Happy reading
-------------------------------------Untuk menenangkan kesedihan, dan sakit hatinya terhadap sikap Dave, Titha mendatangi sebuah pantai yang jauh dari keramaian seperti pantai-pantai lainnya. Di pantai Lembeng inilah dia akan berbagi kesedihan. Bukan dengan menjerit, atau berteriak seperti yang dilakukan orang pada umumnya, melainkan mendengarkan dengan leluasa deburan ombak yang memekakan telinga, dan memandangi pancaran air laut yang menyilaukan mata karena terpantul panasnya sang surya.
Titha tersenyum miris ketika pertanyaan Dave yang terkesan menuduhnya sebagai jalang, terus terngiang-ngiang pada indera pendengarannya.
Sebenarnya waktu itu Titha sempat meragukan, dan menyangsikan ucapan Dave yang akan mempertanggung jawabkan perbuatannya, apalagi dia hanya sebagai pelarian Dave yang diputuskan secara sepihak oleh Keisha, namun dengan cepat dia tepis keraguannya itu karena perhatian yang Dave berikan padanya. Tapi kini keraguannya yang pernah terbesit pada pikirannya itu menjadi kenyataan. "Dave saja meragukan darah dagingnya sendiri, apalagi keluarga Dave, terutama tante Vanya. Jika tadi tante Vanya yang mengetahuinya lebih dulu, apakah keadaan akan sama seperti sekarang, atau jauh lebih buruk dari ini?" tanyanya sendiri.
Titha merasa tenggorokannya begitu kering, dan perutnya mulai lapar. Dia baru ingat jika dari kemarin sore nafsu makannya menghilang. Setelah mengedarkan pandangannya, Titha menemukan sebuah warung kecil yang ternyata terletak di pintu masuk pantai. "Mengapa tadi aku tidak melihat ada warung di sana?" gumamnya.
Titha membawa motornya menuju warung itu. Setelah memarkirnya dengan baik, Titha memanggil pemilik warung tersebut.
"Ada yang bisa saya bantu, mbak?" tanya pemilik warung yang ternyata seorang wanita paruh baya.
"Apakah ibu menjual nasi?" tanya Titha ramah.
"Ada, mbak. Mau nasi campur, atau nasi goreng?" tawar pemilik warung.
"Nasi goreng saja, Bu. Namun sebelumnya buatkan dulu saya rujak mangga. Mangganya muda, kan... Bu?" ujar Titha. Entah kenapa saat matanya menangkap buah mangga, air liurnya terasa berlompat ingin keluar.
"Iya... mbak, mangganya muda, juga baru dipetik," jawab ibu tersebut tak kalah ramah. "Siang-siang begini memang enak makan rujak mbak, apalagi jika rasa kantuk menyerang," tambah ibu itu yang tangannya sudah mulai mengupas kulit mangga.
Air liur Titha semakin terdesak ingin keluar, oleh karena itu dengan cepat dia mengambil sebotol tanggung air mineral, kemudian meminumnya menghadap ke laut. 'Ada apa dengan diriku? Biasanya aku sangat tidak menyukai rujak, apalagi rujak mangga muda. Dulu membayangkannya saja sudah membuatku merinding karena rasa kecutnya yang menyiksa,' batinnya.
Tak perlu menunggu bermenit-menit, rujak pesanannya sudah jadi, dan siap dinikmati. "Mbak... jika terlalu kecut, bilang saja, nanti saya tambahkan gula aren cair," suruh ibu tersebut saat menyerahkan sepiring rujak mangga kepada Titha.
"Iya... Bu." Titha menerimanya dengan perasaan suka cita. "Hmmm... tidak terlalu kecut, Bu. Bumbunya pas," beritahu Titha setelah mencicipi sedikit kuah rujaknya.
"Syukurlah, jika begitu saya akan membuatkan nasi goreng pesanan mbak dulu," pamit ibu tersebut.
Titha dengan semangat menyantap rujak pesanannya, dia tidak memedulikan lagi sakit asam lambungnya yang bisa saja kambuh karena kecutnya mangga tersebut. Tak lama berselang, nasi goreng pesanannya juga sudah siap. Titha tidak membiarkan nasi goreng itu terlalu lama menganggur, dengan tak kalah lahap dia menghabiskan nasi goreng tersebut tanpa sisa.
"Biasanya di sini ramai, Bu?" tanya Titha saat pemilik warung ikut duduk tak jauh darinya, setelah memindahkan piring makannya.
"Jika siang seperti sekarang... sepi, mbak. Nanti sekitar jam empat sore, baru banyak pengunjung yang datang, meski tidak seramai pantai Sanur, atau Kuta, mbak." Pemilik warung menjawab sambil memerhatikan Titha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love For My Baby Girl
RomanceCERITA INI EKSKLUSIF DI DREAME/INNOVEL ----------------------------------------- Berawal dari kesalahan besar yang terjadi pada sepasang sahabat, sehingga membuat tumbuhnya benih pada rahim sang perempuan. Untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya...