"Alisha, kamu kok baru pulang?" Tanya Mila saat berpapasan dengan Alisha diruang tamu.
Alisha sedikit terkejut kemudian mengerjapkan mata sesaat, berusaha mencari alasan. Dia tidak mungkin mengatakan kalau dirinya telat pulang karna Kevin memaksa 'menidurinya' bukan?
"Emh...itu bu, pak Kevin melarang Alisha pulang karna katanya dia suka lapar tengah malam. Jadi, kalau nanti Alisha pulang siapa yang akan memasakkannya makanan."
"Oh iya ibu lupa kalau den Kevin memang suka lapar ditengah malam. Setiap hari ibu juga selalu menyediakannya makanan, agar nanti kalau den Kevin lapar bisa dihangatkan."
Alisha sedikit membuka mulutnya, dia awalnya hanya berbohong. Ternyata lelaki itu memang suka makan ditengah malam.
Mungkin keberuntungan sedang berpihak kepadanya.
Alisha menggaruk pelan pelipisnya.
"Ya sudah bu, kalau gitu Alisha ke kamar dulu mau mandi."Setelah mendapat anggukan dari sang ibu. Alisha beranjak menuju kamarnya.
Tepat setelah pintu tertutup Alisha menghela nafas panjang, ia melangkah pelan menuju meja rias.
Wajahnya sedikit terlihat pucat, tapi untunglah sang ibu tak menyadarinya. Kedua tangannya terangkat naik, menyilang didada.
Kenyataan kalau sekarang dirinya bukan lagi seorang gadis mampu membuatnya kembali mengurai air mata.
Dadanya masih terasa sakit, sesak dan perih. Kenapa Tuhan harus memberikannya ujian seberat ini?
Nafasnya kembali memburu kala mengingat Kevin melakukannya karna mengira ia kekasihnya. Hatinya seakan bertambah hancur.
Dengan perlahan Alisha terduduk dilantai dengan melipat kedua kakinya. Ia menangis pilu. Fokus pandangannya pun kian mengabur. Air matanya terlalu pekat bersemayam. Bahkan untuk berkedip pun rasanya ia tak mampu karna matanya terasa begitu perih.
Entah berapa lama Alisha menangis sampai ia mendongak. Mata sembabnya tertuju pada pintu kamar mandi. Kedua kakinya melangkah kesana.
Alisha duduk bersimpuh di bawah keran air. Banyaknya air yang mengaliri wajahnya pun menyatu dengan air matanya. Dengan seluruh rasa sakit Alisha membuka semua baju yang melekat ditubuhnya. Membasuh seluruh tubuhnya dengan kasar, seolah ingin menghilangkan jejak Kevin.
Alisha tersenyum pahit, dia sudah benar-benar hancur sekarang.
"Alisha, kamu kok lama sekali didalam? Ini sudah hampir siang, nanti kamu telat kerjanya." Ketukan pintu di kamar mandinya membuat Alisha terlonjak, dengan cepat ia menyelesaikan mandinya.
"Ada apa bu?" Tanyanya setelah selesai mandi dan masih mendapati sang ibu yang duduk diranjangnya.
Mila bangkit mendekati Alisha, "Kamu kenapa nak, kok wajahmu pucat? Kamu sakit?" Tanyanya dengan raut wajah khawatir.
Alisha memalingkan muka, pasti karna tadi dia menangis wajahnya menjadi kembali pucat.
"Alisha gak papa bu, mungkin cuma kecapean."Mila menempelkan punggung tangannya ke dahi Alisha, "Tapi badanmu hangat nak."
"Bu, Alisha gak papa kok. Percaya sama Alisha."
Mila meneliti wajah sang anak, "Tidak ada yang kamu sembunyikan dari ibu kan?"
"Enggak ada bu." Jawab Alisha sambil tersenyum berusaha meyakinkan sang ibu.
"Baiklah kalau begitu, ayo kita sarapan. Ibu sudah memasak makanan untuk kamu."
"Ibu masak?"
Mila mengangguk.
"Tapi kan ibu sedang sakit. Alisha bisa buat sarapan sendiri kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Us
RomantizmAlisha harus menikah di usianya yang masih terbilang muda karna suatu kecelakaan. Dia menikah dengan Kevin, anak dari majikan sang ibu. Kevin saat itu frustasi karna kekasihnya memilih bertunangan dengan pria lain sampai berakhir dengan menghabiskan...