Suara gemericik air telah terdengar saat masih pagi buta seperti ini. Derai keringat telah membasahi baju yang kusam di pagi buta. Sarah, bukanlah anak orang kaya, bukanlah anak orang yang berkecukupan. Bahkan, Sarah termasuk kategori orang yang serba kekurangan dalam masalah ekonomi. Ayahnya hanyalah seorang supir angkutan kota yang berpenghasilan tak menentu, bahkan saat kerja membuang tenaga, sewaktu kembali tak mendapatkan apa-apa. Ibu Sarah hanya seorang buru cuci, yang mengambil cucian kotor dari tetangga-tetangga dekat dan mencucinya dengan cara alami, menggunakan kedua tangannya sebagai alat utama. Setiap hari ibu Sarah melakukan itu, tubuhnya tak luput akan basah dari keringat ataupun dari air cuciannya. Melihat seberapa keras kedua orang tuanya berjuang Sarah sebagai anak tertua tidak tinggal diam. Dia juga ikut membantu ibunya mencuci baju. Setelah melaksanakan sholat subuh, saat matahari belum terbit ia sudah langsung mencuci satu per satu bak yang berisikan baju-baju kotor dari banyak orang itu. Dia selalu mengerjakannya setiap hari, maka tak heran jika hal itu sudah menjadi sebuah kewajiban baginya.
Jika dia telah selesai mencuci, barulah ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia menggunakan waktu malamnya untuk belajar, sedangkan waktu siang dan pagi nya ia gunakan untuk bekerja. Cukup berat memang, namun apa daya, takdir yang telah menuntutnya untuk seperti ini. Meskipun begitu, tuhan selalu menyayanginya. Sarah di anugerahkan kepandaian yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lain, yang di buktikan oleh seluruh prestasi yang diraihnya. Setidaknya hal itu dapat membanggakan kedua orang tua Sarah dan dapat mengukirkan senyuman di wajah kusam mereka.
Hari ini hari minggu, hari dimana biasanya Sarah mengerjakan pekerjaannya lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Namun, kali ini Sarah harus dapat membagi waktu juga untuk persiapan ulangan semester satu besok, senin.
Sarah telah menyelesaikan sholat subuhnya. Suara gemricik air sudah ia dengar dari beberapa menit yang lalu. Sudah tak kuasa mendengar lantunan gesekan baju-baju itu, Sarah akhirnya bergegas menuju bagian belakang rumah. Di tempat itu, Sarah dan ibunya biasa mengerjakan tugas wajib mereka.
"Ibu, yang ini Sarah cuci ya?" Tanyanya sambil mengangkat sebuah bak berisikan baju-baju kotor itu.
"Oh, iya Sar," ucap Maryam, ibu Sarah. "Sar, kamu ulangannya kapan?" Tambahnya dengan pandangan tetap fokus pada baju- baju yang ia pegang.
"Besok bu, senin." Balas Sarah singkat.
"Oh, besok. Yaudah kamu hari ini cuci empat bak aja, ntar yang lainnya ibu yang kerjain. Kamu belajar aja Sar, biar bisa mendalami dan mengingat lagi pelajaran yang udah di ajarin." Ujar ibu Sarah perhatian.
"Engga usah bu, enggapapa nanti Sarah cuci enam bak aja. Biar dikurangi dua bak aja, kalo empat bak, nanti ibu kebanyakan cuciannya." Timpal Sarah.
"Sarah, udah engga usah. Kamu itu harus fokus belajar, enggapapa nanti ibu yang selesain." Tolak Maryam.
"Ibu.." lirih Sarah, kali ini dia menghentikan aktivitasnya.
"Sarah, ibu mau kamu dapat nilai bagus. Ibu engga mau kamu lalai sama sekolah kamu. Jadi, kamu nurut ya sama ibu."
Permintaan Maryam benar-benar tidak pernah bisa Sarah tolak. Mau bagaimana pun, itu adalah permintaan seorang ibu, walaupun Sarah tidak menyetujuinya tapi Sarah yakin apapun yang dikatakan ibunya adalah yang terbaik untuknya.
"Iya bu, terserah ibu aja." Balas Sarah final.
《《》》
Pukul tujuh malam, Sarah menghempaskan tubuhnya di atas ranjang miliknya setelah ia menyelesaikan sholat dan mandinya. Sarah menghembuskan nafas kasar, mengingat betapa banyak pekerjaan yang ia lakukan tadi pagi sampai sore hari. Mulai dari mencuci, menjemur, hingga mengantarkan semua cucian hanya dengan bermodalkan sebuah sepeda keranjang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marshmello
Teen FictionDi sini, kuceritakan pada kalian kisah tentang... Ramello Nichole. Sang lelaki tampan dan berderajat tinggi, sang lelaki pemandu sorak yang berusaha untuk masuk kedalam kehidupan perempuan dingin dan lugu. Lelaki yang sangat periang, berbanding terb...