Seorang pria dengan badan tegap, berpakaian rapi, dan wajahnya cukup menarik disambut layaknya pejabat oleh manager restoran tersebut. Dan semua mata di restoran memandang pria itu dengan penuh kekaguman, memang ku akui dia memiliki pancaran kharisma yang tak bisa diabaikan. Rasa kesal dan laparku tak dapat teralihkan dengan kedatangannya. Aku memutuskan untuk pergi ke luar hotel dan mencari restoran atau toko yang menjual makanan. Baru beberapa langkah lenganku seakan tersangkut atau tepatnya ada yang menahan. Ku tengok pada seseorang yang mencoba menahanku.
"Lepaskan! Jangan kurang ajar! " kataku setengah berteriak.
Namun, tak ada perubahan yang berarti terhadap posisiku sekarang, hanya muncul senyum termanis dari pria yang menahanku. Mungkin lebih tepatnya dia sedang menebar senyuman untuk menanggap mangsanya. Aku tak bisa melepaskan diri, karena aku seorang wanita, dan sedang kelaparan.
Perlakuan pria itu membuat aku menjadi pusat perhatian, seketika aku sangat malu dan mengutuk diriku, baru beberapa jam saja ku berada di kota ini tak bisa menjaga diriku dengan baik.
"Saya tidak bermaksud kurang ajar, tapi maukah nona makan siang bersama saya?" katanya dengan eksperesi yang kembali datar
"Jika ini tidak kurang ajar, apa ini? Bisakah anda melepaskan tangan anda? " Jawabku dengan sinis.
Beberapa detik kemudian lenganku akhirnya bebas, namun lumayan sakit karena pegangannya cukup keras ketika ku coba memberontak. Lupakan sejenak tentang lenganku.. Tadi dia bilang makan siang, dia pikir aku wanita apakah.. Hellow.. omg.. ( ups.. Jadi alay).
"Terima kasih atas tawarannya, namun sayang sekali restoran ini sudah penuh dan perutku tak bisa menunggu lama untuk diisi" kataku mencoba menenangkan emosi.
"Benarkah? Anda bisa mendapatkannya lebih cepat jika anda mau menerima tawaran saya, lagian.. Untuk wanita secantik anda apakah tidak risih jika sendirian dan menjadi pusat perhatian para lelaki di sini?" katanya dengan mengakhir kalimat dengan senyum mengejek.
"Saya bisa mencari tempat lain, terima kasih untuk tawarannya. Saya per... " Belum juga ku selesaikan ucapanku dia menarikku ke sebuah ruangan yang masih dalam restoran itu. Tepatnya ruang VVIP, aku coba memberontak namun ku perhatikan sekitar.. Baru ku sadari pengunjung di restoran tersebut 90% pria.
Sesampainya di ruang tersebut ku lihat banyak piring makanan dengan berbagai menu, ngiler deh jadinya.. Tapi ini tak sesuai dengan keinginanku, aku berada dalam satu ruangan bersama dengan pria yang tak ku kenal, ini kota besar Nadira... Bisa jadi pria di depanmu adalah orang jahat dan apa yang terjadi jika sampai terjadi sesuatu denganku.. Masa depan adik-adikku.. Sesaat pikiranku terlalu jauh.
"Silahkan duduk nona...? "
Katanya dengan sopan, wew.. Apakah ini trik pria ini dalam menjerat mangsanya.. Namun pertahananku mulai goyah, efek lapar juga kali ya.. Wajar donk.. Tubuh ini normal ketika lapar.. Secara tidak sadar otak akan memerintahkan tubuh untuk mendekati makanan. Ya mungkin sebab itu lah aku menuruti untuk duduk.Di ruangan itu hanya terdapat satu meja makan cukup besar dengan berbagai menu, air liurku seakan mau menetes. Aroma makanan tersebut sangat mengelitik hidungku dan menarik tanganku untuk mengambil sendok. Stop Dira, kendalikan dirimu batinku berkecamuk. Ku coba memalingkan perhatianku dari makanan tersebut. Sepasang mata dari tadi yang ternyata sedang memandangku, menyadari itu pipiku langsung merah.
"Perkenalkan nama saya Rendy, bisakah saya tahu nama nona? " ucap lelaki itu.
Aku tak terlalu perduli dengan namanya, diriku seakan memasang imunitas terhadap pria asing. Otak berputar lebih cepat saat ini, mungkin karena rangsangan dari makanan di depanku."Nama saya Wulan, bisa kah kita memulai makan? " kataku sudah tak dapat menahan lapar ini.
"Silahkan" jawabnya.
Langsung ku sergap semangkuk sup makaroni, rasanya begitu lezat. Lelaki di depan ku menyantap makanannya dengan tata cara makan yang benar. Hampir saja aku melupakan etika makan. Bodohnya, bisa saja lelaki di depanmu menertawakan cara makanku.. Dira bodoh. Selesai menyantap sup makaroni, ku mengambil salad sebagai makanan penutup. Tiba-tiba aku merasa risih dengan pandangan Rendy yang tak pernah lepas dariku. Aku mencoba mengabaikannya, dan kembali menikmati saladku. Tak sengaja mata kami bertemu dan itu membuatku kaget dan tersedak. Rendy buru - buru memberikan minuman untuk membantu makananku tertelan. Aku tak tau minuman apa itu warnanya seperti sirup apel. Langsung ku teguk, tak ku pedulikan rasanya. Setelah aku tertolong, aku baru menyadari minuman tersebut mengandung alkohol. Sial!
"Terima kasih, tapi bisakah anda berhenti memandang saya dengan tatapan seperti itu? " kataku yang tak tahan dengan tatapannya.
"Saya tidak bisa melewatkan bulan yang jatuh dari langit" katanya dengan senyum penuh arti, namun aku benci senyuman seperti itu.
" Saya rasa cukup untuk makan siangnya, terima kasih sudah mentraktir. Karena sudah semakin siang, saya pamit". Kataku seraya bangkit dari kursi.
Namun tiba-tiba baru saja bangkit, kepalaku terasa sangat pusing, aku hampir kehilangan keseimbangan, sampai sepasang tangan yang menyokong dan hampir memeluk tubuhku. Aku mencoba untuk menahan diri supaya tidak terjatuh.
Ku coba mengembalikan keseimbangan tubuhku dan berdiri tegak, namun tubuhku tak cukup kuat untuk berdiri tegak. Rendy yang menarik tubuhku hingga posisi kami berhadapan.Satu detik, dua detik, tiga detik. Sesuatu yang lembut menyentuh bibirku dan mencoba membuka mulutku. Bibirku tak bisa ku kendalikan, sepertinya merespon sendiri. Lidah kami beradu, sampai akhirnya ku sadar dia menciumku. My first kiss. Sial. Nadira, kamu begitu ceroboh.
Aku mendorong tubuhnya untuk menjauh namun gagal, karena pelukannya masih erat. Ku coba berontak dan ku injak kakinya. Dia kehilangan kendali atas tubuhku, ku gunakan kesempatan itu untuk berlari dan keluar dari ruangan itu. Aku mencoba mengendalikan diriku yang masih pusing efek dari minuman tadi. Ku lihat ke belakang, takutnya Rendy mengejarku. Lelaki kurang ajar! Untunglah dia tidak mengejarku.
Aku bersusah payah kembali ke kamar dan segera menguncinya. Aku langsung lunglai di balik pintu kamar, sambil mengingat apakah ini mimpi atau nyata. Bibirku. Ciuman pertamaku, rasanya seperti itu, dengan lelaki yang tak ku kenal. Hampir saja, aku gagal sebelum memulai. Aku sangat sedih, ku coba menggapai tempat tidur dan memeluk bantal sambil menangis mengingat kejadian yang ku alami barusan.
*ku harap pembaca suka ceritanya.. Please comment biar akunya semangat
Mjl. 160317
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Ambitious Or Love?
RomanceKeluar dari kemiskinan? Semua orang tentu ingin. Tapi tujuanku untuk menggapainya harus segera terwujud, karena aku tak ingin adik-adikku merasakan hidup sengsara lebih lama. Aku Nadira Rachel Ananta, seorang sulung dengan dua orang adik. Keluar...