2. Ice Cream Yummmy

8 0 0
                                    

Alarm pagi selalu ku setel jam 04.10. Aku memang bangun pada jam itu, tetapi kumatikan alarmnya dan ku setel lagi jam 05.00. Dan pada jam inilah aku bangun yang sesungguhnya. 

Aku menggeliat-geliat sebelum akhirnya memutuskan ke kamar mandi untuk mencuci badanku. Aku mendengar pintu kamarku yang didorong terbuka, menandakan mama sedang mengecekku apakah aku sudah bangun atau belum.

"Mama kira belum bangun, " gerutu mama kepada dirinya sendiri. Kemudian disusul suara ceklikan pintu yang ditutup menandakan mama baru saja kembali ke dapur untuk memasak sarapan untukku yang sebentar lagi akan berangkat sekolah, dan untuk ayah yang akan berangkat kerja. Sedangkan mama sendiri sedang libur.

Sebenarnya mama tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hanya terkadang mama membantu pekerjaan di butik tante Alya di kecamatan sebelah. Papa sering ngomel supaya mama di rumah saja untuk mengurus pekerjaan rumah. Tetapi mama berontak, katanya bosan kalau di rumah terus. Akhirnya papa bilang sama mama, kalau lagi bosen aja boleh kerja. Hahaha, kasian mama. Salah! Sebenarnya enak sekali hidup seperti mama.

Setelah mandi, aku mencari-cari baju seragam hari rabu yang biasanya udah disiapkan dan disetrikakan oleh mama dan digantung di almariku. Maklumlah, lulusan SMP belum mandiri untuk menyetrika baju sendiri. Tetapi, alangkah terkejutnya ketika sudah bermenit-menit mencari dan mengobrak-abrik isi lemari, seragamku belum ketemu juga.

Akhirnya aku keluar kamar dan mencari mama untuk bertanya mengenai seragamku yang tiada. Seperti biasanya, harum masakan mama sudah menggoda hawa nafsu kebelet makan di pagi buta ini. 

"Ma?  Seragam Rona kemana ya? Kok Rona cari-cari nggak ada? " tanyaku pada mama sambil berlari kecil-kecilan menuju ke dapur serta jubah mandi yang masih hinggap sejak selesai mandi tadi.

"Seragam? " tanya mama balik, yang membuat tubuhku merinding was-was karena sebentar lagi mungkin aku akan menerima kabar buruk.

"..." aku hanya diam memandang mama dengan alis terangkat. Ini dia kabar terburuknya...

"Ya ampun Ron, seragam kamu masih di jemuran. Tadi malam hujan lagi. Haduuhh, mama..... Bla bla bla" kata mama sambil berlari menuju jemuran hingga suaranya mengecil tak terdengar.

Aku menyiapkan buku-buku yang akan dibawa sekolah, kemudian mama menyuruhku menggorengkan telur yang mama tinggalkan kemudian menyeterikakan bajuku. Aku berharap semoga waktu membantuku supaya aku tidak terlambat sekolah hari ini.

Tapi tamatlah riwayatku, jam sama sekali tidak mendengar permohonanku. Setelah berganti seragam dan merapikan rambut serta mengoleskan bedak, mama masih sempat-sempatnya menyuruhku sarapan. Padahal waktuku tinggal 15 menit lagi untuk berangkat ke sekolah. Biasanya aku butuh setidaknya 20 menit untuk sampai disekolah.

"Maaf ma,kayaknya gak sempet deh. Rona berangkat sekolah dulu, " kataku sambil berlari dan tergesa-gesa. Papa dan mama hanya menatapku sambil sarapan.

Aku berlari sambil menelepon taksi. Dan menit demi menitku yang berharga sudah semakin berkurang. Aku sudah berada di pinggir jalan untuk menunggu taksi. Kakiku tak mau diam berjalan mondar-mandir sangat tak tenang.  Beberapa kali kulirik kanan dan kiri berharap taksi datang secepat kilat. Aku gak mampu lagi membayangkan hukuman apa yang akan aku terima sebagai siswi yang masih dicap baru ini berani telat.

Sungguh sangat lega merayap dari ujung ke ujung melihat mobil berwarna hijau bertuliskan taksi diatasnya muncul dari arah kanan. Aku segera membuka pintu lalu masuk ke dalam. Tidak basa basi lagi aku langsung meminta bapak taksi untuk mengantarkanku ke sekolah.

"Ke sekolah pak, " pintaku kepada bapak taksi.

Aku berharap waktu yang sekarang tinggal lima menit ini berjalan sangat lambat. Aku sibuk mengirim pesan ke teman-temanku untuk menanyakan apa sekolah sudah masuk atau belum sambil terus melirik jam tangan. Aku ingin sekali mematahkan jarum jam tanganku.

Just Because a NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang