02. Berakhirnya Mimpi Panjang

7 1 1
                                    

Malam telah datang dengan membawa kegelapan ke Ladang Naga. Meski begitu, masih ada seucil cahaya keemasan di bawah langit hitam tersebut.

10 meter di atas kepala Remilia, terdapat bola cahaya yang seukuran bola kasti, melayang diam tak bergerak seinci pun dari sana. Cahaya yang dihasilkannya sangatlah terang, hingga daerah di sekeliling Remilia seperti saat siang hari.

Kedua siku Remilia berada di atas pahanya yang seputih susu itu, sementara kedua telapak tanganya menupang dagunya. Mata kirinya yang sebiru samudra itu, menatap bosan pada cahaya merah di langit jauh di depan.

Duduk di atas mayat Jabberwork yang telah ia kalahkan sebelumnya, menunggu Iris yang sedang menangkap-bertarung-Azh Dahak sedari tadi.

"Lamaaaa~ ..., kalau begini terus, nanti dia terbangun tanpa ada seorang pun yang menyambutnya! .... CEPATLAH IRIS!!!"

Namun teriakannya tidak sampai ke orang yang dimaksud. Lalu dia mendesah lesu.

"Aaah ..., kuharap kau belum keluar dari Iron Maiden sebelum kami ada di sana, Sayang~"

Beberapa jam sebelumnya, saat Remilia mau menggila dan menghabisi kedua naga kelas Kolonel itu sendiri, namun terhenti ketika mengingat kembali alasan dia membawa Iris kemari. Yaitu untuk melihat perkembangan Iris, sekaligus mencarikan kado istimewa untuk-nya

Karena hal itu, Remilia menahan dirinya kembali, lalu menyuruh Iris untuk memilih antara Azh Dahak atau Jabbeword, sebagai hadiah-nya

Remilia menyarankan Azh Dahak, namun bagi Iris, naga merah itu tampak sangat kuat apalagi tubuhnya terlihat sangat keras dan besar. Iris mau memilih Jabberwork, tapi Remilia menjawab dengan senyum sambil menggeleng pelan.

Meski tubuh Jabberwork terlihat lebih kecil dari Azh Dahak, namun kekuatan dan kecepatannya lebih tinggi dari Azh Dahak, begitu yang Remilia katakan.

Iris merasa enggan mempercayain kata-kata Remilia, namun mengingat semua hal yang telah ia lalui bersama wanita itu selama ini, dia menerimanya begitu saja.

Sebelum Iris ingin menghadapi Azh Dahak, Remilia menyuruh gadis kecil itu untuk menutuk kedua telinganya. Tanpa bertanya kenapa, Iris langsung melaksanakannya. Remilia pun tersenyum lembut, kembali menatap mata Jabberwork tanpa menghilangkan senyum di wajahnya.

Remilia mengarahkan jari telunjuknya saat berucap sesuatu, lalu dari ujung sana keluar bola hitam pekat sebesar kelereng yang mengeluarkan aura menakutkan bahkan dapat terdengar teriakan yang menyakiti telinga di sana. Kemudian, bola itu melayang cepat ke dada Jabberword dan masuk ke dalam tubuhnya.

Sejurus kemudian, Tubuh Jabberword yang tadinya berdiri tegak langsung rubuh, seakan telah kehilangan fungsi tubuhnya.

Iris berhenti menutup telinganya ketika Remilia menyentuh pundak gadia lecil itu. Lalu melihat ke belakang Remilia, dan menatap datar pada Jabberword yang tergeletak di tanah tak bernyawa sana.

Iris sama sekali tidak terkejut olehnya, selama yang melakukan itu adalah Remilia.

Memberikan kematian tanpa sadar telah mati, itu bukanlah yang tidak mungkin untuk Remilia. Karena, tidak ada yang tidak mungkin baginya, begitu tanggapan Iris terhadap Remilia.

Azh Dahak, yang melihat dan mendengar apa yang Remilia ucapkan sedari tadi. Langsung gemetaran tubuhnya, dia menekukkan kaki lalu meloncat tinggi ke langit, berusaha kabur dari sang kematian. Namun Iris tidak membiarkannya pergi begitu saja, karena jarang baginya untuk menemukan Malin kelas tinggi seperti Azh Dahak itu lagi nanti.

Iris ikut meloncat, namun tidak setinggi Azh Dahak. Jadi dia mengaktifkan kemampuannya.

"Mode Penyatuan : [Fafnir]"

Die PuppenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang