Part 1

8.7K 1K 30
                                        

Happy reading

---------------------------------------------

Dua bulan lalu.....

Dengan susah payah Titha memapah tubuh proporsional Dave yang sudah hampir tak berdaya menuju parkiran mobil. Dave sesekali terhuyung, dan meracau tidak jelas. "Dave... aku antarkan ke rumahmu yang mana sekarang?" Titha bertanya setelah dia, dan Dave duduk pada masing-masing kursi di dalam mobilnya.

"Bawa saja aku ke manapun kamu suka," balas Dave dengan tidak nyambung pada pertanyaan Titha.

Titha sudah memasangkan seatbelt pada tubuh Dave yang bergerak gelisah. Dia melirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya yang berwarna kuning langsat, dan ternyata sudah jam setengah satu malam. Sambil berpikir Titha sesekali menoleh ke arah Dave yang kini sudah bersandar pada tempat duduknya. Dia bingung harus mengantarkan ke mana sahabatnya ini, jika ke rumah yang berada di kawasan perumahan elite Teras Ayung, dia tidak enak hati. Penjagaan di sana cukup ketat, apalagi ini sudah tengah malam. Jika ke rumahnya yang di wilayah Batubulan, dia sendiri lupa jalannya. Tanpa banyak berpikir lagi Titha langsung menyalakan mesin mobil Dave, dan mulai menjalankannya. Dia akan membawa Dave ke rumah kontrakannya mengingat hampir semua tetangga yang mengontrak di lingkungannya pada pulang kampung. Selain itu juga karena kontrakannya berada tidak jauh dari tempatnya kini menjemput Dave.

"Dave... Dave... jika sudah merasa cukup banyak minum, seharusnya kamu pulang. Bukan malah bertahan di sana, jika begini aku juga yang repot," gerutu Titha karena waktu tidurnya tersita.

Ketika tadi Titha baru saja memasuki alam mimpi, seseorang menghubunginya berulang-ulang. Dengan perasaan kesal bercampur jengkel Titha menggeser layar ponselnya untuk menjawab panggilan dari nama yang tertera pada layar, yaitu Dave. Saat ingin memaki sahabatnya itu karena telah mengganggu waktu istirahatnya, dia mengernyit ketika bukan suara Dave yang dia dengar, dan pemilik suara itu mengaku ternyata seorang bartender, dan menyuruhnya agar segera menjemput Dave yang sudah kebanyakan menenggak minuman beralkohol.

Titha bergegas mengganti pakaian tidurnya setelah mendapat pemberitahuan itu. Dia tidak ingin jika sahabatnya itu membuat ulah di tempat yang di kunjunginya. Apalagi bartender itu mengatakan jika Dave sudah banyak minum.

Untungnya tempat yang di kunjungi oleh Dave tidak terletak jauh dari tempat tinggal Titha, sehingga membuat Titha cepat sampai. Titha datang dengan mengendarai sepeda motor bebeknya, dan dengan terpaksa dia merelakan menitipkan kendaraan kesayangannya di club tempat Dave kini.

***

Titha membawa Dave memasuki rumah kontrakannya yang sederhana. Untung saja halaman tempat kontrakannya luas sehingga tidak menyulitkannya menaruh, dan memarkirkan mobil Dave. Keringat Titha mengucur akibat membawa beban tubuh Dave yang cukup berat, apalagi dengan kondisinya seperti sekarang sehingga menjadi bertambah berat.

Titha membaringkan Dave pada ranjangnya yang tidak terlalu besar, namun cukup untuk menampung dua tubuh orang dewasa. Dave terus saja meracau saat Titha membantu melepaskan sepatunya. "Ya Tuhan... orang ini menyusahkan sekali," kesalnya.

"Tha... nyalakan AC-nya, di sini gerah sekali. Aku tidak tahan," suruh Dave dengan mata setengah terbuka, sedangkan Titha mendelik mendengarnya.

"Di kamarku tidak ada AC, Dave. Sebentar aku nyalakan kipas angin, dan hanya itu yang ada." Titha langsung meraih remote, dan menekan tombol on agar kipas angin yang terpasang di dinding menyala.

"Tha... singkirkan bajuku ini! Ini sangat mengganggu." Tangan Dave dengan kasar ingin merenggut kancing pada kemejanya.

"Ishhh... pelan-pelan, Dave." Titha menampik tangan Dave yang kembali ingin membuka kancing kemejanya. Dia membantu membukanya sehingga kini Dave hanya memakai singlet abunya. "Tidurlah... Dave! Aku capek, jadi jangan berisik!" Titha berjalan menuju satu-satunya sofa berukuran sedang yang ada di kamarnya. Dia akan tidur di sana meski saat bangun nanti tubuhnya akan pegal karena sofa itu tidak cukup menampung tubuhnya.

Love For My Baby GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang