Audrea Sherlina Denova.

320 52 4
                                    

"Kau tahu, apa sesuatu yang lebih menyakitkan dibanding Berakhir?"

"Apa?"

"Hampir."

___________________________

( 06/03/15. )

"Okay, done!"

Teriakan dari penanggung jawab photoshoot sore itu menyahut indra pendengaran Audrea, membuatnya menghela nafasnya. Akhirnya.

"Makasih ya, Dre. Sori kita sempet miss comunication. Jadinya telat gini." Ujar Andre, photographernya. Audrea menggelengkan kepalanya sembari tersenyum manis, "enggak apa kok."

Andre sempat terpaku sejenak ketika Audrea tersenyum. Tak perlu dipungkiri, siapapun yang melihat senyum seorang Audrea Sherlina Denova pasti akan langsung berkata bahwa sang Dara memiliki paras wajah yang cantik.

"Dre, lo pulang sama siapa?" Audrea terdiam sejenak, sebelum akhirnya tersenyum simpul. "Aku pulang sam—"

"Sama gue."

Keduanya reflek melihat ke sumber suara tersebut, tentunya, Kenzo Adikarsa.

"O–oh, Kenzo." Andre tersenyum canggung, mereka masih bareng? Batinnya.

"Gue duluan, ayo, Dre." Kenzo berdecak, meraih lengan Audrea dan segera keluar dari gedung besar yang diletakkan ditengah kota tersebut. "Aduh, Ken. Jangan ditarik–tarik, dong?"

"Itu cowok siapa?" Tanya Kenzo ketika keduanya sudah didalam mobil. Audrea sedang mencoba untuk menyembunyikan senyumannya, Jealous much?

"Hm?"

"Enggak lucu. Jawab." Kenzo berdecak lagi, memfokuskan pikirannya kepada lalu lintas malam ini.

"Kamu cemburu?" Kenzo langsung memberhentikan mobilnya, "Cemburu? Ha." Ia menyeringai, "cemburu itu iri sama punya orang lain." Kenzo menjeda kalimatnya.

"Gue teritorial, menjaga apa yang udah milik gue."

Audrea tersenyum, "don't worry, Kenzo. I'm yours. I love you." Kenzo tidak membalas sang gadis, dan akhirnya kembali menjalankan mobilnya. Audrea mengerucutkan bibirnya, kenapa Kenzo tidak membalas?

_______________________________

( 06/12/15. )

"Lets stop this, Audrea."

Wajah Audrea yang tadinya penuh dengan senyuman mendadak mengkerut, ia terdiam dan menatap sang adam tidak percaya. "A–apa?"

"Gue capek." Kenzo kembali menghirup rokoknya, sebelum meletakannya diasbak yang sudah penuh dengan debu dan puntung rokok bekas itu. "Capek?" Audrea bertanya lagi.

"We won't work out, Audrea." Kenzo menghela nafasnya, "We're way too different."

Audrea hampir menangis. Hampir. Gadis itu meraih ponselnya dan sling bag berwarna merahnya, berdiri dari posisi duduknya dan melangkah kearah Kenzo. Menamparnya.

"ANJIR."

Bukan. Kalimat tersebut bukan dilontarkan oleh Kenzo, maupun Audrea. Reflek, mereka menoleh kesumber suara. Gadis dengan pipi tembam dan jaket oversize terlihat disana.

"Sori, sori. Lanjutin ftv-nya."

Gadis itu tersenyum lebar yang sedikit canggung, segera menjauhkan dirinya dari lokasi yang Ia kira tempat shooting Katakan Putus tersebut. Tapi, ternyata bukan. Karena tidak ada kamera tersembunyi atau orang yang berteriak teriak. Audrea kembali melihat kearah Kenzo, nafasnya makin tidak beraturan. Amarah? Ia mencoba untuk mengeluarkan kata kata, namun nihil. Ia benar benar ingin memukul Kenzo hingga pingsan.

"You know what, Kenzo?" Audrea menarik nafasnya, "maybe youre right. We won't end up together." Gadis itu akhirnya berjalan menjauh, namun berhenti ketika sudah hampir mendekati pintu keluar.

"One day, I'll be the happiest girl alive, and you'll regret letting me go."

"AUDREA!"

Seketika, gadis itu terbangun dari lamunannya, dan segera menoleh kearah Temannya itu, "kenapa?"

"Lo kenapa, sih?" Oliv mengernyitkan dahinya, "dari tadi ngelamun mulu." Audrea hanya membalas pertanyaan sang kawan dengan senyuman tipis, kemudian berdiri dari tempat duduknya dan melangkah menjauh. Oliv hanya dapat berdecak kecil melihat kelakuan temannya itu, sebelum perlahan mengikuti sang dara dari belakang.

Olivia Francesca, atau yang lebih kerap disapa dengan Oliv itu merupakan tetangga Audrea sejak lama, mereka berteman sejak TK, hingga keduanya sekarang sudah kuliah. Oliv adalah seseorang yang tampak dewasa, keren, dan pemberani. Walaupun sebenarnya ia sangat cengeng dan penakut. Audrea sesungguhnya sangat menganggumi Oliv, karena Oliv selalu bisa menangani masalah dengan mudah, tanpa panik sama sekali. Berbeda jauh dengan Audrea yang sesungguhnya mudah panik. Oliv juga orang yang menurut Audrea sangat baik, ia akan memberikan apapun untuk seseorang demi kebahagian mereka, tanpa memikirkan dirinya sendiri.

"Ngopi, yuk."

Oliv menggelengkan kepalanya sedetik setelah kalimat tersebut lolos dari bibir Audrea. Oliv sangat membenci kopi, sedangkan Audrea adalah seorang pencinta kopi. Audrea bisa saja diam disebuah kafe selama berjam–jam hanya untuk meminum segelas kopi, dan membaca novel. Padahal, dulu Audrea sangat membenci buku dan berdiam diri di kafe, karena menurutnya keheningan itu tidak enak. Tapi, sejak seseorang menyukai tempat tersebut, Audrea akhirnya mulai menyukai tempat tersebut juga.

"Nggak deh, Dre. Gue mau pulang aja abis nganter lo ini. Capek. Lo ngopi lah sana."

Audrea hanya mengangguk pelan, kembali menatap lalu lintas Ibukota Indonesia yang makin hari tampaknya makin padat ini. Audrea suka menatap seluruh keadaan yang berada ditempat tempat ramai. Seperti, ada anak kecil berlarian, atau sebuah warung pinggiran dengan pengunjungnya yang sedang tertawa lebar, hingga binatang seperti kucing atau anjing yang sedang bertengkar dikarenakan satu potong ayam goreng KFC yang sudah setengah dimakan.

"Sampe nih, Dre. Turun gih."

Audrea mengangguk, menuruni mobil Oliv, "oke. Makasih ya, Liv!"

Oliv membalas kalimat Audrea dengan senyuman kecil, sebelum segera menekan pedal gas pada mobilnya dan pergi kerumahnya. Audrea menghembuskan nafasnya, melangkah masuk kedalam rumahnya. Ayah mungkin sedang bekerja, Ibu? Entah kemana. Batinnya, menyadari keadaan rumah sangat kosong.

Gadis itu membuka pintu kamarnya dan segera melompat keatas kasurnya. Audrea menghirup napasnya dan menghembuskannya ketika obsidiannya menangkap suatu objek yang samgat familiar.

Foto Kenzo dan Audrea, di Taman bermain. Saat pertama kali Kenzo menyatakan perasaannya ke Audrea. Saat dimana Audrea sempat berpikir bahwa, akan ada perubahan besar dihidupnya.

Well, she thought wrong.

____________________________

GUE GASEMGAJA PUBLISH TADI:(( Maapkeun. Hehehehe. Ini ya lanjutannya, vomment ya ehe. Reading your comments always made my day.

CHRYSALISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang