Kenzo Adikarsa.

215 40 5
                                    

Ah, how do i even start with Kenzo Adikarsa? Pria itu memiliki rahasia dan caranya sendiri. Semua orang selalu berkata, bahwa tidak ada siapapun didunia ini yang mengetahui Sosok asli seorang Kenzo Adikarsa, not even his parents. Tapi, Audrea malah berpikir sebaliknya. Kenzo adalah orang yang mudah ditebak, jujur, dan ramah. Ketika Audrea mendengar gosip–gosip dari anak anak yang lain, ia tertawa dan langsung menceritakan kebalikannya. Kebanyakan mengira bahwa itu tentu saja perlakuan wajar seseorang terhadap pacarnya, tapi sejujurnya, Kenzo bahkan sudah menunjukkan sisi tersebut sebelum mereka bersama.

HARI itu dingin. Sempat terasa hujan walau hanya untuk sebentar, namun rasanya sangat dingin. Membuat Audrea meraih jaketnya sebelum berjalan keluar rumah. Ia berniatan pergi ke supermarket dekat Rumahnya.

"Kok dingin banget sih,"

Audrea mengeratkan jaketnya lagi, sedikit menggerutu dan rasanya ingin mengutuk udara dingin ini. Jika disuruh memilih untuk tinggal ditempat yang lebih panas, atau lebih dingin, Audrea akan selalu memilih tempat yang lebih panas. Ia tidak suka kedinginan. Audrea memiliki alergi terhadap dingin yang merupakan salah satu alasan ia membenci suasana dingin—walaupun bukan hanya itu.

Tes.

Setitik hujan terasa jatuh dihidung Audrea, otomatis membuatnya menoleh keatas dan mendapati bahwa hujan turun kembali. Masih gerimis, masih sempat untuk Audrea mencari tempat berteduh. Dengan cepat, Audrea berlari kesebuah tempat ronda disana, ingin berdiam diri sebentar untuk berlindung.

"Dingin ya, pus?"

Audrea mengernyitkan dahinya, itu bukan suaranya—jelas. Dan apa tadi, pus? Audrea bukan kucing. Audrea terlalu cantik buat jadi kucing. Ketika ia melihat kesamping, Audrea baru sadar bahwa ada orang lain selain dirinya disini. Seorang lelaki yang sedang... memeluk kucing? Lelaki itu tidak tampak lebih tua dari Audrea. Ia tidak bisa melihat wajahnya terlalu jelas karena Lelaki itu memakai jaket dan menunduk. Kulitnya putih, proporsi badannya bagus, dan ia tinggi bak model.

Kucingnya tampak penuh luka luka, ada bulunya di beberapa bagian yang sudah hilang, terlihat seperti tersiram air panas. Matanya hampir menutup, membuat lelaki yang sedang memeluk si Kucing mengeratkan pelukannya.

"Apa lihat lihat?"

Audrea sedikit terkejut, ia mengira bahwa Kucing itu barusan berbicara. Tapi ternyata tidak. Audrea masih waras. Yang berbicara tadi adalah lelaki itu.

"Itu... kucing kamu?"

"Kalau iya?"

"Nggak. Dia nggak apa apa?"

"Nggak ada siapapun yang 'nggak apa apa' setelah disiram air panas. Termasuk Kucing."

Mendengar jawaban dari sang teruna, Audrea mengernyitkan dahinya.

"Kamu siram dia?" Lelaki itu berdecak, tampak tidak tertarik dengan percakapan dengan Audrea. "Ya enggak lah. Gue sayang kucing."

"Oh, iya? Kamu nggak terlihat seperti orang yang menyukai kucing." Ia mendengus, tidak membalas ucapan Audrea selanjutnya. Keduanya berdiam diri disana untuk cukup lama menunggu hingga hujannya berhenti, tidak ada yang berminat melontarkan sepatah kata, tidak ada yang berminat memecah keheningan. Tapi, Atmosfirnya terasa sangat nyaman. Audrea merasa nyaman mendengar gumaman kecil Lelaki itu kepada kucingnya, memastikan bahwa Audrea tidak mendengar namun samar samar terdengar kalimat seperti menanyakan apakah Kucing itu lapar, apakah Kucing itu kedinginan? Walaupun ia tau tidak akan ada balasan. Lucu.

"Hujannya berhenti."

"Here." Lelaki itu menyodorkan payungnya kearah Audrea. "Nggak usah, mas. Makasih."

"Mas?" Ia mendengus, lagi. "Muka gue kayak mas mas? Kenzo Adikarsa. Catat." Ujarnya sebelum berjalan menjauh dari pos ronda tersebut, meninggalkan Audrea yang kebingungan, dan payungnya.

chrysalism.

"Kenzo, bagaimana kamu dengan Audrea?"

Lagi lagi, Mama hanya berkata seperti itu. Kenzo bosan, Sebenarnya anak Mama itu dia, atau Audrea? Setiap kali mereka bertemu, Mama hanya akan menanyakan kabar Audrea. Kenzo mendengus, meletakkan tasnya diatas sofa berwarna hitam diruang tengah rumah Keluarga Adikarsa. "Udah putus."

Mama mendelik, lantas menaikkan nada suaranya ketika mendengar balasan Kenzo. "Apa?! Kok bisa?!"

Kenzo memijat pelipisnya, lalu menghela nafasnya dan menatap Ibunya. "Mama, bisa nggak, Mama urus urusan Mama. Aku urus urusanku. Jangan ikut campur, please?"

Mama hendak membalas perkataan anaknya, namun kemudian menutup mulutnya kembali dan hanya menghela nafasnya, "Oke. Mama minta maaf. Kamu sudah besar, sudah bisa mengurus hidupmu sendiri."

Kenzo mengangguk, sebelum duduk diatas sofa dan meraih remote televisi, dan menonton apapun yang sedang disiarkan disana. Kenzo tidak suka menonton, apalagi acara lokal tidak berfaedah di televisi nasional. Menurutnya, memukul orang dengan gabus, menjelek–jelekan fisik seseorang, dan melempar tepung kewajah itu adalah hal yang sangat bodoh. Ditambah banyak orang yang bahkan tertawa pada aktivitas tersebut. God, the world's gone mad.

"Kenzo... Papa mau ngajak makan bersama nanti malem."

Kenzo terdiam sejenak sebelum membalas pernyataan Mama tanpa menoleh kepadanya, "si Kampret itu mau apa lagi?"

"Kenzo Adikarsa." Mama menegaskan ucapannya, "He is your father."

"Mama, orang yang membuat Mama tersakiti dan membuat keluarga ini runtuh bukanlah Ayahku." Kenzo membalas, "Aku nggak mau. Silahkan mama datang makan bersama si Kampret, dan Istrinya."

Mama terdiam, kalimat Kenzo terasa menusuk. Ia tau bagaimana sifat Anaknya, walau terkadang membuatnya sedih, semua sifatnya ini terjadi karena suatu hal.

Hal yang tidak pernah bisa Kenzo maafkan.

chrysalism.

Hai, kalian! Hehehehehe. Gue kembali, dan baru baru ini mencoba menulis beberapa story lainnya yang masih mengendap didraft. Gue belum tau kapan mereka bakal dipublish, karena kayaknya masih banyak harus diperbaiki. Gue mau lebih banyak nulis cerita dalam bentuk novel begini daripada short story berbentuk chat.

Gue masih jauh banget dari kata Bagus dalam menulis, tapi gue masih belajar. Terus yang request buat ngebaca story kalian di wall, i would love to tapi gue sekarang lagi sibuk. Banyak tugas dan Ujian udah makin dekat. Yang masih baca cerita ini, thankyou.

CHRYSALISMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang