Deandri masih sibuk mengumpulkan air liurnya di bantal yang ia tiduri, seakan tak terdengar lagi suara alarm yang memekakan telinga. Padahal sang Bunda sudah meneriakinya berkali-kali tapi tetap saja Dean seakan tuli, pura-pura tak mendengar.
"DEANDRI! BANGUN KAMU! BUNDA TUH CAPEK TERIAK TERUS." teriak Bunda Deandri yang berdiri di depan pintu kamar, di tangannya sudah ada tas yang ia bawa setiap hari untuk ke butik.
Deandri mengerjapkan matanya, tangannya berusaha mencari ponsel yang ia simpan di bawah bantal penuh air liur. Dapat, matanya langsung membelalak.
Bimanyu.
De, bangun. Kasian Bunda lo. Gua udah di dpn rumah lo. Gc💞Deandri langsung saja mengambil handuk untuk mencuci muka dan menyikat gigi agar tidak bau iler. Setelah semuanya rapih, Dean mengambil liptint untuk ia poleskan ke bibirnya. Rambutnya tetap ia gerai, percuma kalau diikat pun tak akan bisa.
Dean berlari ke arah Bundanya yang sudah siap dengan pakaian casual-nya, dan hanya mengambil satu lembar roti tawar yang sudah tersedia di meja makan.
"Bun, aku berangkat sekarang sama Bima. Assalamualaikum," ucap Deandri mencium punggung tangan sang Bunda. Harum.
"Lain kali jangan bangun siang, biar gak telat." kata Bunda Dean.
"Justru itu yang aku cari Bun, pengalaman dihukum 'kan seru." kekeh Dean yang dibalas cubitan pedas dari Bunda.
🙈🙈🙈
"Dean, manis." gumam Bima namun tak sampai didengar oleh Dean, gimana mau dengar toh Bima ngomongnya ketutupan helm fulface-nya.
"Bima ngomong apa?" tanya Dean agak membungkukkan badannya ke arah depan.
Bima hanya kikuk dibuatnya, "Dean udah sarapan belum?" tanya Bima sedikit keras agar Dean bisa mendengar apa yang ia katakan.
"Tadi cuma makan roti tawar, masih laper Bim,"
"Yaudah, nanti sarapan Bima juga laper."
Tempat parkir sudah sangat penuh oleh puluhan kendaraan roda dua milik siswa di sekolahnya, Bima hanya tersenyum senang melihatnya. Kenapa? Ia justru tak usah menunggu untuk motornya cepat keluar. Karena sekarang ia parkir di paling belakang, itu memudahkannya untuk pulang lebih awal.
Deandri turun dari motor, melepaskan helm yang ia pakai dan menyerahkan pada Bima. Mereka berdua beriringan menuju mesin absen siswa-fingerscan, setelahnya ke empat kaki itu berjalan menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah berbunyi sejak tadi.
"Bim, itu Aditya sama Anna 'kan? Ke sana yuk, bareng sama mereka," ucap Deandri menarik lengan Bima, Bima merasakan jantungnya berdetak cepat. Dan pipinya sedikit memerah.
"Dean." celetuk Anna sambil menyenggol lengan Aditya. Yang disenggol hanya membuang muka tanda tak suka.
Deandri duduk lebih dulu barulah disusul oleh Bima. "Kalian udah selesai sarapan?" tanya Bima ke arah Aditya.
"Belum," kata Anna.
"Udah," ucap Aditya membuat ke tiga orang itu bingung.
Deandri mengambil inisiatif untuk memesan batagor untuk mereka ber-empat, Aditya tidak biasanya diam seperti ini. Padahal jika ia di dekat Deandri pasti mulut tidak akan diam untuk mencaci Deandri, entah itu item sepet, item busuk, atau sejenisnya.
"Tya kamu kenapa kok diem? Perasaan tadi nyerocos kaya ayam belum dikasih makan," ujar Anna bergelayut manja di tangan kekar Aditya. Aditya hanya diam tak bergeming, tak ada yang tahu apa yanh sedang ia pikirkan. Hanya Tuhan yang tahu. "Aku laper makanya diem."
Tapi Dean tak percaya apa yang diucapkan Aditya, ia menatap Aditya seksama. Menyenggol lengan Bima, cowok itu pun menoleh dan berbicara dengan tatapan mata seolah ia bertanya "Apa?" Dean mengarahkan dagunya ke arah sepasang kekasih, tapi tidak bisa disebut kekasih juga karena mereka hanya berteman.
"Ooh gua ngerti, kita ke abang batagor aja. Tinggalin mereka berdua di sini." Dan omongan Bima dihadiahkan senyum manis dari Dean. Aditya yang melihat senyum Dean hanya terpaku sesaat sebelum kedua orang itu pergi. Meninggalkannya dengan Anna.
"Abaang, punya saya sama Dean dibungkus aja ya," perintah Bima pada Abang batagor.
Mereka berjalan sambil mengunyah batagor yang super duper enak, menyusuri koridor hingga sampai di kursi yang ada di depan kelas Deandri. Tapi tanpa mereka ketahui ada seseorang yang mengikuti sedari tadi. Orang itu menghampiri Bima tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
Bima merasakan kupingnya panas dan sakit, saat ia menoleh ada Bu Simamora yang tersenyum mengerikkan.
"Kalian berdua telat 'kan?"
"..."
"Ke lapangan sekarang!" perintah Bu Simamora.
"Bu... panas." ucap Deandri memasang tampang melas, Bima hanya diam dan berdiri menarik tangan Dean menuju lapangan.
"Rambut kamu juga belum dicukur-cukur Bima." Bima hanya memandang horror ke arah Bu Simamora yang sedang memegang gunting.
👩👩👩
Hohoho👻👻👻
Siapa yang kemarin minta up setiap hari NaurahNazh, IskaWati aku turutiin dehh wkwkwk😂Tapi gak janji ya untuk minggu depan, jadwal padat merayap 😭
Salam manis😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau dengan Dia, Aku dengannya
Teen FictionDeandri atau biasa dipanggil Dean sama sahabat-sahabatnya, mempunyai sifat ceria, petakilan, tapi sedikit judes dan ketus-untuk orang yang gak dia suka. Deandri ini anak kedua dari dua bersaudara, tapi sayangnya kakaknya harus berpulang terlebih dah...