Wonwoo bergeming di tempatnya. Tidak bertanya kenapa Mingyu terus memandangi tangannya. Kekasihnya yang berkulit tan itu membatu hanya dengan memandangi tangannya.
"Tidak mungkin kan?" gumam Mingyu namun tidak ditanggapi Wonwoo.
Perlahan, Mingyu menaikkan pandangannya. Memandang wajah Wonwoo yang sama sekali tidak menampilkan ekspresi.
"Kau ... seorang wanita?" tanya Mingyu hati-hati. Wonwoo mengedip takjub mendengarnya.
Pemuda ber-beanie putih itu membantah. Menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Dan Mingyu kembali memandangi tangan Wonwoo dalam genggamannya.
Tangan Wonwoo terasa begitu halus. Ia sampai begitu hati-hati menggenggam tangan putih itu. Jauh berbeda dengan tangannya. Ia sulit mempercayai tangan digenggamannya adalah milik pria. Dari bentuk dan tekstur kulitnya, benar-benar berbeda.
"Aku sering berjabat tangan dengan wanita dan pria," batin Mingyu. Karena Mingyu memang tidak pernah memiliki kekasih, Mingyu tidak pernah menyentuh orang lain dalam arti sesungguhnya. Hanya rekan bisnis yang ia jadikan pelajaran.
"Kau benar-benar pria?" tanya Mingyu lagi. Ia masih belum yakin dengan gelengan kepala Wonwoo. Karena ia yakin, semua rekan bisnis yang ia jabat tangannya tidak seperti Wonwoo. Dan kali ini Wonwoo mengangguk untuk menjawabnya.
"Sungguhan?" Mingyu masih ragu.
Wonwoo melepas genggaman tangan Mingyu. Tangannya terangkat dan menunjuk tepat ke selangkangan kekasihnya.
"Aku juga memiliki seperti yang di dalam itu," ucapnya polos.
"Y-Yak ... apa yang kau tunjuk? Ke mana arah tanganmu itu hah?" tanya Mingyu gugup dan terbata. Refleks ia merapatkan kakinya. Menutup dengan kedua tangan dan berbalik memunggungi Wonwoo.
"Tapi aku memang punya yang seperti itu," lanjut Wonwoo lagi masih dengan wajah tanpa ekspresi. Ia sudah membuat Mingyu malu setengah mati, namun masih tetap menampilkan wajah datarnya.
Merasa tindakannya konyol dan memalukan, Mingyu memperbaiki posisi berdirinya. Kembali tegap dan berdehem menghilangkan kegugupannya. Perlahan ia membalikkan tubuhnya. Memandangi tubuh Wonwoo dari atas sampai ke bawah. Dan pandangannya terhenti tepat di antara dua paha kekasihnya.
Tiga puluh detik telah terlewat, tapi Mingyu belum mengalihkan pandangannya. Sedangkan objek yang dipandangi sama sekali tidak terganggu.
"Sudah percaya kan?"
Mingyu tersentak karena ucapan Wonwoo. Wajahnya sedikit memerah dan menggelengkan kepalanya. Tangannya memukul kepalanya sendiri berulang kali.
"Bodoh. Apa yang baru saja kau pikirkan Kim Mingyu?" rutuk Mingyu dalam hati.
Mingyu menghembuskan nafasnya. Mencoba mengenyahkan segala yang singgah di pikirannya. Mencoba menepis kecurigaannya, Mingyu mengabaikan tentang bagaimana halusnya tangan Wonwoo. Ia menanamkan pada dirinya sendiri, kalau tangan Wonwoo berbeda dengan pria pada umumnya.
"Jangan memasang ekpresi seperti itu. Kau terlihat seperti hantu asal kau tahu." Si pemuda tan mencoba kembali menggenggam tangan Wonwoo. Namun kali ini mendapat penolakan. Wonwoo menghempaskan genggaman tangannya.
"Kau tidak ingin makan?" tanya Mingyu.
"Aku bukan hantu," jawab Wonwoo tanpa nada.
"Lihatlah cara berbicaramu! Bagaimana aku tidak mengira kau hantu."
"Aku bukan hantu."
"Terserah kau saja."
Mingyu melangkah. Namun saat melihat ke samping, tidak ada Wonwoo di sisinya. Ketika berbalik, Wonwoo masih berdiri di tempat semula tanpa melakukan apapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
A Knife
FanfictionCOMPLETE - Yang Mingyu bayangkan mendapat kekasih dengan cara romantis. Bukan dengan sebuah pisau yang menghunus lehernya.