Improvement ~ Three

101 33 1
                                    

"Lo kenapa bete gitu sih, Ay?" tanya Jenita saat Aya kembali duduk di depannya.

"Siapa yang gak bete coba, tadi gue ketemu Kafka dan kekasih tercintanya itu! Mesra-mesraan pula. Iyuh banget," jelas Aya.

Jenita menyerigai tipis, "Bilang aja lo cemburu. Gak usah sok jijik gitu. Hahahaha...."

Mendengar tawa temannya itu, Aya semakin kesal. Cemburu? Tidak. Mana mungkin dia cemburu. Dan dia yakin dia tidak akan pernah cemburu. Kesel sih iya.

Berusaha menghentikan tawanya, Jenita melanjutkan ucapannya, "Terus, adegan sinetron apa yang terjadi?" tanyanya dengan nada mengejek.

"Menurut lo?"

Jenita menganggukkan kepalanya paham. "Pasti saudara lo itu basa-basi dengan menyapa lo, terus nanya kabar lo, kemudian mulai membahas Mama lo, dan yang terakhir menunjukkan kemesraannya sama Sang Pangeran, ya, kan?" tutur Jenita sambil menahan tawa. Bak drama korea, Aya menganga takjub mendengar penuturan Jeni seolah-olah dia sangat terkejut.

"Waw! Gue baru tau, ternyata lo sangat paham soal Adek gue," katanya sambil menggelengkan kepalanya dramatis.

Jenita tertawa semakin keras. "Sialan lo!"

"Udah, yuk. Jadi gak selera makan nih gue. Masuk kelas aja," Jenita menganggukkan kepalanya menyetujui ajakan Aya. Untung aja, dia udah selesai makan.

"Aneh. Katanya kesel sama dua orang itu, tapi betah banget di kelas."

Aya mengangkat bahunya tidak perduli.

"Bodo amat deh, Jen. Gue kesel kalo mereka udah ngusik pandangan gue. Tapi, kalau mereka gak berulah ya gak masalah."

"Yee, itu mah mau lo doang. Ayaaaaa, yang namanya orang pacaran dan satu kelas pula, ya udah pasti bakal barengan terus lah. Nah, modelan adek lo pula. Udah tau banget gue! Ujung-ujungnya nempelin Kafka terus."

Lagi, Aya mengangkat bahu tidak perduli. Tidak membalas ucapan Jenita. Di sampingnya, Jenita tau, kalau Aya memikirkan kalimat yang dia ucapkan barusan. Jenita juga tau, di lubuk hati Aya yang paling dalam, temannya itu risih akan sikap dan perilaku Kafka dan Tata.

Lebih tepatnya Aya sedang cemburu.

****

Kebahagiaan murid XI Ips 3 adalah ketika mata pelajaran sejarah sang guru tidak bisa hadir karena ada rapat. Beginilah yang terjadi, beberapa anak cowok yang langsung mojok di bangku paling belakang dengan seorang cowok yang berada di tengah sambil memegang handphone, sedangkan cowok yang lain mengelilinginya dan ikut melihat ke arah handphone yang cowok itu pegang. Hanya mereka yang tau apa yang sedang mereka lihat. Lain halnya dengan anak cewek, beberapa dari mereka sibuk berkumpul di salah satu bangku, kemudian masing-masing dari mereka mengeluarkan beberapa kosmetik yang mereka punya, dan mulai berceloteh panjang mengenai keunggulan dari produk yang mereka punya.

Beda lagi dengan Aya, Jenita, Ucup dan Kevin. Mereka dengan serius berkumpul di meja Aya kemudian fokus terhadap satu handphone yang berada di tengah. Baik Aya maupun Jenita menunggu dengan rasa takut ketika Ucup menyentuh handphone tersebut dengan ujung telunjuknya dan terpampanglah dadu dengan jumlah titik sebanyak tiga.

"Mampus!" teriak Ucup bahagia.

"Ah, Ucup! Sialan banget sih!" teriak Aya frustasi.

"Wagelasih, Cup! Noh liat punya Aya, masuk kandang semua itu. Hahahaha...." Jeni dan Kevin tertawa.

Ucup tertawa terbahak-bahak. "Santai, Ay. Nanti juga lo keluar lagi."

"Santai pala lo! Awas lo, ya. Gue bales lo nanti." Jenita tertawa lagi. Ya ampun! Padahal si Aya udah mau masuk rumah, malah di tabrak Ucup.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ImprovementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang