrealphos mendongakkan kepalanya yang seperti tengkorak sapi itu, di depan gigi tajam yang mencuat keluar itu, muncul bola ungu yang makin lama makin membesar. Dapat Eris rasakan kekuatan besar dari bola sebesar kepalanya itu, namun gadis kecil itu sama sekali tidak takut, dia malah memasang senyum mengejek di wajahnya.

Bola ungu tersebut dilemparkan pada Eris saat ukurannya sudah 3 meter. Kecepatan bola itu dapat terbilang lambat, bagi Eris. Dia dengan santainya menggangkat pedang di tangan kanan ke depan, ujung pedangnya menyentuh pinggir bola ungu itu dan bukannya ledakang yang terjadi, malah bola ungu itu terhisap ke tubuh Eris melalu pedangnya.

Kemudian, Eris menurunkan pedangnnya, menaikan tangan kiri yang jari telunjung mengarah pada dada Andrealphos. Bola yang seperti Andrealphos keluarkan tadi muncul di ujung jari Eris, meski ukuran sangat kecil.

"Khekeke, biarku kembalikan, [Pakum]"

Andrealphos tak percaya itu, tubuh kekarnya mengeluarkan banyak keringat, dia perlahan mundur ke belakang, ingin lari dari gadis kecil itu. Namun Eris tak akan membiarkan mahluk buruannya lepas, dia lalu melemparkan bola ungu sebesar kelereng itu dari ujung jarinya. Bola itu meluncur sangat cepat, tak sampai 1 detik, sudah masuk ke dalam dada Andrealphos melalui lubang yang tercipta karena luka sayatan.

Serangan itu tak sempat membuat Andrealphos untuk membalas menyerang, karena bola kecil dalam tubuhnya membesar, membuat lubang besar di sana. Organ dalam seperti: Jantung, paru-paru hilang, seluruh tulang rusuknya hingga daging dan kulit dadanya hilang tak berbekas. Semua tertelan oleh bola yang kecil yang Eris lemparkan.

Andrealphos terjatuh tak bernyawa. Pertarungan yang hanya berlangsung kurang dari 10 menit itu, dimenangkan oleh Eris. Namun bukannya merasa senang, Eris malah memasang wajah kecewa, bukan karena lawannya lemah, tapi karena serangannya tadi telah menghilangkan hampir setengah tubuh mangsanya ini.

Melihat itu, Eris kehilangan nafsu makannya, dia menghela nafas kuat-kuat, kecewa pada dirinya sendiri yang tak bisa menahan diri.

"Tidak kau makan?"

Tiba-tiba saja Remilia muncul di belakang Eris, mengusap rambut perak gadis kecil lembut. Eris tak terkejut dibuatnya, dia bisa melihat celah dimensi berbentuk opal di belakang Remilia, tempat wanita itu datang.

Die PuppenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang