Enam

149 15 0
                                    

Author pov

"tidaaaak" Ucap Velya dan Verrel bersamaan.

"kalian tenang dulu, tidak usah berlebihan begitu" Ucap Edwin.

"tidak berlebihan bagaimana pa! Velya gamau ya nikah sama cowok boge" Ucap Velya.

"Tidak usah buru-buru mengambil keputusan. Kalian tidak akan segera di nikahkan ko, kalian pendekatan dulu aja" Ucap Vania.

"gamau ma. Dia itu kan badboy, suka balapan, ntar kalo dia mati gegara balapan kan Velya juga yang repot." Ucap Velya tanpa berpikir dahulu.

"eh lo ga nyadar lo juga badgirl! Di sekolah malah ngerokok!" Bela Verrel.

"tapi gue gasuka balapan ya!" bela Velya lagi.

"iyalah lo cewek. Kalo lo cowok juga pasti tergoda untuk nyoba balapan dan ketagihan!" Ucap Verrel.

"apaan si lo! Lo aja sono" Ucap Velya.

"yaudah gue aja. Lo diem gausah komen!" Balas Verrel.

"yaud" Ucap Velya terpotong.

"udah² kalian berisik banget. Mending sekarang kalian rundingin dulu perjodohan ini berdua" Potong Relia.

"ya silahkan kalian ke taman belakang dan segera beritahu kami jawaban kalian, apa menerima atau menolak. Tapi papa berharap kalian menyetujui perjodohan ini." Ucap Edwin.

"yaudah, tapi jangan kecewa karena hasilnya pasti mengecewakan kalian" Ucap Velya.

Para orang tua pun hanya menghela nafas mendengarnya.

"Velya, ini permintaan terakhir mama sayang" Ucap Vania.

Deg, gue ko ngerasa aneh dengan ucapan mama ya. Batin Velya.

Relia dan Edwin hanya saling pandang mendengar perkataan Vania.

"baiklah. Kami akan membicarakan ini" Ucap Verrel.

Mereka pun segera berjalan menuju taman belakang.
Sesampainya disana mereka duduk di kursi yang berbeda.

"so?" Tanya Verrel duluan.

"ya gue tetep gamau sama perjodohan ini" Tolak Velya.

"oke kalo itu keputusan lo. Dan jangan lupa ucapan nyokap lo tadi" Ucap Verrel.

"ah itu gue bingung maksud mama ngomong kek gitu apa, dan gue jadi takut gitu Ver" Ucap Velya lebih tenang.

"tanda tanda" Ucap Verrel.

Velya melotot mendengar ucapan dari Verrel. Dan spontan memukul lengan Verrel.

"lo ngomong jangan ngelantur gitu dong! Gue ga pernah mau itu terjadi" Ucap Velya sambil terus memukul Verrel.

"aw aw gue ga ngelantur, emang maksud tanda² omongan gue apa menurut lo?" Ucap Verrel sambil mencoba menghindari serangan dari Velya.

"tanda-tanda mama gue akan pergi kan? Maksud gue, pergi selamanya. Lo jahat banget ngira gitu Ver" Ucap Velya yang telah berhenti memukuli Verrel.

"heh bukan itu maksud gue, maksudnya tanda-tanda bahwa nyokap lo ngebet banget pengen punya menantu kaya gue" ucap Verrel.

"najisun" ucap Velya.

"lagian nih ya, setiap orang pasti bakalan meninggal. Termasuk nyokap bokap lo. Dan ga ada yang tau kapan itu terjadi. Bisa aja lo besok udah ga ada kan?" Ucap Verrel.

"ihh lo nyebelin! Kenapa musti gue yang jadi contoh besok mati. Lo aja sono!" protes Velya yang merasa tidak suka dengan ucapan Verrel.

"kalo besok gue yang mati, lo bakalan sedih nangis jerit². Dan parahnya lo bakal depresi terus bunuh diri karna gabisa nikah sama gue. Kan gue jadi kasian. Jadi, yaudah lo duluan yang mati. Baik kan gue" Ucap Verrel.

With youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang