Prolog

693 40 11
                                    

Prolog

❣❣❣

Seorang wanita cantik berjalan sedikit tergesa gesa meninggalkan pintu cafe yang baru saja didatanginya beberapa jam yang lalu. Rambutnya yang berwarna coklat kemerahan ia biarkan berantakan.

Ia tak peduli tatapan aneh yang dilemparkan padanya. Biarlah, toh juga kedepannya ia belum tentu juga bertemu dengan orang itu bukan? Apa sudah menjadi kebiasaannya untuk tampil urak urakan seperti itu? ah tentu saja tidak, dia adalah wanita yang sangat menjaga penampilannya.

Tak kan dibiarkannya sehelai rambutpun merusak penampilan cantiknya. Lalu kenapa saat ini ia membiarkannya? Hei tenanglah, ia punya alasan kenapa melakukannya. Alasan klasik yang selalu membuat siapa saja menjadi labil.

Tua muda, bahkan remaja sekalipun sering menjadikannya alasan atas apa yang mereka rasakan! Yah, cinta! Bukankah cinta seharusnya membuat semua orang bahagia? siapa pula didunia ini yang bisa hidup tanpa cinta? lantas kenapa sebagian orang menyalahkannya?

Mungkin alasan yang paling tepat adalah karena sang pecinta dipermainkan oleh pemain cinta! Apa ada? Tentu saja ada, namun agaknya sebutan pemain cinta terlalu ekstrem untuk orang yang dicap mempermainkannya. Karena sesungguhnya sang pemain cinta itu juga sedang berusaha mencari jati diri dan cinta sejatinya.

Begitu pula dengan yang merasakan pedihnya cinta itu. bukankah itu sebuah pelajaran baginya untuk lebih berhati hati dalam menentukan hubungan cintanya kedepan? Ah biarlah, biarlah kesalahan kali ini ia jadikan pelajaran. Pelajaran untuk lebih berhati hati kedepannya.

"Myara... kenapa kau lama sekali ha?"

Wanita yang dipanggil Myara itu terkekeh pelan. penampilannya sudah ia rapikan dan ia sudah terlihat lebih baik saat ini. Yah, dia rasa dia butuh seseorang untuk mendengarkan curahan hatinya, mendengarkan keluh kesahnya dan rasa sakit karena patah hati yang ia alami entah untuk yang keberapa kalinya.

"Anna... aku lapar."

Satu kata, dan sahabatnya itu mengerti kalau saat ini ia sangat sangat membutuhkannya saat ini. Dengan senyum secerah matahari ia mulai menggandeng lengan Myara dan membawanya kerestoran favoritnya.

Mereka akan menuju restoran meski waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan meski badannya remuk setelah penerbangan Korea-Jakarta yang memakan waktu 7 jam lamanya.

"Sekarang kau bisa cerita padaku apa masalahmu."

Myara melipat kedua tangannya. Menumpukan wajahnya disana dan memandang Anna dengan wajah tersendu miliknya seolah ingin mengatakan betapa galaunya ia saat ini.

"Aku putus..." ucapnya lirih.

"Putus? Alhamdulillah... selamat Myara."

"Anna...!!"

Kali ini rengekan keluar dari bibir tipisnya yang sudah ia olesi lipstik berwarna merah merona namun tidaklah norak untuknya.

"Hehe... aku senang sekali kau putus. Pacaran itu tidak baik Myara, hanya merusak hatmu, membuang buang uangmu dan membuang buang waktumu hanya untuk lelaki yang belum pasti akan menjadi pendampingmu dimasa depan."

Hei Anna... bisakah tak menyalahkanku? Aku butuh saranmu..!!

Kesal? Tentu saja, tapi ia tau bahwa niat Anna padanya baik dan dia sama sekali tidak marah walaupun bukan jawaban itu yang ia inginkan dari Anna, namun setidaknya Anna mendengarkannya. Itu sudah lebih dari cukup baginya.

"Aish! Kau mulai ceramah lagi Anna." ungkapnya dengan nada kesal.

Ia mengambil minuman panasnya yang baru diantarkan pelayan. Dengan cepat ia menenggaknya tanpa memperdulikan lidahnya yang terbakar setelahnya.

Oppa! [Completed]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang