Dazai Osamu

3.4K 263 63
                                    

When you start secretly preferring a depressed person over a happy one just so you can have a purpose to stay

You realize how wrong the place you're standing in is.

Grey Is... - Dee Juusan

Chuuya tidak pernah menyangka dirinya akan melihat gedung ini dari dekat.

Selama ini, ia hanya pernah melihat bangunan itu dari sisi lain kota―gedung pencakar langit berwarna hitam yang kontras sekali jika dibandingkan dengan gedung-gedung berwarna pucat di daerah sekitarnya dengan tinggi yang hampir menyaingi Landmark Tower dan jika kamu melihatnya dari atas bianglala cosmoclock, ia akan terlihat seperti jantung dan pusat dari kota Yokohama.

Bagian dalam dari bangunan itu tidak kalah dengan penampilan luarnya, arsitektur bergaya futuristik dengan orang-orang berpakaian rapi lalu lalang sambil membawa setumpukkan kertas dalam pelukan. Hanya terdengar dengung orang-orang yang berbicara dengan suara pelan dan sol sepatu yang bergesek dengan lantai marmer putih mengkilap. Ketika wanita berpakaian tradisional Jepang yang mendekap Chuuya―seolah berusaha untuk menyembunyikan keberadaan anak itu―itu melintas, mereka segera menegakkan punggung dan meletakkan tangan di sisi kiri dada mereka dan mendapatkan balasan berupa sebuah senyum tipis sebelum kembali ke kesibukkan masing-masing.

Semenjak membuang memori tentang hari di mana ia lahir ke bumi, Chuuya bahkan tidak tahu berapa usianya hari itu. Lagipula, saat itu yang terkintas di pikirannya hanyalah; bagaimana jika ia kembali dibuang ke lubang busuk di mana para Mafia memungutnya hanya karena dianggap tidak cukup berharga dan menguntungkan mereka?

Dua tangan perlahan mengeratkan genggaman pada topi hitam di depan dada, menjadikan benda hitam bulat itu sebagai pengalih perhatian dari ketakutan yang menggerogoti akal sehatnya. Sebuah tangan meremas bahunya, membuat sepasang permata sewarna langit itu bergerak untuk menemukan seulas senyum di wajah wanita yang setengah memeluk dan menuntunnya melewati lorong-lorong bagaikan labirin dalam gedung itu.


"Oya, Dazai?" Suara lembut Kouyou seketika menghancurkan rantaian kemungkinan terburuk yang otak Chuuya bisa buat, membuat dua manik mata biru langit miliknya terangkat dan menemukan seorang anak laki-laki lain di depan mereka.


Kulit anak itu nyaris sewarna dengan kemeja yang dikenakannya, wajah bulat yang dibingkai oleh surai sewarna kopi, kepalanya dibalut perban hingga ke mata dan telinga kanan sementara mata kirinya tersembunyi di balik poni panjang yang berantakan.

Chuuya menemukan bahwa mata beriris gelap itu menatapnya sebelum beralih pada Kouyou sementara bibir tipis mengulas sebuah senyum lembut.

"Ane-san." Ia membungkukkan tubuhnya sopan sementara Chuuya sibuk memperhatikan kruk, kaki dan tangan yang dibungkus gips raksasa serta perban yang sekilas terlihat melilir leher dan pergelangan tangannya yang lain.

Anak ini terlihat seperti orang yang selamat dari sebuah kecelakaan hebat.


"Ada janji dengan Mori-san, ya? Kalau tidak salah beliau....―" Anak yang dipanggil Dazai tadi menengok ke belakang dan nyaris di detik yang sama seorang pria dengan jubah seputih salju muncul dari ujung lorong bersama seorang anak laki-laki usia empat sampai lima tahunan dengan surai hitam-putih berlari kecil di sampingnya, anak itu nampak memeluk sebuah boneka dengan wajah berkerut menyeramkan di tangan kiri.

Pria tadi menepuk pundak Dazai kemudian menyapa Kouyou dengan suara yang begitu ramah dan sempat membuat Chuuya ikut tersenyum tipis.

Namun saat sepasang mata violet itu 100% mengarah padanya, terlepas dari raut ramah yang ada di wajah itu, Chuuya bisa merasakan sorot penuh perhitungan yang dilepaskan oleh pria yang ada di depannya.



双つの黒 ― Double BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang