Part 4

7.6K 1K 47
                                    

Happy reading
-----------------------------------------

Suasana di sebuah rumah besar di kawasan jalan Nangka Utara masih sangat sibuk. Meskipun acara pertunangan yang dilakukan sore nanti hanya akan dihadiri oleh anggota keluarga kedua belah pihak, dan sahabat dekat saja, namun persiapannya tetap menggunakan jasa dekorasi. Sesuai kesepakatan kedua keluarga, acara pertunangan dilakukan di kediaman keluarga Jacinda.

Keisha sedari tadi sangat gugup, dan gelisah menanti acara pertunangannya yang tinggal hitungan jam. "Mi... apakah persiapannya sudah selesai?" Keisha langsung bertanya saat Karina-ibunda Keisha menghampirinya.

"Belum... sayang, tinggal sedikit lagi. Kamu tidak usah gugup, dan gelisah seperti itu, sayang." Karina menarik tangan anaknya, dan mengajaknya duduk di tepi ranjang Keisha.

"Aku takut mengecewakan keluarga Dave, Mi. Mami tahu sendirilah, bagaimana tante Vanya yang ingin semuanya terlihat sempurna. Apalagi Mami menolak jasa dekorasi yang direkomendasikan oleh beliau, takutnya beliau tidak menyukai dekorasi sekarang," ujar Keisha sambil merajuk.

Karina hanya tersenyum mendengar nada putri semata wayangnya yang merajuk. "Tenang saja, sayang. Mami yakin Dave, dan keluarganya akan puas dengan dekorasi pertunangan kalian. Kamu lupa jika Dave juga yang membantu Mami memilih jasa dekorasi ini?"

Keisha menepuk dahinya karena baru menyadari sesuatu. "Mi... kenapa aku bisa melupakan campur tangan Dave?" cengir Keisha.

"Makanya kamu harus santai, jangan tegang." Karina membawa Keisha ke dalam pelukannya. "Saat kamu menikah nanti, Mami pasti sangat merindukanmu... sayang," lanjut Karina.

"Jangan mulai deh, Mi. Aku pasti akan sering mengunjungi kalian, apalagi aku menikah masih di kota yang sama, Mi." Keisha menenangkan ibunya yang sangat menyayanginya. "Bila perlu nanti aku suruh Dave membeli sebuah rumah di sekitar sini," sambungnya.

"Hush... jangan berbicara seperti itu, nanti kamu dikira memanfaatkan Dave oleh ibunya. Meskipun Mami, dan Vanya berteman akrab, tapi Mami tetap menjaga batasan dengannya, karena beliau itu orangnya sangat perhitungan, dan tentunya sedikit arogan," jelas Karina.

"Untung Dave tidak menuruni sifat tante Vanya, Mi. Dave tidak perhitungan jika mengajakku berbelanja, dan membelikanku sesuatu," balas Keisha.

"Satu hal yang harus kamu tahu dari Vanya... sayang, yakni: dia akan sangat membenci orang, jika orang itu membohonginya habis-habisan, dan dia akan berlaku sebaliknya jika ada seseorang yang menghormatinya," beritahu Karina. "Mami harap kamu bisa menjadi menantu kesayangannya kelak," tambahnya.

"Siap, Mami. Aku akan mengurus rumah tanggaku dengan baik, agar tante Vanya tidak kecewa karena menjadikanku menantunya," setuju Keisha.

***

Titha sangat susah membuka matanya, padahal ini sudah tengah hari. Jika saja ketukan pada pintu kontrakannya tidak terus terdengar, mungkin dia sudah kembali menarik selimutnya untuk menutupi tubuhnya. Dengan bermalas-malasan Titha beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari sumber suara yang mengganggu kegiatan tidurnya.

"Tha... kamu baru bangun?" Cika mengernyit saat melihat Titha membukakan pintu dengan muka bantalnya.

"Hmmm... ada apa, kak?" Titha sesekali menguap karena matanya masih sangat berat.

"Kamu ngga kerja lagi?" Cika merasa heran karena tidak biasanya Titha malas bekerja.

Belum juga Titha menjawabnya, Cika kembali bertanya saat memerhatikan wajah Titha yang kembali pucat. "Kamu sakit lagi, Tha? Tapi badanmu ngga demam?" ujarnya.

Love For My Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang