Wasiat dari Jenius Bodoh

9 0 0
                                    


"Mari membuka Kafe!"


Sendokku yang berisi nasi, terhenti seketika di dekat mulutku, Aku menatapnya kosong, seakan tidak percaya apa yang baru saja Aku dengar... Tidak, tepatnya Aku tidak ingin percaya apa yang baru saja Aku dengar.


"Aku Serius Hana!" Dia menaruh kedua tangannya di meja dan memajukan tubuhnya ke arahku dengan tatapan serius.



Aku menghela nafas, menunduk, memasukkan sendok ke mulutku dan mengunyahnya pelan



'Sekali lagi Dia selalu mengatakan Sesuatu di luar Bayanganku...di saat yang Mengejutkan!'


'Aku harus Tenang.... Dan Membawanya kembali ke dalam Kenyataan!'



"Bagaimana bisa Kita membuka Kafe jika Kita Berdua Bekerja!"



"Kalau begitu Aku tinggal Keluar dari Pekerjaanku!"



Aku mengangkat Kepalaku seketika dan Menatapnya Tajam.



"Jangan Bercanda Kak!... Ini tidak Lucu!"



"Tapi, Aku Tidak Bercanda, Aku Serius... Jika Kau tidak Percaya, Aku telah menyiapkan rencananya dengan Detail... Aku bahkan sudah membeli Bangunan dimana Kita akan Membangun Kafe Kita...."



"Tunggu...Tunggu Kak... Apa maksudmu dengan Kau telah membeli Bangunan ???" Aku Mengerutkan Keningku.



"Ooh... Kita tidak bisa Membangun sebuab Kafe jika Kita tidak memiliki Bangunannya bukan??!" Dia Memiringkan Kepalanya, dan mengatakannya dengan ringan seakan itu adalah hal yang wajar.




"Bukan itu maksudku, tapi darimana Kau mendapatkan Uang untuk membeli sebuah bangunan??"



"Kau tidak berfikir bahwa Aku Menghabiskan semua Gajiku hanya untuk Hal-hal yang Sia-sia kan??!"



Untuk menjawab pertanyaannya Aku Menengok ke sudut apartemen Kami. Dimana tergeletak Sepeda Gunung, Kertas Lukisan kosong beserta penyangganya, sebuah pemutar tanah liat, dan beberapa barang yang dibeli Mahal hanya untuk ditumpuk di sudut ruangan.


Aku kembali menoleh ke arahnya dan menunggu.



"Well, Seseorang harus Hidup untuk menjalani Mimpinya kan... dan Aku masih dalam pencarian!" Dia menjawab ringan sambil melihat ke samping, menghindari tatapanku.



"Kau Tahu, Kita tidak akan bisa Menumpuk sebuah Bangunan di sudut Apartemen Kita, jika Kali ini Kau Berfikir untuk Menyerah"



"Tidak akan.... Kali ini Aku Tidak akan membiarkannya Terbuang Sia-sia... Karena itu, Percayalah Padaku!" Dia Menatap Penuh dengan Keyakinan.



'Aku Benci saat Dia melakukan Hal itu...!'

"Kau akan Melepaskan Jabatanmu sebagai Development Manager di sebuah Perusahaan Ternama Hanya untuk membuka sebuah Kafe?!"



Dia Mengangguk dengan Mantap dengan Tatapan yang tidak Tergoyahkan.


"Kau Menolak menjadi GM karena Kau bilang Kau Tercipta untuk Mengembangkan sesuatu bukan untuk Duduk di belakang Meja, Passionmu adalah untuk mengembangkan sebuah Ide, bahkan yang paling Tidak Masuk akal dan membuatnya menjadi Nyata dan Sukses besar... dan Kau membuatnya Nyata!"



"Kau benar-benar Mengenalku dengan Baik!" Dia Tersenyum Bangga, bukan dengan pencapaiannya tapi bagaimana Dia mendengar Nada Bangga di dalam Suaraku.

E-CafeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang