"Oh! Sekarang Russian Roulette!"
Teriakan milik pria bernama Jung Hoseok sedikit mengagetkan Jimin dalam duduknya. Ia menoleh dan melihat Hoseok bersama Jungkook berdiri di depan layar memperhatikan si pemilik lagu Russian Roulette tampil. Bahkan keduanya mulai bergoyang tak jelas, ditambah Hoseok berteriak layaknya fanboy kelas berat.
Entah apa yang terjadi, Jimin bergerak. Tungkainya merajut langkah, bergabung bersama kedua rekannya, terpaku di depan layar. Ada suatu kekhawatiran hari ini.
Jimin tidak bisa bergerak barang sedikit pun dari tempatnya. Dahinya mengernyit. Fokusnya terpaku pada layar yang tengah menampilkan artis yang tengah perform sekarang. Netranya mencari-cari sang gadis yang masih bergerak lincah kesana kemari penuh semangat meski di tengah cuaca mematikan.
Kang Seulgi.
Seulgi tersenyum ditengah performnya. Bukan hanya Seulgi, tapi keempat membernya juga. Mereka bersemangat seperti biasa, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Wow, Red Velvet luar biasa. Mereka tahan banting di cuaca dingin seperti itu. Lihatlah pakaian mereka, itu sama sekali tidak hangat!" Namjoon berkomentar, ikut memperhatikan.
Jimin membenarkan dalam hati, dan khawatir juga. Ingin rasanya sekarang ia berlari ke rest room milik Red Velvet dan melayangkan protes pada pihak manajemen mereka terkait kostum yang sangat minim ditengah cuaca ekstrim begini. Tapi memangnya Park Jimin siapa? Apa pula haknya?
Ingat, Jimin, kalian baru saja kenal. Dia hanya menganggapmu seorang teman. Tidak lebih.
Selama perform Red Velvet berlangsung, Jimin menyadari bahwa ia hampir sulit bernafas selama itu pula. Ingin rasanya ia berlari ke stage sekarang juga dan membungkus tubuh ringkih Seulgi dengan jaket kesayangannya. Tapi sepertinya hal itu tidak akan mungkin terjadi mengingat mereka masih sering merasa canggung bahkan ketika tidak sengaja kedua saling bersitatap.
Rasanya aneh.
Perform Red Velvet selesai. Mereka menyelesaikannya dengan baik dengan pose terakhir. Dapat dengan jelas asap mengepul keluar seiring dengan nafas mereka. Hidung mereka memerah, bahkan dari layar kaca pun Jimin bisa melihat bahwa mereka gemetar kedinginan. Pengatur busana Red Velvet benar-benar mencari mati.
"Sudah, tidak perlu sampai seperti itu. Kau bisa melubangi layar televisi karna terlalu serius menatapnya." Hoseok berkomentar seraya merangkul bahu Jimin. Jimin hanya berdecak acuh tak acuh seraya jemarinya terulur dan menyibakkan rambutnya yang padahal baru saja di tata rapi.
"Aku tahu kau menyukainya." Hoseok tersenyum senang sambil memainkan kedua alisnya.
Jimin mengernyit. "Siapa?"
"Kang Seulgi-si."
Jimin memutar kedua bola matanya. Seolah-olah perkataan hyungnya barusan adalah hal paling aneh yang pernah didengarnya di dunia.
"Kau tahu, kau bisa membicarakan jaketmu pada Seulgi-si. Dia mengalami kedingingan yang hebat bersama membernya tadi. Perhatian sekecil itu bisa membuat hati seorang gadis luluh dan jug---"
"Berhenti berbicara omong kosong, hyung." Jimin menyela, mulai jengkel dengan Hoseok yang berbicara seenaknya dan jengkel dengan hatinya yang memang benar-benar khawatir.
"Itu bukan omong kosong, itu fakta." Hoseok tersenyum jahil kemudian mencubit pipi Jimin yang dibalas teriakan oleh pria bermarga Park itu.
***
Terkutuklah Jung Hoseok bersama mulut lebarnya. Jimin tidak tahu apa yang ia lakukan hingga dengan mudahnya mengikuti saran Hoseok yang terbilang gila itu.
Disinilah ia sekarang, sendiri di backstage dekat panggung menunggu gadis itu datang diiringi detak jantungnya yang mulai berdetak tak karuan. Tangan kanannya mengenggam jaket hitam miliknya yang tebal dan hangat. Jaket kesayangannya, pemberian ibunya ketika ia pindah ke Seoul.
"Oh, ya ampun, sebenarnya apa yang sedang kulakukan?" Jimin bergumam sendiri. Gelisah.
Merasa semua ini mulai tak benar ditambah lagi gadis itu tak kunjung muncul, ia berbalik dan berniat kembali menuju rest room BTS hingga akhirnya suara feminim membelai indera pendengarannya.
"Park Jimin-si?"
Jimin terpaku sejenak dan secepat kilat berbalik. Mendapati Kang Seulgi berdiri dihadapannya dengan keadaan yang tidak bisa dipungkiri bahwa ia kedingingan. Bibirnya bergetar pelan dan hidungnya memerah. Kedua tangannya bertaut mencari kehangatan. Rambut coklat ikalnya sedikit berantakan namun tak mengurangi pesonanya.
"Oh, hai, Seulgi-si." Jimin tersenyum, mencoba ramah terhadap teman baru.
"Aku duluan, Jimin-si. Semangat untuk performnya." Seulgi tersenyum dan hendak meninggalkan Jimin bersama membernya namun Jimin menginterupsi langkahnya.
"Kau tidak kedinginan?"
Park Jimin bodoh! Pertanyaan macam itu? Kau bisa dengan jelas gadis itu gemetar kedingingan karena pakaiannya yang minim, kenapa bertanya lagi?
"Ini, ambil dan pakailah." Jimin menyodorkan jaket hitamnya.
Seulgi membeku sesaat hingga akhirnya buru-buru menggeleng dan tersenyum ramah. "Ah, tidak perlu. Aku punya jaket diruang ganti. Kau saja yang pakai."
Jimin pernah mendengar dari orang-orang bahwa Kang Seulgi adalah type orang yang baik dan lebih mendahulukan orang lain. Dia rela melakukan apa saja asal orang itu bahagia. Tapi dalam kasus ini, Jimin benar-benar ingin membalas kebaikan Seulgi tempo hari saat latihan mereka di SBS.
Jimin meraih tangan Seulgi dan menyangkutkan jaket itu dilengannya. "Aku tidak menerima penolakan. Pakaiah. Tidak dikembalikan juga tidak apa."
Seulgi tertawa hingga memunculkan bulan sabit di emeraldnya. "Terimakasih. Akan aku kembalikan secepatnya."
Jimin kembali tersenyum mengangguk dan berbalik meninggalkan Seulgi dengan lega hingga akhirnya ia menangkap Namjoon dan Hoseok tengah tersenyum jahil padanya di ujung lorong.
Oh, sepertinya Park Jimin akan di introgasi oleh membernya setelah ini.
-FIN-