Pukul 04:52 pagi...
Pagi-pagi buta seperti ini Sarah sekarang sudah berkutik dengan setumpuk bak besar berisikan baju-baju kotor milik para manusia ber-uang. Baju yang ia kenakan pun kini mulai basah terkena cipratan air cuciannya. Tangannya sudah mulai lelah karena dia telah mencuci sejam lamanya namun belum juga selesai. Tapi Sarah tetap merasa bahagia, karena dia melakukannya dengan senang hati. Dia memang sudah berniat dari semalam untuk bangun lebih awal agar dapat membantu ibunya sebelum pergi ke sekolah.
Karena apapun pekerjaannya, seberat apapun yang dilakukan jika kita melaksanakannya dengan senang hati apalagi telah diniati pasti akan tetap merasa bahagia dalam hati, terlebih lagi itu untuk membanggakan ibu sendiri.
"Sarah?!"
Sarah tersenyum, dia dapat menduga siapa yang memanggilnya. Siapa lagi, kalau bukan ibu.
"Ya Allah nak, kamu ngapain?" Pekik ibu lagi sambil mencepol asal rambutnya.
"Ah ibu, ngagetin Sarah aja. Ini bu Sarah lagi nyuci baju di bak ini." Jawab Sarah sambil terus melanjutkan aktivitasnya.
"Sarah, nggak usah nak. Kamu itu kalo bangun lebih awal seharusnya digunain buat belajar, bukan malah cuci baju ini, kamu kan masih ujian." Tutur ibu lembut.
"Nggakpapa bu, lagian juga ini hari terakhir Sarah ujian, Sarah juga udah belajar kok tadi malem." Balas Sarah dengan senyuman manisnya.
"Tapi kan tetap aja Sar kamu itu harus belajar, apalagi ini kesempatan terakhir kamu nak." Ibu tetap kokoh pada ucapannya.
Sarah bangkit berdiri, memposisikan diri di depan ibunya.
"Ibu, Sarah udah ada niat kok buat bantuin ibu pagi ini, Sarah kan mau bantu ibu, mau jadi anak yang berguna buat orang tua, masa ibu ngelarang Sarah? Kalo begitu, berarti ibu sama aja menghalangi jalan Sarah buat masuk surga." Ucap Sarah dengan sangat lembut kepada Ibu, suara yang begitu nyaman terdengar di telinga.
Ibu menghela nafas pelan, Sarah memang selalu bisa membuat ibu mengalah. "Yaudah terserah kamu aja. Nanti kalo udah selesai nyuci, kamu langsung siap-siap buat sekolah ya?"
Sarah mengangguk sambil tersenyum, senyuman tipis yang panjang.
Sarah melanjutkan kembali pekerjaannya yang telah tertunda tadi. Tangan yang sempat lelah tadi, kini sudah mulai merasa kuat lagi.
Satu jam beralalu, akhirnya Sarah telah menyelesaikan pekerjaannya. Melihat angka yang di tunjukkan jarum pendek oleh jam dindingnya, dengan cepat Sarah bersiap untuk mandi.
"Sarah, udah siap belum? Ayo cepet sarapan." Seru ibu dari arah dapur.
"Iya bu." Jawab Sarah singkat.
"KAKAK! Cepetan ah, aku udah laper." Keluhan itu milik Gina----adik Sarah.
"Iya dek, sabar. Kaka udah kok." Balas Sarah sambil berjalan mendekati adik tersayangnya.
"Nah.. ini dia nasi goreng spesialnya udah jadi." Ibu datang dengan 4 piring nasi di kedua tangannya.
"Wahh.. asik!!" Gina berseru senang.
Dan suasana pagi itu, begitu indah untuk dinikmati. Suasana sarapan keluarga yang sederhana.
《《》》
Sarah berjalan di sepanjang koridor menuju kelas nya dengan senyuman yang mengembang. Pikirannya pagi ini masih terisi penuh dengan hangat nya suasana sarapan tadi.
Semua sapaan yang terlempar kepada nya dia balas dengan bersemangat dan tak lupa senyum tipis yang panjang menyertainya. Sarah sendiri sampai lupa bahwa hari ini adalah hari dimana ia akan menghadapi ulangan bahasa inggris, mata pelajaran yang paling dijauhinya. Akhirnya sampai di tempat dimana dia akan melaksanakan pertempuran terakhirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marshmello
Teen FictionDi sini, kuceritakan pada kalian kisah tentang... Ramello Nichole. Sang lelaki tampan dan berderajat tinggi, sang lelaki pemandu sorak yang berusaha untuk masuk kedalam kehidupan perempuan dingin dan lugu. Lelaki yang sangat periang, berbanding terb...