chapter 1

182 36 106
                                    

Aku menghembuskan napas lega ketika mendapati Veronica masih berada di luar kantor. Ia berdiri membelakangiku dan ia tidak sendiri. Seorang laki-laki berdiri di hadapannya. Mereka tampaknya sedang berbincang diselingi gelak tawa. Keduanya terlihat begitu akrab. Mungkin mereka adalah teman dekat?

Aku memutuskan untuk menghampiri mereka berdua. Veronica mengulas senyum lebar ketika aku berdiri di sampingnya.

"Akhirnya kau keluar juga." Ia tertawa kecil. Aku jadi merasa bersalah karena telah membuatnya menunggu lama di sini, apalagi waktu ceramah Mrs. Elliot tadi tidak sebentar. Ditambah pula dengan pertemuanku bersama siswa misterius bertato tadi. Namun Veronica masih di sini, menungguku.

"Maaf telah menunggu lama. Tidak seharusnya kau masih menungguku di luar sini." Aku tersenyum canggung padanya.

Veronica menggeleng. "It's totally fine. Ah ya, aku ingin memperkenalkanmu dengan pacarku."

Aku beralih menatap laki-laki yang tadi berbincang-bincang bersama Veronica. Ia memberiku senyuman hangat. Ia terlihat tampan dan... tunggu. Kenapa ia hampir mirip dengan siswa bertato yang ada di kantor tadi?

"Namaku Leeroy Payne." Ia melambai-lambaikan tangannya padaku.

Aku terkekeh geli. Ia terlihat lucu nan menggemaskan. Tidak heran mengapa ia sangat cocok dengan Veronica. I ship them.

"Aku Madeira Smith. Senang bertemu denganmu."

Sedetik kemudian, terdengar bunyi bel yang menandakan jam masuk pelajaran pertama.

"Apa pelajaran pertamamu?" tanya Veronica padaku. Aku kembali melihat kertas yang berisi jadwal kelasku.

"Matematika," balasku sambil mendengus kesal. Aku benci matematika.

"Ini hari Senin, bukan? Kau akan sekelas dengan Liam. Dia adalah kembaranku," kata Liam ketika kami bertiga mulai berjalan menelusuri lorong sekolah.

Aku membelalakan mata padanya. Kembaran? Oh, jangan-jangan Liam yang ia maksud adalah siswa bertato tadi? Ia sangat mirip dengan Leeroy!

"Kau memiliki kembaran?" Aku mencoba untuk tidak langsung menyimpulkan situasi.

"Leeroy bahkan memiliki dua saudara kembar!" celetuk Veronica. Rahangku jatuh ke bawah, menyebabkan mulutku terbuka lebar saking terkejutnya. Apa dia serius?

Leeroy tergelak dalam tawa begitu menyadari ekspresiku. "Aku akan menceritakannya nanti, sewaktu istirahat makan siang."

Aku mengangguk mengerti, meski dalam hati tak sabar ingin mendengar ceritanya.

Leeroy dan Veronica mengantarku ke kelas pertamaku. Kami saling bertukar sapaan 'sampai jumpa nanti!' sebelum mereka melangkah pergi. Jantungku berdegup kencang ketika tanganku menyentuh knop pintu. Aku menggigit bibir bawahku, tidak siap dengan apa yang akan terjadi; kelas pertama di sekolah baru, pelajaran Matematika yang sangat kubenci, dan juga Liam alias kembaran Leeroy.

But, here we go.

Aku melangkah masuk ke dalam kelas dan langsung kurasakan seluruh pasang mata menyorot padaku. Jika bukan karena ulasan senyum guru yang ada di kelas, mungkin aku sudah mati gugup di tempat sekarang ini juga. Aku membalas senyumnya dan memutuskan untuk menghampirinya.

"Kau pasti murid pindahan itu, kan? Beruntung ini adalah hari pertamamu masuk sekolah. Lain kali, jangan sampai telat masuk kelas, terutama pelajaranku," tuturnya dengan tegas.

"Maaf," kataku, tidak tahu harus menjawab seperti apa.

Ia tersenyum hangat dan mengangguk takzim. "Tidak apa-apa. Aku Mrs. Shepherd. Sekarang, perkenalkan dirimu."

Aku beralih menatap murid-murid di kelas. Bola mataku berpindah menatap dari satu wajah ke wajah yang lain, hingga pandanganku terhenti pada murid laki-laki yang hampir mirip dengan Leeroy. That's him. Itu pasti Liam. Ia terlihat jauh lebih tampan dan menawan daripada Leeroy. Ulasan senyum manis di wajahnya hampir membuat lututku lemas selagi pandangannya mengarah sempurna padaku. Dan kalau tidak salah, aku mendapatinya mengedipkan sebelah mata padaku.

"Um, hai?" Aku mengulas senyum canggung sambil melambaikan tangan.

Dari sekian banyak murid, hanya Liam yang menjawab sapaanku.

"Hai, Cantik." Sontak seluruh murid beralih menghadap Liam yang duduk di belakang kelas dan langsung meneriakinya dengan 'modus!', lalu mereka semua tertawa hingga terpingkal-pingkal.

Aku tidak paham apa persisnya yang lucu. Liam hanya membalas sapaanku, kan? Memang ia menambahkan kata 'cantik' sebagai sebutanku, tapi itu tidak lucu.

"Berhenti tertawa, murid-murid!" tegur Mrs. Shepherd sambil bertepuk tangan demi menyita kembali perhatian murid-murid yang ada di kelas.

Setelah memastikan mereka semua diam, aku pun kembali angkat bicara. "Perkenalkan, namaku Madeira Smith. Aku pindahan dari Brighton. Nice to meet you, guys. Ada yang ingin bertanya?"

Mungkin kalimat terakhirku itu adalah kesalahan terbesar di dalam hidupku. Karena sedetik kemudian, seluruh murid laki-laki yang ada di kelas langsung mengacungkan tangan mereka. Apalagi Liam yang sampai berdiri di atas kursinya sambil mengacungkan tangannya tinggi-tinggi.

"Kau seharusnya tidak menanyakan hal itu," bisik Mrs. Shepherd di sela-sela kegaduhan kelas. Ia memijit keningnya sambil menggelengkan kepala. Tampaknya ia sudah cukup lelah menghadapi kebisingan kelas seperti ini.

"I'm sorry," ujarku pelan.

"Baiklah. Kita akan refreshing sebentar bersama murid baru," tukas Mrs. Shepherd, disambut sorakan riuh gembira dari murid-murid. "Siapa yang ingin bertanya lebih dulu?"

"Saya, saya!" teriak Liam, masih berdiri di atas kursi sambil mengacungkan jari telunjuk.

Mrs. Shepherd berkacak pinggang dan memberi tatapan membunuh pada Liam. Laki-laki tersebut menyadari maksud tatapan ganas dari Mrs. Shepherd, lalu tertawa kecil sejenak sebelum akhirnya kembali duduk di tempat.

"Apa pertanyaanmu, Liam?" tanya Mrs. Shepherd dengan nada malas.

"Madeira sudah punya pacar atau belum?" Dan untuk kedua kalinya, seluruh murid di kelas meneriaki Liam dengan berbagai kalimat yang hampir tak dapat kudengar. Bahkan kali ini jauh lebih gaduh dari sebelumnya. Hal ini membuat kesabaran Mrs. Shepherd habis. Ia meraih penggaris panjang yang terbuat dari kayu, kemudian memukulnya ke permukaan meja beberapa kali. Seisi kelas pun langsung diam.

"Saya menyesal teramat dalam telah memberi waktu refreshing kepada kalian," tutur Mrs. Shepherd yang justru disambut gelak tawa dari murid-murid. Kenapa mereka semua hobi tertawa? "Madeira, silahkan ambil tempat duduk kosong yang ada di samping... astaga, anak itu lagi."

"Nama saya Liam, Ma'am!" sahut Liam, bertingkah seolah tidak bersalah.

"Saya tidak bertanya." Mrs. Shepherd memutar bola mata.

Kemudian Mrs. Shepherd menyuruhku untuk segera duduk. Aku pun akhirnya mengambil langkah menuju bangku kosong yang letaknya tepat di samping Liam. Laki-laki itu tak henti-hentinya memandangiku. Bahkan ketika aku telah duduk, ia masih saja tak melepaskan pandangannya dariku.

"What's wrong with you, dude?" bisikku kesal, tak ingin menarik perhatian Mrs. Shepherd yang kini telah memulai pelajaran. Aku jadi menyesal telah berpikir bahwa Liam itu menggemaskan. Faktanya dia benar-benar menyebalkan!

"You're just too good to be true. I can't take my eyes off of you."

Sebesar apapun kekesalanku pada Liam, mendengar untaian kata darinya barusan, tentu berhasil membuat hatiku meleleh.

The Payne TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang