Kevin duduk di meja bar, mengambil segelas wine dan meminumnya dengan cukup pelan. Tak ia pedulikan dentuman lagu yang memekakkan telinga dan keramaian disekelilingnya. Dia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.
Kevin memperhatikan cairan merah pekat yang ada digelas kaca tersebut. Memandang seakan gelas itu adalah musuhnya. Dengan menggeram marah, ia meletakkan gelas itu dengan sedikit kasar.
Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Bianca tiba-tiba memutuskan hubungan mereka dan memilih pria lain? Apa salah Kevin? Kenapa sampai Bianca berselingkuh dibelakangnya. Pertanyaan itu memenuhi benaknya, namun satu jawaban pun tak ia temukan. Menurut Kevin dia sudah memberikan segalanya untuk Bianca, cinta dan kasih sayang. Ia juga selalu menuruti keinginan wanita itu. Tapi sekarang, Bianca memilih orang lain.
Betapa bodohnya Kevin yang selama ini tidak menyadari kalau ada pria lain diantara dirinya dan Bianca. Sekarang, wanita itu sudah berhasil menjatuhkannya pada dasar jurang terdalam.
Wanita yang selama ini ia cintai, pada akhirnya dialah orang yang membuatnya merasakan kehancuran.
Kevin mengernyit merasa kepalanya mulai pusing.
"Kamu sudah terlalu banyak minum Kev." Juna meringis memperhatikan penampilan Kevin yang sudah sangat berantakan. Ia merasa kasihan melihat Kevin, tapi tak ada yang bisa ia lakukan sekarang.
"Anter aku pulang Jun." Kevin masih berusaha mengendalikan kesadarannya. Dia harus segera pulang jika tidak ingin kembali meneguk wine yang ada dihadapannya.
Juna mendesah lega, baguslah lebih cepat Kevin pulang itu lebih baik, "Ayo!" Juna membantu Kevin berdiri. Menerobos kerumunan orang-orang yang ada dihadapan mereka.
Sesampainya di mobil Juna bergerak ke arah kemudi, dia akan mengantar Kevin pulang.
Selang beberapa menit mereka sudah sampai didepan rumah Kevin.
Kevin menolak Juna memapahnya, ia merasa masih mampu berjalan.
"Kamu yakin bisa jalan sendiri?" Tanya Juna tak percaya.
"Tentu," jawab Kevin dengan yakin.
Pintu terbuka menampilkan Alisha dengan wajah tampak terkejut melihat penampilan anak majikan sang ibu yang terlihat cukup berantakan. Namun ia tak punya cukup keberanian untuk bertanya.
"Kamu siapa?" Tanya Juna yang yang merasa belum pernah melihat Alisha sebelumnya.
"Itu anak mbak Mila den." Itu suara pak Dayat yang ada disamping Kevin. Pak Dayat khawatir dengan keadaan majikannya dan memutuskan mengikuti Kevin sampai ke depan pintu.
"Oh..."
"Kalau gitu aku pulang dulu." Juna mengembalikan kunci mobil Kevin.
"Makasih Jun." Ujar Kevin. Setelah itu ia melewati Alisha berniat pergi ke kamarnya.
Alisha mengikuti langkah Kevin, "Pak Kevin mau saya siapkan air panas?" Tanyanya.
"Boleh." Jawab Kevin sambil membuka ikatan simpul dasinya.
Alisha masuk ke kamar mandi, sementara Kevin duduk dipinggir ranjang dengan sambil memijat kepalanya yang terasa berat. Ingatan tentang Bianca yang pergi meninggalkannya demi lelaki lain membuat kepalanya berdenyut nyeri. Pandangannya mulai kabur.
"Pak, airnya sudah siap." Alisha berdiri didepan pintu kamar mandi.
Mendengar ada suara perempuan membuat Kevin mendongak. Matanya menyipit tajam. Dia seperti melihat Bianca sekarang.
"Bi." Panggilnya dengan lirih.
Alisha hanya mengernyit bingung mendengar gumanan Kevin.
Kevin bangkit mendekati Alisha, "Aku tau kalau kamu tidak akan pernah pergi dariku Bi." Kevin mencengkram lengan Alisha membuatnya meringis sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Us
RomanceAlisha harus menikah di usianya yang masih terbilang muda karna suatu kecelakaan. Dia menikah dengan Kevin, anak dari majikan sang ibu. Kevin saat itu frustasi karna kekasihnya memilih bertunangan dengan pria lain sampai berakhir dengan menghabiskan...