Chapter 9: Eyes by Eyes

48 10 0
                                    

Matahari tengah terbenam. Cahaya jingga menembus melewati jendela besar terlukis yang terdapat pada sayap rumah sakit. Sekolah itu bergaya kuno, seakan bangunan itu berasal dari waktu lain. Era victoria.

Seorang gadis tengah berkutat pada halaman yang sedang ia telaah. Sembari bersantai pada tempat tidur polos khas rumah sakit, ia membalik halaman demi halaman meresap intisari dari buku itu. Sesekali ia meresap teh hangat yang berada pada meja kecil disampingnya.

Terdapat seorang lelaki dengan kacamata yang sudah turun mencapai ujung hidungnya. Ia duduk di samping tempat tidur gadis itu, selalu menemaninya. Demikian dengannya, lelaki itu berkutat dengan buku yang sudah apak dan kentara buku itu sudah sangat tua. Dengan bahasa asing tak bisa dikenali.

Gadis itu melirik lelaki itu. Mengerinyit ketika melihat lelaki itu masih berkonsentrasi dengan buku yang sudah lapuk.

"Lou?" panggil gadis itu dengan sedikit nada tanya diakhirannya. Lelaki itu mendongak dari buku lapuk itu lalu menaikkan kacamatanya yang hampir terjatuh. "Yes?"

Gadis itu menutup buku dan menaruhnya dipangkuannya. Ia memutarkan badannya agar menghadap lelaki itu. "If you want to go to somewhere, go ahead. I don't want you to die in bored because of me"

Lelaki itu kemudian menutup bukunya secara perlahan dan menaruhnya hati-hati pada meja kecil disampingnya. Seakan buku itu merupakan barang paling berharga miliknya. Lalu lelaki itu menampilkan senyumnya dan menatap gadis itu. "I'm not bored. I just love to take care of you"

Gadis itu sedikit goyah. Ia gugup. Belum ada lelaki atau seorang pun yang berbicara seperti itu padanya. Gadis itu menarik pelan seprai dengan kedua jarinya. "Lou, you don't have to always take care of me. I can take care of myself."

"I doubt that," balas Lou sembari mengusap-usap dagunya. "Look what happen to you now"

Gadis itu tercengir. Ia masuk rumah sakit, itu yang terjadi padanya. Jika bukan karena Lou, mungkin gadis itu sudah berada dalam peti mati sekarang.

"But I am a big girl now, Lou. You don't have to always protect me" ucap gadis itu protes.

"I will always protect you, El. I'm your protector." Gadis itu menggerutu kesal. "And I will do anything to protect you"

Terlintas sebuah ide di benak pikiran gadis itu. "You will do anything to protect me, don't you?"

Lou mengangguk dengan patuh. Gadis itu tersenyum lebar. Terlihat sekali ia mempunyai sebuah ide cemerlang. "I want you to go take some rest so you can protect me with perfect condition"

Lou dengan segera menggeleng protes tak setuju. "I won't leave you here alone. Do you understand that?"

"But like what I said, really. You should take some rest Lou. You look like a zombie"

Lou bersikeras tetap tinggal. Sembari menggelengkan kepala sebagai tanda sebuah penolakan. Gadis itu terus mengeluarkan beberapa logika tak masuk akal miliknya yang tak di gubris oleh Lou.

"Come on Lou. Give me some private. I want me-time for myself," rengek gadis itu. Gadis itu mentarik-tarik tangan Lou hingga ia kesal dibuatnya. Lou mendecak kesal kemudian berdiri.

"Ok, ok I leave you here alone. You happy now?" Gadis itu berteriak senang lalu memeluk Lou. Gadis itu berkali-kali mengucapkan terima kasih sementara Lou hanya memutarkan matanya.

"Before I go, do you need something El?" tanya Lou sembari menarik buku tua itu kedekapannya. El menggelengkan kepalanya sambil senyum yang masih melekat dibibirnya.

"I leave now. Good night El!" Lou tersenyum pada El lalu berjalan pergi meninggalkan gadis itu sendirian. Gadis itu kemudian berteriak selamat malam pada Lou ketika ia sudah mencapai ambang pintu.

Night in HawtornWhere stories live. Discover now