BAB II

1.9K 135 6
                                    

Malam itu adalah hari perayaan kelulusan Aegis dari akedemi kemilteran karajaan Althina. Semua pelayan dan juru masak sibuk mempersiapkan pesta perayaan tersebut. Semua seharusnya berjalan lancar tanpa ada masalah. Tetapi sepertinya seseorang merasa harus merusak pesta kecil itu.

Awalnya Athena dan Aegis sedang bercengkrama tentang bagaimana hari-hari Aegis menempuh pendidikan di kemiliteran dengan canda tawa. Tidak lama kemudian ibu mereka bergabung di meja makan dan mengatakan bahwa ayah mereka mungkin akan terlambat, meski mereka tahu hampir tidak mungkin beliau akan datang. Beliau selalu berada di pusat komando kerajaan jika kembali dari Frontliner. Dan tentu tidak ada yang berharap Duke akan datang, beliau dengan eksperesi tanpa senyumnya akan menenggelamkan suasana hangat dan menyenangkan yang ada di pesta kecil Aegis.

Namun ketika pintu ruang perjamuan terbuka lebar dan seorang pria tegap berjubah merah tua dengan rambut hitam memasuki ruangan, semua orang dengan cepat berdiri tersentak kaget dan tidak bisa menyembunyikan ekpresi terkejut mereka.

"Ayah?" Gumam Aegis pelan.

Duke Seraphintia mengangkat alisnya kemudian memandang Aegis dengan tatapan tajam. Matanya kelabunya berkilat menakutkan. "Begitu kah?" katanya pelan. Suaranya sama beratnya dengan suara guntur di tengah badai. Namun kali ini seolag guntur itu telah dibawa kedalam ruang perjamuan mereka sehingga membuat Athena tersadar ada sesuatu yang tidak diinginkan telah terjadi. Dan dia tidak tahu apa itu.

Athena melirik ibunya. Dia bisa melihat ekspresi bingung ibunya, sepertinya dia juga tidak tahu apa yang terjadi.

"Ruang kerja, Aegis." Perintah ayahnya singkat. Beliau kemudian berbalik pergi meninggalkan ruang perjamuan.

Athena kini menatap Aegis untuk bertanya apa yang sedang terjadi. Kenapa ayahnya pulang dan langsung meminta Aegis ke ruang kerjanya.

Tapi Aegis malah membalas tatapan Athena dengan raut wajah sedih dan kemudian menggeleng. "Aku akan pergi untuk berbicara dengan ayah." Katanya pelan. Dia mengangguk pelan ke arah Athena dan ibu. Kemudian berjalan keluar ruangan menyusul ayah mereka.

"Sepertinya perjamuannya telah berkahir?" kata sebuah suara tepat sebelum Aegis berjalan keluar.

Aegis berhenti berjalan dan tubuhnya menegang. "Apa yang kau lakukan disini?" Tanyanya tidak ramah.

Seseorang berjalan mendekati Aegis.

Dia seorang pria berpakaian dan berjubah hitam. Pria yang tinggi dengan kulit pucat. Dia memiliki wajah tampan dengan tulan pipi tinggi. Dia pria yang mempesona dan tampan, namun ada aura dingin dan tidak tersentuh dari dirinya.

"Salah satu undangan perjamuan pesta kecilmu." Jawabnya ringan. Yang jelas tidak mungkin.

Aegis tampak berpikir. Dia bergantian menatap pria asing itu dan arah kemana ruang kerja ayahnya berada. "Jadi kau yang memulai semua drama ini?"

Pria asing itu nampak bosan dengan tuduhan Aegis yang mendadak. "Tidak semua yang aku lakukan itu untuk mengusikmu." Katanya.

Kemudian di melirik ke arah Athena yang sedang memperhatikan pertengkaran dalam diam diantara dua pria tersebut. Tatapan itu merupakan tatapan ketertarikan. Seseorang bisa mengusik Aegis? Tentu Aegis adalah orang yang mudah terusik dan dia memang juaranya. Namun sudah lama tidak ada yang bisa melakukannya. Setelah Aegis berniar bergabung ke militeran, sejak itu pula topeng Aegis terbentuk.

Athena menyadarinya. Tentu, bagaimana dia tidak tahu harapan siapa yang ada pada pundak Aegis saat itu hingga sampai detik ini. Harapan itu...tidak akan pernah lenyap.

Aegis yang mengetahui kemana arah pandangan pria tersebut langsung berdiri diantara Athena dan pria tersebut. "Jauhkan pandanganmu dari saudariku, Thanatos."

Athena menahan rasa gelinya.

Thanatos tersenyum. "Jadi, kau akan tetap disini?" Tanyanya. Dia menatap Aegis menantang. Tidak terusik dengan ketidakramahan Aegis.

"Bukan urusanmu." Jawab Aegis menahan marah.

"Hentikan! Kalian berdua sekarang juga!"

Athena dan Aegis tertegun kemudian menoleh ke arah Ibu mereka berdiri.

"Aegis segera temui ayahmu." Perintah ibu mereka. Aegis nampak akan menolak. Dia tidak mau pergi setelah mengetahui Thanatos berada satu ruangan dengan Athena. "Segera!"

"Tidak." Tolak Aegis. "Aku akan disini dan mengusir, bajingan gila ini."

"Jaga tutur katamu, Aegis, Dimana sopan santunmu?" Peringat ibunya.

Athena tidak mengerti akan sikap Aegis saat ini. Apa yang terjadi jika pria misterius itu berada satu ruangan denganku? Atau lebih tepatnya siapa dia?

Thanatos tersenyum.

Dan Athena merasa orang ini berbahaya. Dia bisa tersenyum disaat seperti ini. Dan jelas Aegis melihat senyuman itu, ini membuatnya semakin meradang.

Athena hendak berjalan ke arah Aegis namun tangan ibunya menahan langkahnya. "Kau bisa pergi, Aegis. Ibu yang akan berbicara dengan tamu kita ini." Jelas ibunya dengan tenang. "Tidak seharusnya seorang tamu datang semalam ini tanpa pemberitahuan terlabih dahulu, bukan kah begitu, Tuan Duxnoctis."

Thanatos kini tidak bisa mengelak. "Saya datang bersama, Duke Seraphintia, Duchess."

"Kalau memang begitu adanya, saya berhak tahu agenda apa anda kemari bersama suami saya?"

"Itu..."

"Namun sayang sekali, hari ini seharusnya kami tidak bisa menerima tamu. Terlepas dari anda datang bersama suami saya atau tidak."

Athena mengangkat kedua alisnya. Dia tidak bisa menyembunyikan rasa bingungnya.

Thanatos terdiam.

"Nyatanya anda tahu ini bukan waktu yang tepat untuk bertamu. Jadi apapun agenda yang hendak anda lakukan setelah ini, bukan kah sebaiknya perlu dilakukan dilain hari?"

Thanatos mengangguk pelan. "Rasanya memang seharusnya begitu, Duchess."

"Alham akan mengantarkan anda ke keluar, Tuan Duxnoctis."

"Bukan kah seharusnya Yang Mulia?" Tanya Thanatos.

"Orang gil..."

"Aegis!" Potong Ibunya. "Tentu, saya tidak salah menyebutkan gelar anda." Jawab ibunya tenang. "Saya belum mendengar Yang Mulia Raja memberikan gelar apapun terhadap nama maupun keluarga anda."

"Belum?" Ulang Thanatos. Dia kembali menatap Athena. Menghiraukan tatapan Aegis dan juga Duchess Seraphintia. "Senang bertemu denganmu juga, Lady Athena Seraphintia."

Cengkraman tangan ibunya semakin mengerat. Athena menahan rasa sakitnya namun keterkejutannya akan kelancangan Tuan Duxnoctis.

Athena melirik ibunya yang berusaha menyembunyikan rasa geramnya.

Namun Tuan Duxnoctis telah melangkah pergi meninggalkan ruangan dan tidak bisa melihat dampak dahsyat apa yang telah dia lakukan pada seluruh orang di ruang itu.

"Aegis." Kata ibunya. Ekspresinya masih mencoba menemukan ketenangan namun dia belum menguasainya sepenuhnya. Cengkraman tangannya melonggar. "Temui ayahmu, segera. Beliau pasti menunggu."

Aegis tampak ragu. Dia menatap Athena.

"Athena, kau pergi lah ke kamarmu. Dan jangan keluar sampai besok pagi." Perintah ibunya. "Felexia akan mengantar makam malammu."

Dan ibunya melepaskan gengamannya dari lengan Athena.

"Aku tahu kau memiliki banyak pertanyaan tapi tidak untuk sekarang."

Dan begitulah Athena tahu ada orang lain di kerajaan ini yang tahu siapa dirinya selain keluarga dan lingkungan kediamannya.



"Kau merusak pesta kecil itu, Tuan." Kata seseorang di dalam kereta kuda yang akan dinaiki oleh Thanatos di depan kediaman keluarga Seraphintia. "Seperti biasanya."

Thanatos tersenyum samar, betapa menawan wajah tampan dan tatapan dingin miliknya yang seolah tak terusik dengan kegaduhan yang barusan terjadi dan justru sepertinya dia menikmatinya. "Ada beberapa keluarga yang tidak layak bahagia di dunia ini, Lux."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Athena Sang Dewi PerangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang