"Bluey?" dia dengan spontan menanyakanku. Bluey? Siapa dia? Aku menjawabnya dengan kebingungan "Bluey? Maaf aku Carol lalu dimana aku sekarang?" Wajahnya terlihat kecewa saat aku menjawabnya.
"Maaf aku kira kamu Bluey, kamu terlihat sangat mirip dengannya. Ah sudahlah lupakan. Sekarang kamu berada dikamarku, aku terkejut dengan adanya kehadiranmu karena jujur tidak tahu siapa yang mengirim ini." katanya.Apa? Dimana Ayah dan Ibu? Kak Tania? Aku mencoba berfikir untuk mengingat kejadian terakhir kali sebelum aku berada dibox itu. Kak Tania sedang mengajakku untuk bermain apa ya? "Petak umpat!" aku spontan mengucapkannya. Wanita itu terlihat bingung lalu tiba-tiba tersenyum "Ingin bermain petak umpat denganku?" Aku membalas tersenyum dan langsung menjawabnya "Ayuk!"
Wanita itu menutup matanya dibalik pohon yang cukup lebat dan mulai menghitung sedangkan aku sibuk berlari mencari tempat persembunyian. Pintu pagar yang sangat besar dan tinggi menarik perhatianku pada saat itu, aku terus memandanginya dan mencoba membuka pintu itu dengan kedua jari kecilku. Ughh! Sulit sekali.
"Carol apa yang kamu lakukan?" wanita itu langsung menghampiriku. "Kenapa pintu ini besar sekali? Apa kita berubah menjadi kecil? Apa dibalik pintu ini?" Saat itu raut wajahnya seketika berubah menjadi sedih "Carol, kita tidak berubah menjadi kecil memang gerbang ini yang sangat besar dan ini artinya batas kita hanya sampai sini tidak boleh melewatinya karena dibalik pintu ini tidak pernah ada yang melewatinya dan aku yakin itu menyeramkan" Apa menyeramkan? Aku jadi sedikit takut tetapi juga penasaran. Aku memutuskan untuk menanyakan lebih lagi "Lalu dimana Bluey? Apakah dia dibalik sana?" Wanita itu mengangguk "Benar, Bluey pergi kesana dan tidak kembali lagi sampai sekarang, aku merasa kesepian tanpanya."
Aku jadi turut sedih kemudian aku memeluk wanita tersebut untuk menghiburnya. Dia menoleh ke arahku, aku pun menatapnya "Carol, apakah kamu ingin berjanji padaku kamu akan tetap bersamaku dan tidak melewati pintu itu?" Tentu saja aku tidak ingin membuatnya semakin sedih aku segera menjawabnya "Iya kak aku berjanji"
"Panggil saja aku Ms.Redpy" dia tersenyum melihatku dan mengajakku bermain dengannya lagi."Carol!" Seseorang menepuk pundakku, astaga! "Apa yang kamu lakukan? Kenapa membuat black-tea saja lama sekali?" Ms.Redpy membentakku karena aku hanya berdiam diri dengan sendok ditangan kananku. "Maaf Ms aku tiba-tiba teringat dengan Bluey" aku menjawabnya dengan ragu dan benar dia lalu menatapku dengan tajam "Sudah berapa kali aku bilang untuk berhenti memikirkannya? Apa kamu juga berniat untuk pergi? Jangan konyol Carol! Hentikan pemikiran anehmu, lebih baik kamu kekamar sana."
Semenjak aku berusaha mencari tahu tentang Bluey, sikap Ms.Redpy semakin kasar dan dingin kepadaku. Aku pergi ke kamar dan mengunci pintu kamarku. Jendela yang terletak tak jauh dari tempat tidurku selalu menjadi tempat dimana aku bisa memandangi pagar besar yang misterius itu. Kehidupan ini benar-benar membosankan, terkurung seperti hewan kecil yang tak bisa memandang luas dunia. Apakah itu namanya hidup?
Aku sangat penasaran dan semakin ingin tahu dengan pohon berkilauan itu.To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
The Magic Feather
FantasyCarol tinggal disebuah rumah berpagar tinggi bersama dengan Ms.Redpy yang protektif, layaknya seekor semut yang hidup di dalam gelas. Carol selalu penasaran dengan banyak hal ajaib diluar sana dan hanya dapat mengintipnya dari sebuah lubang. Suatu h...