Alvino Adhyastha.

596 70 5
                                    

"Kamu datang lagi hari ini. Entah, kita seperti sangat dekat namun sangat jauh. Aku bisa melihatmu tersenyum hari ini, sayangnya, seperti hari–hari lainnya, alasan dari senyumanmu bukanlah aku."

Kiara Aliona, 2017.

______________________________

"Kiara!"

Gadis yang sedang fokus bermain sebuah aplikasi game baru di telefon genggamnya itu tampak tidak berkutik, dan tidak menyahuti suara familiar yang baru saja memanggilnya.

"Ya tuhan, Ra. Lo masih main game dari tadi?" Kiara mengangguk mendengar pertanyaan dari temannya itu, "harus dong, Bi."

Ah, hampir lupa—Gadis yang berbincang dengan Kiara sedari tadi bernama Bianca Azalea. Gadis yang memiliki keturunan Korea dari ayahnya itu adalah tetangga Kiara sejak kecil. Bianca memiliki paras wajah yang cantik, dan ia selalu terlihat rapi dan manis. Berbeda dengan Kiara yang hanya menggunakan sweater, celana jeans, dan sneakers buluk kebanggaannya ketika berangkat kuliah, Bianca pergi kekampus dengan kemeja casual dan rok berwarna merah muda kesayangannya, tidak lupa menggunakan slipper berwarna coral dengan pita kecil dihujungnya yang sepertinya sudah starter pack Bianca jika mau keluar rumah.

"Ayo ah, pulang!" Bianca mendengus, menarik tangan sang dara pelan. Kiara berdecak, mematikan ponselnya dan memasukannya kedalam saku jeansnya, dan meraih tas yang ia letakkan dibawah kursinya.

"Iya, iya, ayo."

"Lo... Kiara Aliona?"

Kalimat tadi bukan diucapkan oleh Bianca, dan tentu saja bukan diucapkan oleh Kiara. Keduanya saling bertukar pandang dengan dahi yang mengernyit, sebelum menoleh kearah sumber suara; dipintu.

"Oh my god." Bianca hampir pingsan melihat siapa yang sedang menyenderkan badannya di ambang pintu dengan santainya dan menatap Kiara—well, Kiara? Gadis itu malah terdiam dan sedari tadi masih berpikir, siapa pria itu?

c h r y s a l i s m

"Oh my god, oh my god."

"Lo ngapain sih, Bi. Dari tadi omegat omegat mulu." Kiara menoleh kearah Bianca yang sedari tadi tidak memakan pizza didepannya, namun hanya terus terusan mengecek ponselnya.

"Knypsha shih?" Kiara mengunyah pizzanya sambil berbicara dengan Bianca, membuat Bianca akhirnya meletakkan ponselnya dan melirik kearah Kiara.

"Jorok, telen dulu makanannya."

"Oke, kenapa?"

"Lo nggak tau tadi itu siapa?" Tanya Bianca, yang hanya dibalas dengan gelengan kecil dari Kiara. Bianca berdecak, lalu menghela nafasnya. "Kiara Aliona, lo tuh terlalu meduliin game daripada Kehidupan nyata? Lo masa nggak kenal Alvino Adhyastha Prasaja?"

"Albino? Hah? Dia item gitu, kok dipanggil Albino."

"Alvino, Kiara."

"Emang dia kenapa, sih?" Kiara bertanya lagi, membuat Bianca menarik nafasnya dalam dalam dan membuangnya kembali. Jujur, kalau saja Kiara ini bukan temannya, Bianca sudah akan membuang Kiara ke jurang bertahun tahun yang lalu.

"Alvino Adhyastha Prasaja, the campus' bad boy, si Brandalan, anaknya Pak Prasaja. Rings a bell?"

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

"OOOH—TAU GUE, TAU!"  Kiara tersenyum lebar penuh kebanggaan ketika ia akhirnya mengetahui siapa sosok dibalik nama Albin—eh, Alvino Adhyastha tersebut.

"Setau gue sih, dia nggak bakal ngomong sama anak anak yang dia nggak kenal baik, atau nggak ada urusannya sama dia." Bianca menjelaskan, "makanya gue kaget dia nanya nama lo. Tadi gue langsung nanya anak–anak, akhir akhir ini Vino ada masalah sama siapa."

Kiara tersenyum bangga, "gue tuh terkenal, Bi." Ia meletakkan satu tangannya pada pinggangnya, dan satu tangannya pada dagunya.

"Bodo." Bianca berdecak, "tapi seriusan, Ra. Apalagi pas lo ngangguk, dia nggak bales lagi dan langsung kabur. Aneh banget nggak sih? Lo ngapain akhir akhir ini?"

Kiara berpikir sejenak, sebelum membalas pertanyaan dari Bianca. "Gue makan di mie pedes, terus makan eskrim deket SMA Garuda, abis itu pulangnya beli kids meal di KFC."

"Bukan itu maksud gue, dul."

"Jadi?"

"Udah, ah. Capek gue ngomong sama lo."

Kiara mendengus, "kalau gitu nggak usah diajak ngomong dari tadi dong."

Bianca menggelengkan kepalanya menyerah, sebelum meraih pizza yang berada diatas meja. Kiara terdiam sejenak memikirkan kalimat Bianca,

Alvino Adhyastha Prasaja.

Sebuah kebohongan besar kalau seorang Kiara bilang tidak mengenal siapa anak pertama keluarga Prasaja tersebut. Kiara dan Alvino mempunyai sejarah mereka sendiri, sebuah histori yang bahkan Kiara tidak ingin ingat; satu hal yang kalian harus tau, Alvino Adhyastha adalah pria nomor satu dalam daftar pria yang harus dijauhi oleh Kiara Aliona.

Setelah membayar semua makanan mereka, Bianca berkata ada acara festival SMA yang harus dia datangi, lagi–lagi, Bianca diundang sebagai MC disana bersama tentunya, Bagas Ananta. Bagas dan Bianca sering disebut sebagai couple tergemas oleh para anak anak sosial media. Bagas dan Bianca sering mendapat pertanyaan apakah keduanya berkencan, dan jawabannya selalu tidak. Bianca Azalea dan Bagas Ananta hanya dapat bekerja sebagai partner MC, selebih itu—Bianca dan Bagas adalah orang yang sangat berkebalikan, keduanya berbeda. Sangat, sangat berbeda.

×××

Mama : Ra, udah makan?

Kiara A. : udah mah, kenapa nanyain?

Mama : Enggak, nanya aja. Haha. Mama kangen kamu nih.

Kiara tersenyum membaca pesan dari wanita tersebut, sebelum membalasnya lagi.

Kiara A. : Aduh jadi terhura dikangenin nih haha hehe.

Mama : Ra.

Kiara A. : Iya ma?

Mama : soal Vino...

Kiara A. : Ma, Kiara sibuk. nanti Kiara SMS lagi ya, daah.

Gadis yang sedang mengenakan sweater panjang berwarna hitam itu menyenderkan badannya pada sofa ruang tengah tersebut, menghela nafasnya dan melempar ponselnya asal—yah; paling tidak tetap diatas tempat empuk. Kiara sadar diri, kok. Telefon genggam itu mahal, untuk apa seenak jidat dibuang.

Kiara meraih tasnya dan mengeluarkan spidol serta buku catatan kecilnya, sebelum menorehkan kalimat pendek disana.

"Sebesar, dan sehebat apapun kata dan rasa, jika Tuhan berkata 'tidak', kita bisa apa?"

Kiara Aliona, 2017.

______________________________

Bagas dan Bianca di mulmed ya~

CHRYSALISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang