Prolog

6K 338 14
                                    

Medan pertempuran ini penuh dengan kematian, selayaknya peperangan itu sendiri. Jika ada satu yang berdiri, pihak lawan akan mencoba menjatuhkannya, terus begitu sampai hanya ada satu pihak saja yang tersisa.

Nyatanya, mereka berdua berdiri di sana, tanpa satu pun yang mau menjatuhkan satu sama lain.

Dia berdiri di depan Athena, menatap gadis itu tanpa berkedip.

Athena merasakan tatapan Poseidon dan dengan cepat mencoba mengenyahkan arti dari tatapan itu. Dia memusatkan pikirannya pada detak jantungnya yang bertaluh-taluh, meyakinkan benaknya yang mulai bimbang dan hatinya yang sudah enggan menipu. Sekali lagi, mungkin untuk sekali lagi Athena akan jatuh ke dalam semua tipu daya itu, dan itu bukan pilihan untuk saat ini.

Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus menatap satu sama lain dan memendam perasaan rindu.

Athena menghirup udara, aroma besi, tanah, dan kematian. Ketika dia mendapatkan kembali keyakinannya dan dengan segenap daya yang ia miliki, dia menggenggam perasaan tersebut.

Athena membalas tatapan Poseidon dengan keyakinan kuat bahwa dia tidak akan lagi terlena kembali.

Tetapi dengan mudah Poseidon meruntuhkan keyakinan itu.

Pria itu berjalan dengan tenang di tengah kekacauan perang. Tidak ada satu orang pun yang menghalangi langkahnya menuju Athena. Dia membawa tombak bermata tiga di tangannya.

Dan untuk pertama kalinya, Athena bisa melihat wajah Poseidon. Dan Athena tidak bisa membohongi hatinya lagi, air mata itu jatuh tanpa ia sadari. Athena tidak pernah tahu rasa rindu itu ada sampai dengan dia melihat wajah itu, mata itu, biru segelap warna samudra yang dalam. "Kumohon berhenti!" pintanya ke arah Poseidon.

Poseidon berhenti berjalan dan tangan kanannya mengepal.

Tidak ada suara lagi di antara mereka. Jarak yang ada pun mulai terasa menghilang. Mereka sekali lagi hanya berhenti di sana dan saling menatap.

"Kau tahu tidak harus begini?" kata Poseidon memecah keheningan di antara mereka.

Athena tetap diam.

Poseidon kemudian melanjutkan. "Aku mencintaimu, setulus cinta Segara terhadap Ossun."

Athena menggeleng.

Poseidon bisa melihat bekas air mata Athena. Dia ingin meraih tubuh gadis itu dan memeluknya, melindunginya, dan mengatakan bahwa dia akan melindunginya.

Dan ratusan kali dia menahan gejolak amarah yang ada pada dirinya karena tidak bisa melakukan itu semua.

Athena mengeratkan pegangan pada tombaknya. "Aku membecimu," katanya dingin.

Dan Poseiodon bisa merasakan tajamnya perkataan Athena dan dia tahu pasti asal kebencian itu.

"Maafkan aku," kata Poseidon lemah.

Athena dengan cepat berlari ke arah Poseidon dan mengacungkan tombaknya untuk menyerang Poseidon, menepis apapun yang akan dikatakan Poseidon selanjutnya dengan serangan dari tombaknya.

Poseidon menghindar dengan sigap. Detik dia melihat sorotan pada mata Athena, dia menyadari bahwa semua sudah terlambat.

Athena menyerang kembali dan Poseidon terus menghindar, tanpa membalas serangan gadis itu.

Serangan Athena sendiri hampir tidak memiliki celah. Dia terlatih dan bukan hanya itu, dia berpengalaman dalam melawan Poseidon. Gadis itu tahu setiap langkah Poseidon, begitu pula sebaliknya.

Ini bukan pertarungan pertama mereka.

"Kau akan terus menghindar?"

Poseidon tidak menjawab. Rasa sakit di hatinya menjadi semacam penenang di dalam benak dan gerakkannya. Dia tidak ingin menyakiti Athena.

Athena tidak menyerah. Dia kembali menyerang Poseidon.

Di medan perang ini, tidak ada yang bisa melawan Poseidon kecuali Athena.

"Astra!" Panggil Athena.

Tombak Athena kini memancarkan cahaya kebiruan yang kemudian mulai berdesis. Athena dengan sigap berhenti menyerang dan mengambil jarak dari Poseidon. Dengan cepat dia mengayunkan tombaknya ke arah Poseidon, sebuah kilat kebiruan searah dengan tebasan Athena.

Poseidon melihatnya dan menghindar. Dia melemparkan tubuhnya ke kanan, membuatnya kehilangan keseimbangan.

Dan Athena kembali menyerang dengan serangannya.

Tidak ada waktu untuk menghindar bagi Poseidon.

Petir itu menyabet baju zirah Poseidon dan membuatnya terkoyak, dan darah mulai merembes dari bagian dada Poseidon.

Poseidon mengerenyit menahan rasa sakit yang baru saja diterimanya.

Athena kembali menyongsong Poseidon.

Poseidon menghalau serangan tombak Athena dengan trisula miliknya.

Hari-hari bahagia itu meluncur dengan bebas di dalam ingatan keduanya, saat senjata mereka bertemu untuk saling membunuh. Sentuhan hangat yang dulu pernah mereka rasakan seolah-olah menyuar dari tempat yang pernah mereka sentuh. Hembusan nafas mereka yang saling bertemu kembali membuat mereka sejenak lupa apa yang telah terjadi. Setelah sekian lama tatapan mereka bertemu dengan jarak yang begitu dekat. Mereka mencoba mencari harapan yang tersisa, mencoba memanggil jiwa mereka yang saling mencintai.

Dan seperti apa yang masih diingat Poseidon di dalam ingatannya. Dia tersenyum bahagia.

Athena terperanjat melihat senyuman Poseidon, dan ia sendiri sadar sangat merindukannya. "Sal."

Nama itu meluncur begitu saja dari bibir Athena.

Poseidon mencoba menyentuh wajah Athena. "Ya?"

Dia mengusap air mata yang jatuh perlahan pada pipi gadis itu.

"Aku belum pernah mengatakannya dengan benar, bukan?" Tanya Athena pelan.

Poseidon hanya mengangguk, memahami apa yang dimaksud Athena.

Senjata mereka masih saling beradu, namun tidak ada lagi kekuatan di dalamnya. Semua telah menguap bersama angin.

Ada suatu saat mereka ingin bertemu dengan takdir, ya, takdir yang dibuat untuk mereka berdua. Bertemu dengan dewa dan dewi yang mempermainkan perasaan mereka. Bertanya padanya, mengapa harus mereka yang jatuh cinta dan saling ditakdirkan untuk saling membunuh?

Namun mereka tahu bahwa meski mereka tahu jawabannya, mereka dengan bodohnya akan memilih untuk enggan mengindari takdir tersebut.

Karena pertemuan yang ditakdirkan ini membuat mereka bertemu.

"Dan tidak akan kubiarkan perpisahan menjadi akhirnya," sambung Poseidon, suaranya penuh dengan penyesalan dan kerinduan.

Namun, di balik langit yang mendung dan medan perang yang sunyi, dewa dan dewi tertawa, mengetahui bahwa takdir mereka masih jauh dari selesai.


Athena Sang Dewi PerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang