Nadira Pov
Ku buka mataku, ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul 4 pagi. Aku segera beranjak dari kasurku, dan menuju kamar mandi. Saat ini adalah penentu masa depanku, setelah ku pikirkan dan ku rencana matang-matang. Walau dengan hati berkecamuk, setalah ku bersiap dan membawa tas yang telah dipersiapkan sejak tadi malam, aku menuju kamar adikku Jasmine. Ku ketuk pelan supaya tidak membangunkan Ayah yang tertidur di sofa ruang tengah, dia pasti pulang dan tertidur setelah mabuk. Setahun semenjak ibu meninggal Ayah tak henti menghilangkan kesedihannya dengan berkumpul dengan temannya sampai akhirnya Ayah tidak fokus mengelola perusahaan dan terancam disita.
tok tok tok...
"Jasmine, bangunlah. Aku sudah akan berangkat." Tak lama sekitar 10 detik berikutnya pintu terbuka, aku langsung masuk ke kamarnya. "Kakak sudah yakin akan melakukan ini? Apa tidak disini saja dan kita mencari jalan lain? " bisik Jasmine yang baru sadar dari tidurnya. "Aku sudah yakin dengan rencanaku, lagian kita masih punya kalung ini, ini akan cukup untuk merubah hidup kita nanti, Aku berjanji akan segera menjemputmu nanti." ku peluk adikku, dan memintanya untuk mengurusi segala keperluan Misye dan ayah selama aku pergi.Segera ku buka pintu rumah, dan meminta Jasmine untuk menutupnya kembali. Aku juga sudah mengatakan padanya untuk tidak memberi tahu Ayah tentang rencanaku. Ku harap Ayah segera menghentikan aktivitasnya dalam melupakan kesedihan ditinggalkan ibuku. Ibuku meninggal dikarenakan kanker otak, namun dia selalu menyembunyikannya dan merasakan kesakitannya sendiri. Bukan tak mampu untuk melakukan pengobatan, karena dulu keluargaku memiliki perusahaan yang terkenal dikota yang ku tinggalkan saat ini. Ibuku divonis kanker dan sudah memasuki stadium 3. Semenjak saat itu, ibu selalu memanjakan kami walaupun aku sudah berusia 21 tahun. Tak lama setelah beberapa hari ulang tahunku, ibu meninggal dan memintaku untuk menggantikan posisi ibu untuk menjaga ayah dan adik-adikku.
Aku lulus kuliah dengan mengandalkan hasil les. Karena perusahaan ayah pailit semenjak itu, dan perhiasan ibu sedikit demi sedikit dijual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah adik-adikku. Ku percepat langkahku menuju halte, tak lama ku mendapatkan bus arah kota yang ku tuju. Aku membawa tas yang berisi pakaian secukupnya, dan uang yang ku kumpulkan untuk biaya selama aku melaksanakan rencanaku. Setelah 14 jam menempuh perjalan, aku turun dari bus dan mencari penginapan yang sesuai dengan isi dompetku, aku tak boleh boros seperti saat keluargaku masih berjaya. Ku pilih hotel dengan standar menengah, karena di kota tempat ku berada sekarang, mencari hotel yang murah sangat jarang, dan aku sudah tak kuat untuk langsung menjelajahi kota ini sekarang. Aku sudah tak sabar untuk merebahkan tubuhku di kasur.Setelah mengurus administrasi dan pembayaran, aku memasuki kamar yang cukup nyaman. Ku melihat ke jendela dimana kota yang ku tuju sekarang sudah di depan mata. Aku menikmati pemandangan sebentar dan bersegera memasuki kamar mandi karena tak kuat dengan keringat yang bersemayam ditubuhku selama 14 jam perjalanan. Ku nikmati acara mandiku dengan fasilitas air hangat. Walau sebenarnya lebih sejuk jika mandi dengan air dingin. Tapi aku ingin merilekskan badanku sambil menyusun rencana besok pagi. Setelah mandi, tak berapa lama pelayan mengetuk pintu dan mengantarkan makanan yang ku pesan sebelum masuk kamar.
Ku nikmati makanan tersebut, hingga aku di dera kantuk dan merebahkan diriku di kasur.
Dan aku pun tertidur.Silau...
Rupanya sinar mentari yang menerpa wajahku mengusik tidurku. Jam berapa ini? Ku lihat jam menunjukkan pukul 9.50, tenyata aku tidur cukup lama. Aku segera masuk ke kamar mandi dan mengganti pakaianku dengan pakaian yang menurutku bagus. Hari ini aku bermaksud untuk mencari alamat seseorang. Seseorang yang kuharap dapat membantuku untuk mencapai tujuanku. Bukan kuharap, tapi itu harus. Aku telah melewatkan waktu sarapanku, dan sekarang lebih tepatnya waktu makan siang. Hotel ini sangat ramai, mungkin karena fasilitas dan pelayanannya memuaskan banyak orang yang datang kemari untuk sekedar makan atau menginap. Aku berjalan menuju restoran, ku lihat restoran tersebut sangat ramai, entah ada acara apa sehingga restoran ramai sekali. Ku coba menuju kasir untuk memesan tempat.
"Tolong satu meja untuk saya" kataku pada seorang kasir perempuan.
"maaf nona, saat ini resto sedang di booking. Mungkin nona berkenan untuk menunggu satu sampai dua jam lagi" kata kasir itu.
Akupun membelalak, bagaimana ini bisa berantakan rencanaku jika harus menunggu satu sampai dua jam. Aku pun mengertak kasir tersebut, "Ya sudah tolong antarkan saja makanannya ke kamar saya" kataku dengan menekankan.
"Maaf sekali lagi nona, kami sedang sibuk melayani pelanggan yang lain, tetap saja untuk makanannya akan siap satu sampai dua jam la.. "
Belum sempat kasir itu menyelesaikan perkataannya aku langsung menggebrak meja, " Bagaimana bisa menunggu selama itu, saya juga pelanggan, sudah semestinya diperlakukan sama! " teriakku pada kasir tersebut membuat beberapa orang melirik ke arahku. Tak lama setelah itu seseorang datang, dia adalah manager restoran tersebut. Kami cukup berdebat hingga akhirnya dia berani mengusirku, aku semakin tak terima dengan perlakuan seenaknya restoran ini. Seseorang datang dari luar restoran membuat manager tersebut sesaat mengacuhkanku dan menyambutnya dengan ramah. Ciih.. Kesal sekali pada perbedaan perlakuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Ambitious Or Love?
RomanceKeluar dari kemiskinan? Semua orang tentu ingin. Tapi tujuanku untuk menggapainya harus segera terwujud, karena aku tak ingin adik-adikku merasakan hidup sengsara lebih lama. Aku Nadira Rachel Ananta, seorang sulung dengan dua orang adik. Keluar...