Soukoku-Rivalry

2.2K 225 26
                                    

Ada dua hal yang paling Chuuya sukai dari dunia ini.

Wine dan sensasi saat adrenalin membanjiri seluruh tubuhnya di tengah pertarungan yang menjadi penyebab jantungnya berdegup begitu kencang dalam dada sementara suara serta kilatan senapan memenuhi seluruh inderanya. Dalam sudut memori sang mafia; masih terekam sosok anak yang meringkuk dan menolak fakta bahwa dua tangannya kini berlumuran darah—Ia akan terus menorehkan darah di sepanjang jalan kehidupannya setelah ini, merenggut nyawa seseorang akan menjadi sesuatu yang biasa ia lakukan setiap harinya.

Sang mafia kurang lebih sadar pada setiap perubahan dalam dirinya dan semua diawali saat tangannya berhenti gemetar ketika menemukan senapan dalam genggaman dan saat ia berhenti berbelas kasih pada orang-orang yang ia temui di ruang interogasi.

Chuuya mulai tak mengenali anak laki-laki yang menatap balik padanya dari seberang cermin juga merasa asing pada jari-jari panjang nan pucat yang selalu ia bungkus dalam sarung tangan hitamnya.

Seolah dirinya menjadi jiwa yang tidak berada pada tubuh yang asli.

Chuuya juga menemukan sebuah suara yang terkadang berbisik pada telinganya, mengucapkan untaian kalimat yang terkadang ia ikut gumamkan saat mengadahkan kepala untuk menatap langit sewarna kobalt yang menjadi atap dari Yokohama di malam hari.

Sebelum mengulurkan tangan pada gulungan daun tembakau dan alkohol, Chuuya menyibukkan diri berlatih atau tidak sengaja membuat rekan kerjanya babak belur karena lupa menahan diri, terkadang ia menenggelamkan diri pada misi dan laporan demi laporan yang harus ia tulis.

Chuuya mulai sering menemukan Kouyou merangkulnya dari belakang, meninggalkan satu cangkir teh yang masih mengepulkan asap putih di meja kerja serta senyum masam yang selalu wanita itu tunjukkan saat mereka berpapasan di lobby markas utama.

Dazai masih seperti biasanya, melangkah di koridor utama dengan perban nyaris melapisi setiap ujung kulitnya dan berjalan terseok-seok dengan bantuan kruk sementara tangannya yang lain memegang sebuah buku. Iris berwarna gelap itu terpaku pada untaian kata yang tertera dalam setiap lembar halaman yang ada di depannya sementara seorang pria berpakaian rapi berjalan cepat di sebelahnya sembari mengatakan sesuatu yang nampak serius. Entah Dazai mendengarkan atau tidak, bagi Chuuya, anak itu nampak terlalu fokus pada bukunya dibandingkan pekerjaan yang harus ia hadapi nanti.

Dazai juga kadang melamun sambil menatap langit malam Yokohama di tepi pelabuhan sambil memainkan ujung perban di bagian tangannya yang terbuka sedikit, ada sedikit dorongan untuk Chuuya mengulurkan tangan dan menepuk pundak sang eksekutif, memecahkan lamunan atau apapun yang mengisi kepala anak itu, namun tanpa bergerak dari tempatnya mematung, Chuuya membiarkan sepasang iris sebiru lautan miliknya terkunci dan berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya anak bernama Dazai Osamu itu cari di ujung cakrawala di depannya.

Sepanjang pengetahuannya, Dazai sudah menjadi seorang eksekutif di usia yang terbilang belia. Eksekutif termuda sepanjang sejarah yang juga menjadi satu-satunya saksi hidup bagaimana bos lama Port Mafia juga memang manusia biasa yang bisa dikalahkan oleh penyakit yang menggerogoti tubuhnya. Dazai menjadi satu-satunya orang yang selalu bersama dengan kepala organisasi ini dan juga menyaksikan momen bagaimana Mori Ougai menduduki singgasananya sekarang sesuai titah dari bos lama.

Mata itu sudah melihat dan menyaksikan lebih banyak hal dibanding dengan Chuuya.

Akan tetapi mulut itu menutup rapat cerita yang bisa ia bagikan pada orang banyak.

Bohong kalau Chuuya tidak menyimpan dendam pada apa yang Dazai lakukan beberapa hari setelah misi pertamanya, bagaimana sang eksekutif mencapnya sebagai produk gagal dan berusaha mengusirnya dari satu-satunya tempat yang mau menerima Chuuya dan menjadi rumah untuknya kembali.

双つの黒 ― Double BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang