Bibirnya sedikit bergetar mengucapkan kata yang sudah ia pendam beberapa bulan yang lalu, kakinya pun sedikit bergetar karena detak jantungnya tak karuan.
Anna tetap menunggu walau sebagian hatinya gelisah, menunggu orang di depannya mulai berbicara.
"Na, mau jadi pacar gua?" Akhirnya Adit berbicara juga, setelah lima belas menit di buang percuma.
"Dit? Gue kira kita beneran sahabatan, tanpa ada unsur rasa cinta. Dit gua anggap lo sebagai abang sekaligus sahabat gua Dit. Hati gua udah ada yang ngisi Dit, maaf ya Dit." Ujar Anna, ia berlalu dengan rasa tak enak pada Adit. Mengeluarkan ponsel dari saku roknya, ia harus menghubungi seseorang saat ini.
"Halo Na?" ucap suara di seberang sana.
"Vian pulang duluan aja, Anna lagi ada keperluan."
"Vian tunggu deh Na."
"Ini sampe sore,"
"Yaudah nanti Vian main ke rumah Anna deh, bye."
Klik
"Bodoh." Anna memukul kepalanya cukup keras.
"Seharusnya lo sadar Na, seharusnya lo peka. Kalo Adit ada rasa sama lo. Dasar bodoh." rutuk Anna di sepanjanh jalan. Setiap di depannya ada batu kerikil, ia pasti menendangnya untuk melampiaskan kekesalannya.
Suara deru motor terdengar dari arah belakang tubuhnya, tetap tak dihiraukan. Ia tetap jalan sambil menunduk.
...
"Seharusnya gua pikirin mateng-mateng sebelum nembak Anna. Ah, lu terlalu bodoh Dit," maki dirinya sendiri.
Aditya terlalu malu untuk sekolah besok, terlalu malu untuk bertemu Anna, terlalu malu untuk menyapa Anna karena kejadian hari ini. Seharusnya ia tak gegabah, andai penyeselan datang di awal. Mungkin dirinya tak berada dalam situasi seperti ini. Dirinya terlalu bodoh dalam perihal cinta, Aditya terlalu menganggap dirinya paling sempurna diantara laki-laki di sekolahnya. Aditya sih type cogan banget menurut beberapa perempuan, tapi kembali lagi ke hati. Hati gak akan tahu sama siapa dia akan jatuh.
Aditya menyalakan mesin motornya, menyusul Anna yang mungkin masih berada di sekitar jalan dekat sekolah. Batinnya masih tidak enak telah menyatakan yang tak seharusnya, mungkin berteman lebih baik. Walau harus mengorbankan perasaan bodohnya.
Tint tint tint
Anna menoleh, dia tahu itu Adit. Ia tersenyum kaku, lalu bertanya pada Adit. "Ada apa Dit?"
"Bareng sama gua aja Na, gua sekalian mau jemput Ummi," ajak Adit yang dijawab anggukan oleh Anna.
Selalu begini, situasinya jadi tidak nyaman bagi keduanya. Lagi-lagi penyesalan yang ada dalam benaknya, suasana awkward tidak seharusnya terjadi.
"Dit, bisa turunin aku di toko buku yang biasa?" ucap Anna sedikit keras.
"Oke."
Anna segera turun, lalu mengucapkan terima kasih pada Adit. Tapi Adit menarik tas Anna, sehingga Anna hampir terjatuh. Ia berbalik ke arah Adit dengan pelototan garang.
"Maaf Na maaf, gua cuma mau ngomong lima menit. Maaf kalo gua terkesan aneh di mata lu sekarang, maaf kalo udah buat lu kaget dengan gua yang ngomong kaya gitu. Mungkin lebih baik kita temenan aja. Tapi untuk sekarang gua gak bisa kaya dulu lagi, lebih baik saling berjauhan ya Na. Gua takut hati gua tambah sakit, karna lu gak bisa bales perasaan gua." Sebelum Anna menjawab pernyataan Adit. Adit telah melaju kencang meninggalkannya dengan rasa sesak.
Anna memenyentuh jantungnya, "Sesak ya? Tapi juga lega."
"Aku gak bisa gini terus, aku harus tegas. Aku bakal nentuin pilihan, tapi ini bener-bener keputusan yang susah banget. Aku cinta sama Vian tapi gak mau kehilangan Adit sebagai sahabat,"
Langit sudah semakin gelap, tapi Anna masih terdiam di tempat yang sama. Ia masih memikirkan ucapan Adit, memikirkan Vian. Ia harus melakukan apa? Cerita ke Vian pun malah akan menambah masalah.
Ide cemerlang muncul, saat situasi hatinya tidak menentu. Ia mengetik pesan untuk Dean, memintanya untuk menemui di toko buku.
Anna.G
De? Bisa ketemu di toko buku deket rumah lo?
Tak lama kemudian chat-nya dibalas oleh Dean.
Deandri.
Ok.
...
Saya cuma bisa senyum karena telat update, gpp kan ya?
Semoga makin banyak yang baca karya saya jni 😊
Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kau dengan Dia, Aku dengannya
Teen FictionDeandri atau biasa dipanggil Dean sama sahabat-sahabatnya, mempunyai sifat ceria, petakilan, tapi sedikit judes dan ketus-untuk orang yang gak dia suka. Deandri ini anak kedua dari dua bersaudara, tapi sayangnya kakaknya harus berpulang terlebih dah...