Rendy POV
Ketika ku masuk restoran acara perayaan perusahanku, ku lihat seseorang sedang berdebat dengan manager tempat itu. Ku dekati manager tersebut yang menyambutku seperti biasa, seorang gadis yang tadinya berdebat dengan menolehku dan kami bertemu pandang. Ahh mata itu, mengingatkanku padanya. Apakah mungkin, tapi siapa gadis ini. Ku tahan kepergian gadis tersebut dan memintanya untuk makan siang bersama. Setelah berhasil mengajaknya, tak pernah ku lepaskan pandangan menatapnya, ku melihat dia merona menyadari pandanganku. Aku tak mau dia merasa tidak nyaman, aku pura-pura fokus pada makananku. Di sela sela makan, aku memperkenalkan diri, dan menanyakan mana gadis itu, dia mengatakan namanya Wulan. Yah nama yang cocok untuk gadis polos sepertinya. Polos? Mungkin karena dari gaya pakaian dan tingkah lakunya sepertinya dia bukan berasal dari kalangan wanita penggoda.
Tiba-tiba dia tersedak ketika makan, aku langsung menyodorkan segelas wine. Karena itu yang paling dekat dengan jangkauanku.Setelah berhasil membantunya, dia seperti panik dan ingin meninggalkan ruangan ini. Aku bangun dan berusaha menghentikannya, ternyata dia kehilangan keseimbangan dan aku langsung memeluknya. Entah apa yang membuatku refleks langsung ku lumat bibir seksinya, yang menyisakan aroma wine. Dia menegang sekian detik, dia tak membalas lumatanku. Apa dia sangat kaget, atau memang belum pernah berciuman. Walaupun tanpa balasan entah kenapa hatiku senang, seperti mendapatkan tender yang besar.
Dia berusaha melepaskan pelukanku, namun aku lebih mengeratkan pelukanku. Tiba-tiba dia menginjak kakiku. Ahh sial.. Dia berhasil lepas dari pelukanku. Aku sengaja tak mengejarnya, karena akan percuma. Aku tak mau membuatnya menjadi tontonan di luar sana.
Nadira's Pov
Alarm di HP membangunkanku, oh ternyata aku tertidur cukup lama. Kepalaku agak pusing, rupanya aku tertidur setelah menangis. Aku melangkah menjauhi tempat tidur dan menuju kamar mandi, ku lihat di cermin wajahku mataku sedikit bengkak. Ahh.. Bagaimana ini? Sedangkan hari ini aku harus mencari dan menemui Pak Prayoga. Beliau adalah teman dari ayah dan ibuku. Aku pernah diajak mengunjunginya ketika usiaku 13 tahun. Saat itu aku diajak mengunjungi kediamannya saat acara pesta ulang tahun pernikahannya dengan istrinya. Kebetulan istrinya sedang mengandung. Itu sudah lama, sudah 12 tahun yang lalu. Mungkin beliau tak akan ingat padaku. Tapi tak apa aku membawa beberapa bukti bahwa aku anak dari ayah dan ibu.
Aku segera bergegas menyelesaikan acara mandiku, karena aku harus segera bertemu dengannya karena jika terlalu lama tinggal di hotel ini, uangku semakin menipis. Dan rencanaku tak akan terwujud. Ku pilih baju yang rapih, karena orang yang ku temui pastinya sudah tua. Jadi aku harus memberikan kesan elegan, supaya beliau yakin dan mau membantuku. Ku memesan sarapan dan segera menyantapnya. Ahh makanan ini.. Aku kembali teringat kejadian kemarin.
" Sial. Tenangkan dirimu. Fokus pada tujuanmu Nadira." Ucapku memantapkan hati.Aku memesan taksi dan ku berikan alamat kediaman Keluarga Prayoga. Aku berharap beliau ada di rumahnya. Setauku untuk usia beliau mungkin akan lebih banyak berada di rumah dibandingkan mengurusi pekerjaan karena usianya. Sekitar 45 menit akhirnya taksi yang ku tumpangi berhenti di sebuah rumah yang gerbangnya saja sudah bisa menunjukkan bahwa pemiliknya dan kediamannya bukanlah orang kaya biasa.
Aku turun dari taksi dan membayarnya. Tak lama ku menuju gerbang dan seorang security menyambut kedatanganku.
"Selamat siang Nona, apa yang bisa saya bantu? " tanyanya"Selamat siang pak, saya hendak mengunjungi Tuan Prayoga, pemilik rumah ini" jawabku dengan sopan.
Dia seperti kebingungan, namun sesaat kemudian, " Apakah Nona sudah punya janji? Tanya kembali.
"Belum pak, hanya saja saya datang dari luar kota, dan orang tua saya meminta saya untuk mengunjungi beliau." Ucapku mengarang alasan.
"Oh.. Kalau begitu, saya antar Nona ke dalam" Ucapnya. Ku lirik nama security tersebut Komar.
Pak Komar segera membukakan pintu ruang tamu, dan mempersilahkanku untuk duduk.
Ruang tamu ini cukup luas, dan bergaya interior modern klasik. Cukup membuatku betah dan nyaman di ruangan ini. Hanya saja tidak ada foto keluarga di ruang ini. Tak lama kemudian seorang ibu-ibu menghampiriku.
"Nona, maaf anda mau saya buatkan minuman apa? " tanyanya sopan
"Terima kasih, jika tidak keberatan, saya lebih suka jus" kataku diiringi dengan senyum.
Sudah sepuluh menit aku menunggu di ruangan ini, namun orang yang ingin ku temui belum juga muncul. Aku memang kurang mengingat wajah pak prayoga karena kami bertemu hanya sekali dan itu pun sekitar 12 tahun yang lalu.
Ibu pelayan tadi, datang dengan membawa segelas jus dan beberapa makanan ringan."Terima kasih, bolehkan saya tau apakah pemilik rumah ini ada? "
Tanyaku pada bibi pelayan."Saya sudah menghubungi tuan, nona harap menunggu, tuan masih dalam perjalanan". Jawab bibi itu dengan ramah.
"Baiklah" jawabku sedikit kecewa. "Nadira kamu harus semangat!"
Bisikku menyemangati diri.Sambil menunggu, aku merangkai kata-kata untuk menyatakan maksudku supaya pak prayoga mau membantuku. Hampir dua jam aku menunggu tapi belum ada tanda kedatangan pak prayoga. Karena lumayan lapar aku makan saja makanan ringan yang disajikan bibi tadi.
Rendy's POV
hari ini aku bosan di kantor, meeting kali ini sudah tidak menarik karena pikiranku memikirkan wulan. Aku tak sempat mencari tahu tentangnya. Ah mungkin dia sudah pergi meninggalkan kota ini.
Hp ku tiba-tiba berbunyi, ohh dari rumah ternyata. Tak biasanya orang di rumah menelpon jika tak ada yang penting.
"Ya, ada apa? ... Baiklah aku akan kesana".
Ku jentikan jariku memberi kode pada seseorang untuk menghentikan meeting ini.
Aku segera keluar dari kantor dan mobil. Tak biasanya siang ini macet, padahal ini belum jam pulang kantor. Aku tak tau siapa yang sedang menungguku, apakah seperti kebanyakan orang yang datang padanya dan memanfaatkan koneksinya untuk meminta bantuan. Tapi firasatnya ini akan menjadi hal yang menarik.Setelah berkutat dengan kemacetan yang hampir dua jam, akhirnya aku sampai di rumahku. Aku keluar dari mobil dan menuju ruang tamu. Bi Sum telah menyambutku seperti biasa, dan membawakan tasku. Ku melangkah masuk, ku dapat seorang gadis yang membelakangiku dan dia menoleh.
Deg.
Aku pasti masih berkhayal.
Atau aku harus periksa ke psikiater.
Tbc.
23 -03-17
Felix V.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be Ambitious Or Love?
RomanceKeluar dari kemiskinan? Semua orang tentu ingin. Tapi tujuanku untuk menggapainya harus segera terwujud, karena aku tak ingin adik-adikku merasakan hidup sengsara lebih lama. Aku Nadira Rachel Ananta, seorang sulung dengan dua orang adik. Keluar...