Pertama

95 7 7
                                    

Namanya Sarah, Sarah Adinata. Tapi kalian bisa memanggilnya Sarah. Dia bukanlah bad girl, tepatnya berbanding terbalik dengan bad girl. Dia memang terkenal di sekolah, atas prestasinya. Dia adalah murid prioritas para guru di sekolahnya. Siapa yang tak kenal dia, dia adalah murid kebanggaan sekolah. Dia siswi yang sudah membawa nama baik sekolah, menjadikan sekolahnya banyak di kenal oleh khalayak ramai.

Dia siswi yang telah mengikuti berbagai macam lomba akademis, maka tak asing lagi di telinga jika nama Sarah disebut sebagai murid teladan. Dia juara satu lomba olympiade matematika tingkat provinsi, juara satu lomba sains se-ibukota, juara satu lomba kimia tingkat provinsi, juara dua lomba fisika se-ibukota, dan masih banyak lagi lomba yang ia ikuti, dan hampir seluruhnya dia pulang dengan membawa nama baik sekolah.

Prestasinya sudah tidak diragukan lagi, dia adalah murid multi talenta. Bukan hanya ajang sains saja yang ia ikuti, ia juga telah mengikuti banyak lomba di bidang lain. Seperti, dalam bidang sastra dan agama. Terkecuali bahasa inggris, dia merasa paling bodoh di bidang itu. Entah mengapa otaknya sulit sekali menyerap rentetan kata yang di sulam menjadi bahasa asing itu.

Meski begitu, gadis ini bukanlah gadis yang sombong atas semua prestasi yang diraih nya. Dia tetaplah gadis yang rendah hati dan tetap dikagumi oleh teman-temannya.

Sarah Adinata, kini usianya telah menginjak 15 tahun. Masih penghuni kelas tiga sekolah menengah pertama. Dan bulan ini, adalah bulan dimana para siswa-siswi SMP Tunas Bangsa akan menghadapi ujian semester pertama.

Jelas saja semua murid harus mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah terbesar bagi para anak sekolah. Sekalipun Sarah adalah siswi berprestasi di bidang akademik, namun tetap saja setiap murid pasti memiliki pelajaran yang menjadi titik kelemahannya. Bahasa Inggris, Sarah selalu takut dan merasa otaknya itu hampir pecah jika sudah berhadapan dengan pelajaran itu.

Jelas saja murid seperti sarah tak akan tenang saat mengerjakan soal-soal ujian dihadapannya. Pasti akan ada banyak kicauan yang mengarah kepadanya, bagaikan sebuah kaset yang terputar begitu saja tanpa ada yang menginginkannya.

Untunglah Sarah sudah terbiasa dengan semua itu, ia tidak perlu gelisah dengan semua yang akan terjadi. Jadi, untuk murid seperti Sarah mungkin dia akan sedikit berbeda. Dia lebih suka pengawas ujian yang selalu berada di dalam ruangan, mengawasi seisi ruangan dengan teliti. Karena itu semakin membuat Sarah tenang dan lebih bisa berkonsentrasi. Saat ujian semua hal yang tidak disukai oleh para murid pada umumnya adalah hal yang paling dinanti oleh Sarah. Berbanding terbalik.

《《》》

Bel masuk telah berbunyi beberapa detik yang lalu, namun bu Tari sebagai wali kelas sekaligus guru bahasa Indonesia kelas Sarah belum juga datang. Alhasil, sampai saat ini suasana kelas pun masih lumayan ramai.

"Aduh, gimana nih besok ujian semester satu lagi, mana gue belum siap! Mampus deh!" Keluh Naya sambil menepuk jidatnya.

Naya, Sarah, dan Reta sedang berkumpul bertiga di bangku depan. Tempat duduk Sarah dan Naya, juga Reta bergiliran. Bingung?, sebenarnya Naya dan Reta ingin sekali duduk di sebelah Sarah. Namun karena kemungkinan duduk bertiga itu tidak ada, alhasil mereka berdua membuat kesepakatan untuk mengambil giliran duduk disebelah Sarah seminggu sekali. Dan minggu ini adalah jatah Naya, sementara Reta duduk di belakang mereka berdua. Sendirian.

"Aduh, dosa apa ya gue punya temen yang begonya kebangetan kaya lo, cik cik cik." Ujar Reta seraya berdecik. "Kita kan punya Sarah, jadi kenapa harus bingung?" Tambahnya dengan mengendikkan bahu.

"Eh, iya ya. Ko gue lupa ya punya temen yang pinternya kelewatan. Ko gue bisa lupa ama otak cadangan gue ya? Hehe." Ucap Naya berlaga bodoh.

"Woy! Bangun! Yang ada tuh otak lu yang dijadiin otak cadangan buat lu sendiri dan otaknya si Sarah yang jadi otak intinya, pinter." Reta menoyor jidat Naya seenak hati.

MarshmelloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang