1

209K 4.3K 21
                                    

[unedited]

MENJADI seorang anggota osis memang menyenangkan, tapi tidak selalu seperti itu. Sudah dua minggu setelah kepindahanku ke Bandung ini membuatku merasa lega. Meskipun hanya sedikit, tapi aku dapat menghilangkan beban hidup sekaligus meninggalkan hiruk pikuk ibu kota.

10 menit lagi upacara akan segera dimulai dan aku ditugaskan untuk menyisir area sekolah yang memungkinkan jika ada siswa atau siswi disana yang menghindari adat setiap hari senin ini.

Sebenarnya aku malas melakukan ini, apalagi harus sendiri. Ya, inilah risiko. Selain seluruh siswa dituntut untuk manaati peraturan, menjadi bagian ke-organisasian pun lebih dituntut lagi dengan peraturan yang lebih. Tapi, aku menyukai itu. Hanya saja sifat mager ku ini yang tak bisa diajak kompromi.

Aku sudah berada di area kantin, namun disana tidak ada satupun yang aku cari. Aku pun melanjutkan penyisiranku di koridor kelas, Aku pastikan ini adalah wilayah anak IPA. Dan sekali lagi, disini pun sama, tidak ada tanda-tanda kehidupan selain aku. Aku berasumsi jika mereka telah menuju ke lapangan atas dasar kemauan mereka sendiri. Dan itu bagus. Jadi aku tidak perlu cape-cape kesini. Buang-buang tenaga saja.

Tapi tunggu, aku mendengar obrolan beberapa orang, meskipun terdengar sedikit berbisik tapi telinga superku ini dapat mendengar hal yang mereka tak bisa dengar. Bukannya aku seorang indigo, tapi, itu yang aku rasakan.

Dan benar saja, ketika aku menyusuri asal suara itu dari mana, kini aku tahu. Tepat di belakang kelas yang mengharuskan aku untuk melewati jalan gelap itu yang aku tak suka. Tapi mau bagaimana pun lagi, tugas tetaplah tugas. Dan itu harus dilaksanakan.

Aku kaget ketika melihat beberapa orang disana sedang asik merokok, dengan baju sergam yang sengaja dikeluarkan, sampah makanan ringan berserakan di tanah, dan lagi-lagi asap kotor itu keluar dari mulut setiap laki-laki yang berada disana. Aku pastikan mereka berjumlah empat orang.

Oh, astaga.

Sumpah demi seluruh Dewa Yunani. Mereka semua begitu.. Mmm, tampan. Sungguh. Aku tersenyum simpul ditempatku, aku menatap mereka dari jarak yang kurang maksimal ini. Jantungku semakin berdetak hebat, kaki ku mulai sedikit gemetar. Mungkin karena aura dari ke empatnya yang sangat.. Mempesona. Meskipun mereka urakan.

Aku berusaha untuk menegur mereka, tapi aku kalah pasukan. Empat banding satu itu tidak adil, ditambah lagi mereka semua adalah laki-laki. Sungguh, aku membatu ditempatku berdiri.

Tidak hanya itu, kesialan ku juga berujung pada sesuatu yang sangat mengejutkanku. Tiba-tiba saja sepasang tangan besar dan juga hangat memegang pundakku. Erat.

Sontak saja aku pun berteriak dan berjengit dari tempatku berdiri.

"Aaaa.. ibuuu!" Teriakku kencang dan melihat ke belakang ternyata seorang anak laki-laki tinggi yang wajahnya tidak terlihat jelas.

"Berisik lo!" Ucap laki-laki tersebut dan menyeretku ke kumpulan teman-temannya.

Kini aku bagaikan maling yang tertangkap basah. Aku sungguh malu, yang aku lakukan hanya berdiri menatap sepatuku dan berfikir bagaimana caranya agar aku bisa bebas dari kandang singa ini.

...

REYDITA [SELESAI] 💎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang