chapter 3

172 27 15
                                    

Jam Kesenian tak terasa telah berakhir. Mr. Simon tadi membahas tentang bakat yang terpendam. Ia meminta salah satu dari kami untuk menunjukkan bakat terpendam yang kami punya. Dan aku tak menyangka bahwa Leeroy dengan penuh percaya diri maju ke depan kelas. Seluruh murid di kelas tak henti-hentinya tertawa hingga sakit perut ketika menyaksikan tarian konyol dari Leeroy. Ia menari seolah tidak ada siapapun di kelas, selain dirinya. Mr. Simon bahkan sampai hampir sesak nafas saking banyak tertawa. Namun siapa sangka bahwa dengan menari konyol seperti itu saja bisa mendapat nilai plus.

Seluruh murid berhamburan keluar kelas, begitu pula denganku dan Leero. Kami mendapati Veronica di samping ambang pintu, rupanya ia telah menunggu kami.

"Kalian berdua sekelas? Kebetulan sekali bisa sekelas dengan Leeroy di jam Kesenian," kata Veronica sedikit mengejek. Aku dan Veronica tergelak dalam tawa, sementara Leeroy mengerucutkan bibir.

"Dan jika kau mau tahu, Leeroy tadi menari di depan kelas," sahutku.

"Astaga, tariannya pasti sangat memalukan." Veronica menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Menari itu adalah hal yang wajar, oke?" Leeroy membela dirinya.

"But cool kids don't dance, okay?" balas Veronica, berhasil membuat Leeroy terdiam.

"Ugh, whatever."

Kami bertiga berjalan berdampingan menelusuri lorong yang cukup ramai. Banyak pasangan berlalu-lalang, saling bergandengan tangan, tak terkecuali Leeroy dan Veronica. Mereka berdua bergandengan, sementara aku berjalan canggung di samping Veronica. Jika saja aku punya teman lain, maka aku juga tidak akan mau mengganggu mereka berdua.

Pandanganku menangkap segerombolan gadis-gadis yang tampaknya sedang mengerubungi seorang lelaki di depan lokernya. Dan kali ini aku tidak terlalu kaget ketika menyadari bahwa lelaki itu adalah Liam. Salah satu seorang gadis bergelayut manja di lengannya. Dia adalah gadis yang menunggu Liam di luar kelas Matematika tadi pagi. Mereka berdua tampak serasi, tapi terlalu menjijikan untuk bersatu.

Aku sontak membanting pandangan ke depan ketika Liam menyadariku yang sedang memperhatikannya. Ia langsung menyingkirkan tangan gadis itu dari lengannya, meminta jalan keluar dari gerombolan gadis-gadis secara halus, sebelum akhirnya berlari mengejarku. Segerombolan gadis itu seketika langsung memberi tatapan membunuh padaku, adapula yang menghentakkan kakinya ke lantai. Mereka tampaknya kesal atau bahkan membenciku.

Jantungku berdegup kencang ketika Liam kini berdiri di hadapanku, Leeroy dan juga Veronica. Ia memblokir jalan kami.

"Um hei, Madeira." Liam menyapa dengan senyum canggung, menyisir helaian rambutnya ke belakang, berlagak sok keren. Aku ingin muntah melihat tingkahnya.

"Hei, Liam," jawab Veronica sarkastik. Tampaknya Liam baru sadar kalau ada Veronica dan juga Leeroy di sampingku. Ia terlalu sibuk memandangiku.

"Oh, maaf. Hei, Veronica dan juga... Leeroy." Pandangannya terhenti pada Leeroy. "Bisa kita bicara sebentar?"

"Yap, tentu," balas Leeroy singkat. Ia beralih menatap Veronica. "Kalian pergi duluan saja ke kantin, oke? Nanti aku akan menyusul."

"Alright." Veronica mengecup singkat pipi Leeroy sebelum mengajakku untuk melangkah pergi. Salahkah aku jika aku penasaran dengan apa yang ingin Liam katakan kepada Leeroy? Ugh, mungkin aku harus belajar untuk tidak mengurusi urusan orang lain. Mereka berdua adalah saudara kembar. Bisa jadi apa yang mereka bicarakan itu tentang keluarga.

Sesampainya di Kantin, aku dan Veronica langsung mengantre untuk mengambil makanan dan menaruhnya di nampan sebelum menempati meja kosong. Selagi menunggu kedatangan Leeroy, kami berbicara seraya menyantap makan siang.

"So, apa kesan pertamamu tentang sekolah barumu?" tanya Veronica.

"Lebih baik dari sekolahku sebelumnya, meski aku masih belum terbiasa dengan anak-anak di sini," balasku singkat, tidak ingin terlalu memusingkan hal itu. Veronica mengangguk kecil sambil memakan pudding melon.

"Ah ya, bulan depan sekolah kita akan ulang tahun. Akan ada perayaan besar-besaran di GSG, seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi kemungkinan tahun ini jauh lebih meriah." Veronica tampak begitu antusias menjelaskannya.

"Itu karena aku akan ikut meramaikannya dengan menunjukkan tarian hebatku di atas panggung," celetuk Leeroy secara tiba-tiba. Ia mengambil posisi duduk tepat di samping Veronica. Tampaknya mereka tak bisa dipisahkan satu sama lain.

"Ada acara apa saja?" tanyaku, mulai tertarik dengan topik pembicaraan kali ini.

"Banyak!" seru Veronica, mengepalkan kedua tangan ke udara. Aku terkekeh melihatnya.

"Dari pagi hingga siang, akan ada acara di gedung aula. Hanya sekedar ucapan selamat ulang tahun dari guru dan lain-lain, band, bintang tamu ternama, dan ya... hal-hal biasa lainnya," tutur Leeroy. Lantas, dimana letak istimewanya?

"Yang paling menyenangkan adalah malam harinya! Semua murid bisa mengajak pasangan masing-masing. Bawa teman juga boleh, tapi kusarankan bawa pasangan saja. Karena akan ada pesta dansa di taman sekolah!" Veronica menepuk kedua tangannya, seperti anak kecil.

"Mungkin aku tidak bisa mengikuti acara pesta dansa di malam hari." Satu kalimatku itu berhasil melunturkan senyum lebar di wajah Veronica. Ia memandangku sedih. "I don't have boyfriend," lanjutku, berharap ia mengerti.

"Bagaimana dengan Liam? Aku bisa menyuruhnya untuk mengajakmu!" Kedua mataku terbelalak mendengar ucapan Leeroy. Yang benar saja! Aku tidak ingin berdansa dengan Liam. Selain gombalannya yang membuatku mual, aku juga tidak ingin mencari masalah dengan gadis-gadis, terutama gadis yang bergelayut manja tadi itu. Entah siapa namanya.

"Tidak, terima kasih," tolakku sopan.

"Baiklah. Kau akan berubah pikiran nantinya." Leeroy mengedipkan sebelah matanya padaku. Apa maksudnya?

"Oh iya, siapa itu James? James yang kau ceritakan di kelas Kesenian tadi." Aku mengalihkan topik pembicaraan karena tak ingin membahas Liam lebih lanjut.

"Dia adalah saudara kembarku. Lihat laki-laki yang ada di sana." Leeroy membawa jari telunjuknya ke arah seorang lelaki di sudut ruangan. Ia tidak sendiri, melainkan ditemani ketiga temannya di sebuah meja. Salah satu temannya tampak sedang membersihkan lebam luka yang ada di wajahnya. Astaga. Itu adalah siswa bertato yang kutemui tadi pagi! "Dia adalah James," lanjut Leeroy.

Aku mengalihkan pandanganku kembali, menatap Leeroy dengan cemas. Tidak mungkin aku menceritakan kepada Leeroy bahwa aku sudah bertemu dengan saudara kembarnya itu, bahkan ia membentakku. Aku bukan tipe orang yang suka mengadu.

"Madeira," kata Veronica. Ekspresi serius terulas sempurna di wajahnya. "James adalah vokalis dari band yang ada di sekolah. Itu menjadi alasan mengapa dulunya banyak gadis yang menaruh rasa kagum atau suka terhadapnya. Tak jarang beberapa di antara mereka mengambil langkah maju untuk mendekati James, tapi mereka semua ditolak secara kasar oleh James. Ia tidak berpacaran, sama seperti Liam. Bedanya Liam tidak berpacaran karena ia hanya suka menggoda gadis, sementara James... um, entahlah aku tidak tahu. Aku tidak pernah mendengar kabar kalau ia memiliki pacar."

Aku mengangguk ragu. "Apa dia orang yang tertutup?"

"Sangat tertutup," jawab Leeroy. Ia mencondongkan tubuhnya ke arahku, seolah tak ingin ada yang mendengar. "Jangan mendekatinya. Jangan berkontak mata langsung dengannya. Jangan memanggil namanya. Jangan berbicara dengannya. Apapun itu yang berhubungan dengan James, menjauhlah. Ini untuk kebaikanmu sendiri, Madeira."

"Kau mengatakannya seolah ia sangat berbahaya. Lagipula, ia adalah saudara kembarmu. Tidak seharusnya kau berkata seperti itu tentangnya. Bagaimana kalau ia tahu, lalu menghajarmu sesampainya di rumah?"

"Dia memang berbahaya, Madeira!" Leeroy berusaha menjaga volumenya tetap rendah. "And for your information, ia tidak serumah denganku. Ia memilih untuk tinggal sendiri. Entah dimana itu, aku tak tahu."

"O-okay," jawabku singkat, tak tahu harus berkata apa. Secara perlahan, aku menoleh ke sudut ruangan, mendapati James yang rupanya telah menatapku lebih dulu dengan sepasang matanya yang setajam belati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Payne TripletsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang