3. Feels like no others

0 0 0
                                    

Aku pulang dengan perasaan yang sangat lega. Mempunyai pengalaman dihukum pada awal-awal masuk SMA menjadi pengalaman fenomenal tersendiri dalam hidupku. Karena di SMP, aku termasuk satu dari sedikit siswi yang rajin, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan, pancasila dan undang-undang dasar 1945. Terdengar sangat manis bukan?

Seperti biasa aku menunggu taksi di pinggir jalan bersama beberapa siswi yang ingin segera pulang. Karena aku masih baru, aku tidak mempunyai kegiatan apa-apa selain menerima pelajaran sekolah yang kemudian di selingi oleh pekerjaan rumah (PR) dari para guru.

Oh iya! Aku ingat es krim yang di berikan oleh Dion tadi pada jam istirahat. Dari ketiga es krim yang diberikannya tadi, aku hanya makan salah satunya. Aku tidak sempat jikalau harus menghabiskan ketiga-tiganya walaupun aku bisa, karena jam istirahat sangat pendek dan aku harus menyelesaikan hukumanku tadi.

Benar, sisa es krim ini meleleh. Untung saja buku-bukuku tidak basah karena aku tempatkan es krim di bagian tas yang berbeda dengan buku-bukuku. Akhirnya kuputuskan untuk buang saja es krim ini.

Aku sudah membuka tong sampah dan hendak membuang kresek yabg berisi es krim tadi ketika tiba-tiba seseorang memanggilku.

"Hai Rona," aku terkejut dan menarik kembali kresek es krim yang hendak kubuang.

"Kak Dion, Dionn???", kataku sambil berusaha menyembunyikan kresek es krim di belakangku.

"Sedang apa kamu? Kok kaget gitu aku nyapa kamu? " tanyanya sambil mengintip kresek di belakangku.

"Oh?  Emmm, ini-ini cuma kresek kertas-kertas yang udah enggak kepakek, " kataku berusaha tenang.

"Oh, kalau gitu buang aja, " katanya tenang. Kemudian secepat kilat kubuang kresek itu sebelum Dion menyadarinya.

"Kamu nunggu taksi juga? " tanyaku berbasa-basi.

"Enggak, rumahku di seberang sini. Ngomong-ngomong...  "

Aku menoleh kepadanya dan was-was jika Dion menanyakan tentang es krim padaku.

"Ngomong-ngomong, kamu sedang nunggu taksi??" tanyanya yang membuatku sangat lega.

"Ehhmmm, iya. Aku memang biasanya menunggu taksi untuk pulang, " jawabku menyembunyikan kegugupanku. 

"Oh ya sudah kalau gitu, aku duluan ya, " katanya sambil melenggang pergi. Kukira dia akan menawari untuk mengantarku pulang, tapi ternyata cuma nanya doang. Tunggu!!!  Pikiran mcam apa ini?  Memangnya dia siapa?? 

Aku melihat taksi hijau sedang menuju ke arahku. Aku lega. Tapi ada yang membuatku sebal dan sakit hati ketika melihat dua orang sedang berboncengan di belakang taksi dan terlihat begitu mesra. Lagi-lagi dia yang membuatku patah semangat. Aku mendengus dan memalingkan muka. Lebih baik tidak melihatnya lebih lama. Karena semakin lama aku melihatnya semakin terasa teriris-iris hatiku.

Aku juga heran kepada diriku sendiri. Aku merasa tidak ada cowok lain di dunia ini yang melebihi dia. Sudah 4 tahun dan aku tetap mengaguminya. Padahal dia sama sekali tidak melirikku dan tidak melihatku sebagai cewek. Perhatian kode bagian yang ia tujukan kepadaku hanya sebatas teman akrab SMP. Dan yang paling kejam, dia curhat tentang pacarnya kepadaku. Ironis sekali hidupku.

Kemudian aku langsung masuk taksi dan segera pulang saja.

Sesampai di rumah, aku langsung mengambil gitar dan memainkannya walaupun aku belum ganti baju. 

Aku selalu baper ketika melihat Rio,  orang yang kusukai dari 4 tahun yang lalu. Meskipun aku tahu sendiri bahwa dia memiliki orang lain disampingnya. Memainkan gitar dapat memberiku ketenangan dari kejadian baper yang selalu menimpaku. 

Setelah puas dan tenang hatiku memainkan gitar, akhirnya kuputuskan untuk mandi dan beristirahat siang. Mama akan mengomel sebentar lagi jika mengetahui aku sedang bermain-main sendiri di kamar bukannya bobo siang. Karena sudah kebiasaan, jika siang tidak bobo maka malamnya akan mengantuk dan PR terabaikan. Baru besok paginya tergopoh-gopoh mengerjakan PR. Walaupun ini pekerjaanku, mama akan ikut mengomel karena akhirnya aku berangkat sekolah dengan penampilan awut-awutan dan tidak sarapan. Mama selalu nengkritik anak orang yang tidak rapi. Kalau itu sampai anaknya sendiri, kan berabe jadinya. Malu sama omongaannya sendiri dong mama.

Setelah mandi dan berganti baju akhirnya aku mencoba melelapkan diri di kasur.

Tapi setelah detik menit sampai jam berlalu, aku hanya bisa menutup mata saja tanpa terlelap. Entah karena capek setelah dihukum tadi atau karena hal yang lain siang ini aku tidak dapat tidur. Tetapi kalau emang kecapekan, aku seharusnya lebih mudah untuk terlelap. Aku sampai merasakan pusing karena memaksakan mata untuk tetap terpejam. Tetapi terus menerus gagal.

Akhirnya aku menyerah. 2 jam kurang lagi mama akan ke kamar untuk membangunkanku. Dan mungkin beberapa menit kemudian mama akan masuk tiba-tiba dan mengecekku. Walaupun aku tidak bisa tertidur, sebaiknya jangan memainkan apa-apa karena takut ketahuan mama. Mama ke kamarku main masuk-masuk aja. Mama masih menganggapku anak kecil padahal aku sudah merasa besar.

Dion?

Dion ya? Hhhh

Sepertinya akal pikiranku mengarah kesana dari tadi. Yang menyebabkanku susah bobo siang. Tapi kenapa tiba-tiba aku memikirkan dia? Jangan-jangan.... Enggak-enggak. Aku aja masih cemburu kok ngelihat Rio dan gebetannya. Masak sih aku jatuh cinta pada pertemuan pertama? Ihh kok lebay banget kata-kataku??? Ah gak mungkin. Ini semua adalah sebuah kemustahilan. Aku gak percaya ada cinta pada pandangan pertama. Yak, betul itu.

Tapi kenapa aku penasaran banget ya sama dia? Kok kelihatannya misterius banget orangnya. Ganteng sih. Lumayan.

Enggak, Dion itu nggak lumayan. Sama Rio aja, jauhh mah. Dia ganteng bingittsss. Aduhhh, sebaiknya aku jangan terlalu berharap deh. Lagian Dion itu kakak kelas. Gak berani ah diriku PDKT sama kakak kelas.

Tunggu ! Kok aku udah mikirin sampek PDKT segala sihh. Ahhhh yang bener aja. Kok sekarang aku ngerasa kalo mengagumi Rio adalah suatu kenikmatan dari pada kalau aku akhirnya jadi pindah mengagumi Dion? Kayaknya aku akan lebih merasa sakit hati deh. Karena untuk mendekatinya aja gak mungkin. Yang bener aja. Kemarin mungkin rejekiku bisa telat bareng dia. Aduhh aku jadi mikir yang enggak-enggak.

Ceklik

Ini dia saat dimana mama mengecek bobo siangku. Aku berpura-pura menutup mata dan sedikit membuka mulutku agar mama percaya aku sudah tertidur dari tadi. Posisiku bahkan sudah kuatur semrawutan agar bisa lebih meyakinkan mama.

Beberapa detik kemudian akhirnya mama menutup pintu kamarku dan pergi. Uhhh, aku bernafas lega dan kini aku mulai menggambil hpku dan bermain-main sebentar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just Because a NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang