Karena kau kekasihku

6.5K 999 203
                                        

Sepulang kerja, Mingyu tidak langsung menuju rumahnya. Menghentikan mobilnya di tempat ia bertemu dengan pria aneh. Pria yang membuatnya kesulitan mendapatkan mimpi indah. Bukan karena ia jatuh cinta, tapi penasaran dengan sosok asli pria itu. Ia ingin tahu kebenaran apakah pria itu manusia atau hantu.

Pemuda yang mengenakan kemeja berwarna putih gading itu mengedarkan pandangannya. Ia tidak menemukan pria berwajah datar yang membawa pisau. Jalanan itu cukup sepi seperti biasanya.

Tidak ingin membuang waktunya, Mingyu berniat melangkah. Namun ia urungkan saat onix kembarnya menangkap seseorang yang memang ia tunggu.

Mingyu memperhatikan penampilan orang yang di depannya dengan intens. Dari atas hingga ke bawah. Kembali ke atas dan ke bawah lagi.

"Tidak ada yang aneh," pikirnya.

Pria yang ia tidak tahu namanya tampak seperti manusia normal. Memakai celana denim berwarna hitam. Kaos kuning lengan panjang dan sepatu putih. Rambut hitam lurusnya dibiarkan tergerai. Namun tidak menutupi mata rubah yang juga memperhatikan Mingyu.

Mingyu menganggukkan kepalanya. Ia tahu di mana letak perbedaan orang di hadapanya dengan manusia normal lainnya. Wajahnya datar. Terlalu datar hingga ia tidak yakin bisa menampilkan ekspresi lainnya.

"Kau tidak membawa pisaumu?" tanya Mingyu. Tanpa menjawab, pemuda berbaju kuning langsung memutar tubuhnya. Membuat Mingyu refleks memegang pundaknya dengan sebelah tangannya.

"Kau mau kemana?" Mingyu kembali bertanya. Ia sendiri tidak mengerti apa yang ia pertanyakan dan apa yang ia lakukan.

"Mengambil pisau," jawabnya ringan. Masih berbicara tanpa nada dan ekspersi seperti malam kemarin.

Mingyu langsung memejamkan matanya beberapa detik. Menghembuskan nafas dan mencoba menarik kedua sudut bibirnya.

"Aku bertanya, tapi kau tidak harus mengambilnya. Lagi pula aku tidak ingin kau menusukku seperti kemarin."

"Aku belum menusukmu," ralat pemuda di depannya yang membuat mata Mingyu sedikit terbelalak.

"Jadi kau akan melakukannya lagi lain waktu?" tanya Mingyu tidak percaya. Yang ditanya merotasikan bola matanya ke atas seolah berpikir. Setelahnya mengangguk kaku yang membuat Mingyu merinding. Pergerakan orang di depannya kembali mengingatkannya dengan film horror.

"Oke, terserah padamu saja! Jadi untuk apa kau meminta... tidak, lebih tepatnya memaksaku bertemu denganmu di tempat seperti ini?"

"Kenapa aku bertemu denganmu?" pemuda bermata rubah kembali bertanya dengan sedikit memiringkan kepalanya.

"Itu pertanyaanku," geram Mingyu.

"Aku tidak punya pertanyaan," jawabnya yang membuat Mingyu kembali menggeram. Ia menarik nafasnya lagi. Mencoba menahan kesabarannya yang sepertinya tengah diuji.

"Aku tidak akan bertanya lagi. Tapi aku ingin tahu siapa namamu." Mingyu mencoba mencari pembicaraan lain. Ia tidak pernah seemosi ini berbicara dengan seseorang.

"Nama?"

"Jangan mengulang pertanyaan?" bentak Mingyu yang membuat orang di depannya tersentak.

"Huuh ... kau punya nama kan? Siapa namamu?" tanya Mingyu lebih lembut.

Lagi-lagi pertanyaannya tidak langsung dijawab. Si pemuda bertubuh kurus itu justru seperti mencari sesuatu. Yang membuat Mingyu mengerutkan dahinya bingung.

"Apa yang kau cari?" Dan Mingyu hanya bisa mencoba bersabar saat pertanyaannya kembali diabaikan.

Pemuda yang berstatus sebagai kekasihnya mengambil dua lembar daun. Menggulung-gulungnya dan berjalan menuju tiang listrik. Menorehkan daun yang ia gulung pada tiang listrik.

A KnifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang