Taman Kanak Kanak 2

63 7 4
                                    

Saeron POV

Aku berjalan menuju ruang kelasku. Mulutku tak berhenti menyanyikan sebuah lagu kesukaanku di kartun yang suka ku tonton. Pororo. Kartun itulah yang membuatku jatuh cinta pada tv di rumahku hehehe.

Aku pun telah sampai di kelasku. Disana sudah ada jungkook yang sedang membaca buku komik. Entah itu komik apa,tapi menurutku itu adalah komik jepang. Terlihat dari cover bukunya,komik itu terbuat dari negara tetangga jepang.

Aku pun langsung duduk dan menghampiri jungkook.

"Bunny kook, apa yang sedang kau baca?"

"Eoh? Panggilan apa itu?" ucapnya sambil kepalanya menengadah untuk menghadapku.

"Oh ternyata kau,pantas saja ada aura tidak enak disini"

"Yak!!! Apa kau bilang? Jadi kehadiranku itu mengganggumu?"

"Aku tidak bilang ya? Tapi jika kau sadar baguslah"

"Yak!! Pergi sekarang juga ini adalah tempatku,aku tidak mau duduk denganmu"

"Aku sudah nyaman berada disini. Jika kau ingin pindah,silahkan aku tidak melarang. Bahkan aku akan sangat senang"

"Aku yang menemukan tempat duduk ini duluan sebelum kau. Lalu dengan tiba tiba kau memohon untuk duduk disini juga"

"Aku tidak memohon. Aku hanya bilang kalau aku boleh duduk disini atau tidak. Dan kau mengizinkan. Itu artinya ini adalah tempatku juga"

"Tapi kau dengan seenaknya menguasai tempat ini"

"Terserah apa kau,sudah sudah aku ingin baca. Semenjak kau datang,aku jadi tidak fokus." ucapnya dan melanjutkan aktifitasnya yang tadi.

"Aish kau itu" ucapku menggeretu.

.
.
.
.
.
.

Jungkook POV

"Saeron-ah" ucapku memanggil saeron yang sedang duduk di bangku taman sekolah.

"Ne? Waeyo?" tanyanya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini?"

"Aku sedang menunggu jemputan"

Aku pun mengecek jam tanganku.

"Sudah lama sekali sejak kita keluar kelas tadi pukul 11. Dan sekarang pukul setengah 12. Memangnya siapa yang akan menjemputmu?"

"Appaku. Ia sudah berjanji hari ini untuk menjemputku"

"Kau yakin,appamu akan menjemputmu?"

"Aku yakin itu. Appaku bukan tipe orang yang mengingkari ucapannya"

"Baiklah,tapi jika kau mau kau boleh pulang bersamaku"

"Ani,aku akan tetap menunggu disini. Oh ya kenapa kau masih ada disini?"

"Aku sedang ada urusan tadi dengan kim ssaem"

"Oh begitu ya"

"Baiklah aku akan menunggu bersamamu disini"

"Ah-ani. Tidak perlu jungkook-ah. Aku bisa menunggunya sendiri. Kau pulang duluan saja,nanti jika kau disini appa dan eomma mu pasti mengkhawatirkanmu"

"Tenang saja,eomma kita kan saling kenal. Jadi,jika aku pulang terlambat aku bisa mencari alasan yang berhubungan denganmu"

"Aish,jadi kau menjadikanku alasan agar tidak dimarahi eommamu? Lalu bagaimana dengan supirmu jungkook-ah"

"Bukan begitu saeron. Aku hanya ingin terus bersamamu lebih lama"

"Aish,kau itu masih anak Tk. Kenapa kata katamu seperti orang yang sudah kuliah"

"Tidak bagiku hanyalah dirimu saja yang seperti anak Tk karena kau adalah yeoja yang lemah"

"Sejak kapan aku menjadi yeoja lemah? Bahkan aku bisa bermain bola yang seharusnya tidak bisa dimainkan seorang yeoja bukan seperti kau yang suka boneka yang seharusnya disukai yeoja"

"Saeron-ah tidak semua anak yang bisa bermain bola itu adalah anak yang kuat. Kita tak pernah tau,meskipun fisik seorang anak itu kuat tapi jika hatinya lemah kita tidak ada yang akan tau. Saeron,aku tau jika kau menganggap dirimu kuat karena dirimu bisa menyamai kekuatan seorang namja. Tapi,hati yeoja itu lebih rapuh dari seorang namja. Aku tau itu. Dan seorang namja tidak melakukan kesalahan bukan jika ia menyukai boneka? Kita tidak pernah tau,jika sebuah boneka itu memiliki arti yang dalam bagi seorang namja"

Saeron terdiam setelah mendengar ucapanku. Tatapannya menengadah menghadap langit. Ia berusaha untuk mencerna perkataanku. Sampai manik coklatnya beradu dengan manik mataku.

Saeron POV

Aku berusaha mencerna apa yang barusan dia ucapkan. Tatapanku menengadah ke langit berusaha untuk mendapatkan jawaban dari apa yang dia ucapkan.

Tiba tiba manik mataku mencoba untuk menatap manik matanya. Tersirat keseriusan di dalam manik mata itu. Aku berusaha mencari jawaban lewat manik matanya.

Tiba tiba pandangan kami tearah ke mobil mercedes hitam yang kini telah ada di depan gerbang sekolah.

"Ah itu dia appaku sudah datang. Gamsahamnida jungkook-ah" ucapku menundukkan badanku sambil berlari meninggalkan jungkook.

"Ne,sampai jumpa" balasnya

.
.
.
.
.
.
.

Saat itulah aku merasakan adanya kehangatan saat berada bersamamu. Andaikan ini bisa berlangsung lama, aku akan mencoba untuk mempertahankan ini semua -Saeron









TBC


My Bunny KookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang